Dia tidak menyerah.

Dia masih mengerjakan proyek Blackhall.

"Kenapa kau tidak menyerah saja? Kau menghabiskan banyak waktumu untuk menggali tambang kosong," ucapku ketika melihatnya berdiri frustasi menatap surat penolakan dari NRO.

Kupikir dia akan menangis ketika menatapku dengan wajah datar selama beberapa menit. Kemudia dia tersenyum lebar. "Lihat saja nanti," ucapnya penuh kepercayan diri seolah surat penolakan itu tidak pernah ada.

Beberapa hari kemudian dia berdiri di depan pintu ranganku sambil bersiul seperti cowboy. Ketika aku menoleh, dia melambaikan sebuah map kuning dengan logo NRO di depannya. Walau dari kejauhan aku bisa dengan jelas stempel TOP SECRET dan DESTROY di bawah logo besar NRO.

"Siapa yang kau tiduri untuk mendapatkan itu?" tanyaku antara heran dan marah. Aku ingin dia tahu kalau aku sangat marah. Dokumen itu tidak bisa didapatkan begitu saja. Dia pasti melakukan hal kotor.

Apa ada yang memperhatikan kalau rahangku mengeras dan tanganku mengepal ketika mengatakannya?

"Memangnya itu urusanmu?" Cattleya tersenyum manis, lalu melambaikan tangan dan meninggalkanku.

Dengan siapa dia tidur memang sama sekali bukan urusanku. Rasa sakit yang menonjok paru-paru inilah urusanku. kulempar kotak telepon ke arah monitor besar. Keduanya hancur bersamaan.

Kau tahu, adakalanya aku juga mencoba untuk berbaikan dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kau tahu, adakalanya aku juga mencoba untuk berbaikan dengannya. Aku ingin mengatakan kepadanya, 'Ayo berteman. Aku akan belajar untuk menjadi orang yang baik.'. Yang kudapatkan hanyalah penolakan. Dia sudah terlanjur membenciku.

"Bagaimana rasanya jatuh dari surga?"

Cattleya menatapku. Mulanya pandangannya terkejut, lalu tiba-tiba rahangnya mengeras. Air mukanya terlihat sangat marah.

Kenapa dia? Apa yang terjadi kepadanya?

"Maksudmu, aku ini setan?" Cattleya mengangkat sebelah alisnya. Penuh tantangan.

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Bukan maksudku, aku ingin mengatakan kalau kau adalah bidadari dari surga."

Ia menggeleng keras. "Tidak pernah ada bidadari yang jatuh dari surga, Mr. Rockwood." Suaranya mendesis mematikan. Ia menaikan sebelah alis hitamnya lagi. "Bidadari punya sayap kalau kau belum tahu."

Gadis itu berjalan meninggalkanku yang melongo.

"Bukan perempuan yang mudah, ya?" Dhaniel meletakkan tangannya di bahuku. Aku menatapnya tidak percaya. Ia terkekeh.

"Sudah banyak yang mencoba. Semua gagal. Dia tidak tersentuh." Dhaniel menekan keran dispenser dan mengisi gelasnya dengan air dingin.

Tidak. Jawabannya hanya satu. Dia membenciku.

Apa ini usaha terakhirku?

Tidak. Aku orang yang gigih. Aku akan terus berusaha sampai menang, sampai dia jadi milikku.

A Perfect Hollow (Complete)Where stories live. Discover now