11

14K 1.3K 22
                                    

Wuah, akhirnya cerita ini ke-up juga. Setelah Adam menunggu sejak 11 Maret. hehehe... Cukup lama juga, yah?

Saya akan update lagi setelah cerita ini mencapai 6K viewer yah. Saya mau konsen untuk menyelesaikan Filthy Shade of Drey dulu, deh. Cerita lain yang sudah mencapai quota viewer juga akan segera saya up, kok. Jangan khawatir. hehehe...

Terima kasih banyak ya sudah membaca cerita ini dari awal sampai akhir. Semoga kalian tetap suka dan terhibur dengan cerita ini.

Kecup sayang,

Honey Dee

***

Adam Rockwood adalah seorang laki-laki penuh tekad. Sekali memegang prinsip, selamanya dia akan menggenggamnya. Sekalipun harus diseret keliling dunia dengan seekor kuda, ia akan tetap memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.

Aku adalah orang yang tahu benar apa yang kulakukan.

Aku bisa menjadi sangat agresif untuk memperjuangkan keinginanku. Aku tidak pernah kalah. Aku menolak untuk kalah. Aku bisa bergulat dengan takdir dan aku akan memenangkannya. Takdir tidak punya kegigihan yang setara denganku.

Inilah yang membuatku disebut Sang Pemangsa.

Di mana saja, aku sangat mendominasi. Aku tidak suka ada orang lain yang menjadi pusat perhatian. Aku-lah super star. Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya.

Namun sekarang, semua itu seperti noda lengket di karpet. Tidak ada artinya selain kotoran.

Pikiranku seperti keping puzzle yang berantakan.

Kau masih belum paham sebesar apa permasalahan yang kuhadapi?

Baiklah, akan kuperjelas.

Gadis yang sangat kuinginkan ternyata adalah bawahanku.

Gadis yang menyiksaku di dalam pikiranku sendiri sekarang berdiri sangat dekat denganku, menantangku. Aku bisa saja langsung memeluknya dan melupakan semua prinsip yang pernah kupegang. Tapi, bukan begitu Adam Rockwood berpikir.

Adam Rockwood akan memegang prinsip sialannya mati-matian.

Pertarungan dengan takdir yang kukatakan tadi, itu terdengar jauh lebih mudah dari pada pertarungan dengan lelaki di dalam celanaku. Dia yang begitu sensitif setiap melihat Cattleya.

Aku sudah tidak tahan lagi.

*

"Ada apa sebenarnya?" Dhaniel tertawa melihatku. Wajahnya terlihat mengejek daripada khawatir. "Kau menyuruh Holy memanggilku ke mobilmu seperti pengedar yang ketakutan, diam sepanjang jalan, dan sekarang kau cuma memendangi minuman seperti orang tidak waras. Kau masih mabuk?"

Aku tidak bisa mendapatkan kata-kata.

"Ayolah, Man! Kau benar-benar menakutkan." Dia menggeleng. "Kau membuatku ketakutan," katanya lagi.

Aku mengambil nafas dalam.

Aku tahu ini bukan aku yang biasanya. Aku selalu mengatakan apa yang kupikirkan tanpa peduli akibat setelahnya, meskipun akan menyakiti orang lain. Persetan dengan orang lain. Saat aku ingin bicara, orang lain harus mendengarkan. Tapi sekarang, Aku benar-benar tidak bisa membahasakan banyak hal yang berkutat di dalam kepalaku.

"Kau tahu Cattleya Aguilar?"

"Haa!!"

Dhaniel berteriak sampai pengunjung restauran di sekitar kami menoleh dengan kesal.

A Perfect Hollow (Complete)Where stories live. Discover now