Twenty Five

94.2K 4K 47
                                    

Bel istirahat baru saja dibunyikan, namun Arkan dan geng most wanted lainnya sudah berada di kantin semenjak pagi-pagi tadi. Arkan yang sibuk dengan ponselnya, Galih yang memang disibukkan dengan makannya, duo kembar yang memang asyik dengan nyanyi-nyanyi tidak jelasnya, lalu dengan Aksen yang sibuk dengan game online-nya di ponsel.

"Masa lalu biarlah masa lalu.. Oyyy." teriak Azka dan Azky yang memang tengah sama ogebnya.

"Diem lu, lagi makan juga." sewot Galih yang memang sudah habis bakso lima mangkok.

"Yehhh, sewot bae lu Bang. Cinta baru tahu rasa lo." ucap Azky sinis.

"Amit-amit gue cinta sama lo. Gue masih normal, masih pengin punya anak." jawab Galih tak kalah sinisnya.

"Ya udah, lo nikah aja sama si Wiwin. Tuh panjang umur dia nya, si Wiwin baru masuk kantin noh." kali ini Azka yang mengucapkan.

Galih bergidik ngeri. "Ogah gue sama Wiwin. Makannya banyak, yang ada gue bangrut tujuh turunan."

"Sama kayak lo dong yang doyan makan." ucap mereka serempak, termasuk Arkan dan Aksen yang ikut menimpali.

"Yehhh lu mah." lanjut Galih yang mulai memakan makanannya kembali.

"Oh ya Kan. Gimana sama si Ana? Udah ada perkembangan belum?" tanya Azka sambil menyedot es tehnya.

Arkan menggeleng. "Belum. Gue masih belum tahu banyak tentang dia."

"Haha yang sabar ya bos. Mungkin tuh manusia kutub yantg judesnya nggak ketulungan, tahu banyak tentang Ana, kelihatan deket kayaknya dari kemarin." ucap Azky sambil melirik Aksen.

Aksen yang memang manusia tidak pernah peka, nampak acuh dan masih serius memainkan game online nya.

"Orangnya nggak peka, malah nggak pernah peka. Percuma gue tanya sama dia sekarang, nggak ada faedahnya sama sekali." ucap Arkan sambil memandang Aksen yang nampak tak peduli dengan obrolah mereka.

Aksen yang merasa tersindir pun menoleh. "Lo nyindir gue Ar?"

Arkan terkekeh. "Lagian sih lo. Lagi kumpul-kumpul gini, lo malah asyik sendiri. Solidaritas persahabatannya mana coba. Kita nggak mungkin kumpul-kumpul gini lagi, kalau kita udah pisah-pisah nanti."

"Dasar manusia kutub." ucap mereka serempak.

Aksen melotot tak percaya dan tak terima, dengan sedikit kesal ia mematikan ponselnya.

"Oke, sebelumnya jangan panggil gue manusia kutub lagi. Emang kalian pada mau ngomong apa sih?" ucap Aksen sambil mengunyah kentang potato yang tersedia didepannya.

"Jadi gini loh, lo tau nggak apapun semuanya tentang Anasthasya, si anak kelas 11-IPA 1. Noh si tuan bos lagi galau nggak ketulungan." ucap Galih yang sedang menyeruput mie ayamnya. Entah mengapa galih tak kenyang-kenyang kalau dihadapkan dengan makanan.

Aksen manggut-manggut, lalu menoleh kearah Arkan. "Kalau gue tahu sedikit tentang dia, ada imbalannya nggak sih?"

Arkan menghembuskan napas kesal. "Lo mah nggak ada ikhlas-ikhlasnya kalau dimintai tolong. Ya udah sebutin apa yang lo mau?"

"Nanti aja lah kalau gue mau. Jadi lo mau tahu tentang apa dari Ana?" tanya Aksen pada Arkan.

"Semua yang lo tahu."

"Eskrim cokelat." jawab Aksen lalu memainkan ponselnya kembali.

"Eskrim cokelat? Lo nggak lagi bercanda kan? Ngomong jangan setengah-setengah dong." tanya Arkan heran.

"Iya, maksudnya Ana tuh paling suka sama eskrim cokelat. Atau yang berhubungan dengan cokelat. Jadi kalau lo pengin lebih deket sama Ana, kasih aja apa aja yang berhubungan dengan cokelat. Dia pasti nerima kok. Sebaliknya, dia nggak suka bunga. Jadi jangan pernah memberinya bunga apapun, jika kamu nggak mau dia alergi serbuk sari."

S.A.D In A Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang