Twenty nine

2.5K 261 8
                                    

"Kakak yakin kita masih bisa sama-sama?" tanya Alyn mendongak menatap Chanyeol yang tingginya jauh darinya itu.

Chanyeol mengusap sayang rambut Alyn sambil tersenyum mengangguk sebagai balasan.
"Lo masih bisa setenang ini ya?"

Chanyeol menyentil dahi Alyn, "Kamu!" koreksi Chanyeol.
"Iya - iya lupa dikit doang elah." jawab Alyn  mengusap - usap dahinya.

"Kamu nanya gitu karena omongan Mama kamu tadi?"
Alyn mengangguk, wajahnya tertunduk sedih. Jujur dirinya juga kalut atas ucapan Mamanya tadi.

"Mama ngerti apa yang Adek dan Chanyeol rasain, kalian saling sayang karena kalian saling ada untuk satu sama lain sejak dulu. Mama nggak nyalahin perasaan Adek yang baru sadar kalau Adek sayang ke Chanyeol. Tapi, Mama mohon Adek pertimbangin lagi. Kembali sama Sehun, Sehun juga sudah mau bertanggung jawab. Mama harap Adek sama Chanyeol tidak egois hanya mementingkan perasaan kalian. Pikirkan keluarga kita, termasuk kamu Chanyeol. Tante nggak mau seandainya kamu tetap menikahi Alyn dan kita menyimpan rahasia ini. Kemudian suatu saat Mama dan Papa kamu tahu semuanya. Apa kamu bisa mengatasi itu? Kalau Tante ada di posisi Mama sama Papa kamu, Tante juga nggak bisa terima Chanyeol."

Alyn meneteskan air matanya saat sang Mama memberinya nasihat yang Alyn tidak inginkan Mamanya berkata demikian.

"Mah, tapi Sehun--"
"Tidak ada tapi-tapian, Mama akan katakan semuanya pada Papa juga orangtua Chanyeol. Mama tidak ingin di anggap pembohong."

Bahkan pembelaan Taehyung untuk Alyn dan Chanyeol tidak Mama Alyn hiraukan. Mama Alyn tidak ingin menanggung malu untuk kedua kalinya suatu saat. Jadi lebih baik katakan yang sebenarnya daripada kelak menjadi masalah.

Baik Alyn, Chanyeol, Taehyung hanya saling menatap tidak percaya atas perkataan Mamanya. Chanyeol bahkan tidak diberikan kesempatan untuk meyakinkan, mengajukan apa yang ingin Chanyeol utarakan, Mama Alyn sudah pada keputusannya.

"Kak jangan masukin hati omongan Mama tadi ya. Aku yakin Mama ngomong gitu karena Mama masih shock. Nanti biar aku ngomong sama Mama lagi buat ngeyakinin Mama." Chanyeol tersenyum mengangguk sebagai balasan.

"Yaudah aku pulang ya. Jaga kesehatan, jangan sampai banyak pikiran. Masalah Sehun jangan terlalu difikirin ok." pamit Chanyeol mencium kening Alyn.

Alyn melambaikan tangannya sampai mobil Chanyeol tidak lagi terlihat oleh pandangannya. Alyn menghembuskan nafas menarik sudut bibirnya miris. Miris dengan keadaannya mengapa menjadi serumit ini. Apa perlu Alyn menjauh dan pergi dari mereka saja. Munkin itu lebih baik, tapi harus pergi kemana? Dirinya bahkan tidak punya tempat tujuan. Atau terima saja apa yang Sehun tawarkan padanya.

Sekali lagi Alyn menangis, kenapa Sehun tega lakukan ini semua padanya. Di saat Alyn melupakan, tidak mengharapkannya kembali Sehun datang menawarkan cinta. Namun, cinta yang Sehun tawarkan membuatnya kembali bertanya. Masih adakah perasaan yang dulu? Masih tersisakah walau hanya seujung kuku? Alyn kembali bertanya pada dirinya. Sulit sekali mendapat jawaban untuk menerima kembali Sehun. Alyn terlanjur kecewa, dan Chanyeol adalah sosok pria hebat yang selama ini menemaninya, menutup lukanya, memberinya cinta tanpa meminta balasan.

Alyn putuskan kembali bertanya kepada sang Mama yang kini tengah duduk merenung di teras belakang rumah.
"Mah, udah sore Mama nggak mau mandi?" tanyanya memulai topik.

"Mau ngomong sesuatu sama Mama?" kata Mama Alyn seolah paham maksud putrinya yang menghampirinya dengan tatapan sedih.

Alyn mengangguk, "Mah, kenapa nasib Alyn kayak gini ya?"

Mama Alyn menghela nafas, "Jangan pernah salahkan nasib, semua sudah di gariskan sayang. Adek bingung antara Chanyeol dengan Sehun?" Alyn menggeleng.
"Alyn tidak bingung Ma, tetapi keadaan yang membuat Alyn harus memilih yang bukan pilihan Alyn."

Getting PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang