Twenty Two

3K 296 33
                                    

Sehun mengintip dari jendela ruangan itu dengan membawa sebucket bunga mawar putih. Sehun merasa teriris hatinya kala melihat gadis yang bukan gadis lagi itu duduk di pojokan kasur sambil memeluk erat kedua kaki dengan tatapan kosong dan rambut yang sedang dirapikan oleh Perawat.

Sehun mengatur  ekspresinya kembali. Sebisa munkin Sehun harus tersenyum dan tidak terlihat terluka.

Ceklek!

Knop pintu itu Sehun putar. Sehun tersenyum kepada Perawat.
"Sudah selesai Mas Sehun, Mbk Vivian juga sudah mandi dan terlihat cantik hari ini." kata Perawat yang biasa merawat Vivian sambil tersenyum kearah Sehun.

"Ya! Suster Eni benar... Hari ini Suster memolesnya dengan Make up? Wah Vivian, kamu cantik banget SAYANG!" kata Sehun memuji, lalu menyentuh kepala Vivian sayang.

Sehun terkejut!
Suster Eni pun tidak kalah terkejut!

"Suster ini tidak mimpikan? Vivian tidak histeris lagi saat kusentuh." tanya Sehun tidak percaya.

"Benar,Mas! Wah... Vivian akan segera pulih saya yakin, Mas!"

Sehun langsung memeluk Vivian yang tengah terdiam. Sehun menitikan air mata. Viviannya tidak lama akan kembali.

"Ya, Sus! Vivian akan segera normal kembali, Saya yakin itu."

Bahkan Vivian sama sekali tidak berontak saat Sehun memeluknya.

Vivian menarik diri, namun tidak mendorong Sehun. Sehun sedikit terkejut, Sehun takut Vivian akan berteriak dan kembali membanting barang dan berakhir menyakiti dirinya sendiri seperti yang pernah Vivian lakukan. Namun, Sehun salah justru gadis itu memanggilnya,

"A-BANG..."

🐣🐣🐣

Sementara di lain tempat, akan ada kehidupan keluarga baru hanya dengan hitungan hari.
"Ngapain undang orang banyak - banyak sih, Ma..." rengek Alyn malas.

"Sayang, sodara kita kan banyak. Mama hanya mengundang keluarga saja kok." jawab Mama Alyn sambil menulis daftar nama - nama siapa saja yang akan di undang.

Nggak lama ada bunyi telfon masuk.
"Angkat sana, Mama lagi sibuk nih."

"Hallo"

"Eh Tante, Iya Tan Alyn baik - baik saja kok."

"Alyn nggak muntah - muntah kan sayang? Biar Chanyeol Mama suruh anterin bubur buatan Mama ya, Nak?"

"Eh! Tante nggak usah repot - repot, Alyn sehat kok."

"Jangan nolak rezeki sayang. Panggil Mama, kamu itu tiga hari lagi juga sudah jadi menantu Mama."

"I-ya Mah..."

"Yasudah nanti Chanyeol kesana. Jaga kesehatan ya Sayang. Jaga juga cucu Mama, Daaa... Menantuku Sayang."

Kenapa malah jadi begini? Gue nggak mau nyakitin keluarga Kak Chanyeol. Kalau begini gue ngerasa sudah menipu mereka. Tapi, kalau gue bicara yang sejujurnya keadaan akan semakin parah. Apa gue egois kalau gue menginginkan Kak Chanyeol tetap di samping gue?

Alyn menghembuskan nafas pelan. Memijit kedua keningnya dengan satu tangannya.

"Dari siapa, Dek?"

"Mamanya Kak Chanyeol, Mah."

"Oh Calon Besan... Pasti nanyain cucunya ya?"

Mah please jangan kayak gini.

Alyn mengangguk.
"Kak Chanyeol mau kesini katanya."

Getting PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang