Fourty Six : Top Off

312K 8.3K 304
                                    

Mantan itu bukan sampah. Hanya barang bekas.

•Devan•

Author

Claudia, Devan, dan juga Citra sudah duduk di sebuah ruang tamu yang ukurannya lumayan besar saat ini.
Ruang tamu milik Claudia.

Mereka bertiga tak ada satu pun yang mau memecah keheningan yang kira-kira sudah tercipta selama sepuluh menit sejak Claudia mempersilahkan Devan dan Citra untuk masuk.

Awalnya wanita yang memiliki iris sehitam jelaga itu cukup terkejut mendapati sang mantan tunangan berkunjung bersama perempuan yang ia sendiri tak kenali.

Jadilah akhirnya mereka kini telah sampai ke ruang tamu dalam keadaan ketiganya sama-sama diam di mana sudah tersedia tiga gelas teh dan juga beberapa camilan di atas meja---yang sebelumnya disiapkan oleh Claudia sendiri.

Devan dan Claudia larut akan pikiran mereka masing-masing, sedangkan Citra bergantian menatap Devan dan Claudia ingin melihat bagaimana reaksi dua orang yang dulunya saling mencintai itu kini kembali dipertemukan.

"Ibu, Andre nakal padaku. Dia memukulku menggunakan pedangnya."
Seorang gadis kecil berumur sekitar enam tahunan datang dari dalam menghampiri Claudia dengan wajah bersungut.

Claudia langsung mengisyaratkan putrinya itu untuk duduk di pangkuannya, "Mengapa dia melakukan itu?"
Tanyanya lembut, mengalihkan perhatian Devan dan juga Citra pada ibu dan anak tersebut.

"Aku kan hanya mengajaknya belmain pelang. Dia itu lemah, cengeng lagi. Belmain pelang-pelangan saja tak mau."
Bocah laki-laki yang cara bicaranya masih cadel berumur sekitar empat tahunan ikut menghampiri Claudia sembari melirik kakak perempuannya sinis.

Claudia tersenyum, "Hei, Andre, jangan begitu pada Kakakmu, oke? Kamu lihat? Ada tamu sekarang. Kamu tak malu pada mereka?"

"Iya tuh, seharusnya kamu malu!"
Timpal bocah perempuan tadi masih saja bersungut sambil memeluk Claudia.

Andre memandangi Devan dan Citra secara bergantian, bocah laki-laki itu kemudian menundukkan kepalanya, "Maaf, Om, Tante."

"Tak perlu minta maaf. Namamu Andre 'kan ya? Kamu sangat tampan. Lebih tampan lagi jika akur pada saudarimu."
Citra menyahut sambil memasang senyum ramah. Merubah cepat raut wajah Andre yang tadinya masam menjadi cerah mendengar penuturan lembut Citra barusan.

Andre tersenyum lebar, "Telima kasih, Tante cantik. Siapa namamu?"

"Citra. Panggil saja Tante Citra."

Andre manggut-manggut mendengarnya, "Lalu, siapa Om yang di sebelahmu itu, Tante Citla?"

"Dia adalah suamiku, Devan."

Claudia menatap Devan dan juga Citra secara bergantian.
Sebenarnya ia tak terlalu terkejut saat Citra mengakui kalau dia adalah istrinya Devan.
Namun dia masih tak mengerti apa maksud kedatangan dua orang itu ke rumahnya hari ini.
Belum lagi, padahal waktu itu Farah sendiri yang memintanya untuk tak memunculkan diri di hadapan keluarga mereka lagi.
Namun sekarang, mengapa Devan malah muncul di depan rumahnya hari ini?

"Andre, Lala, kalian lanjutkan bermain dulu ya. Ibu mau bicara pada tamu kita, oke?"

Andre dan Lala mengangguk hampir bersamaan kemudian segera masuk ke dalam untuk melanjutkan bermain seperti yang disuruh oleh Claudia.
Sedangkan Claudia kini mengalihkan pandangannya dari Devan dan juga Citra, "So, ada perlu apa kalian datang ke sini?"

"Apa itu anakmu?"
Bukannya menjawab pertanyaan Claudia tadi, Citra malah balik bertanya yang lain. Gadis itu merasa penasaran, seingatnya Farah memberitahunya kejadian Devan dan Claudia baru terjadi tiga tahun lalu. Lalu, mengapa Claudia sudah punya dua anak dari hasil pernikahannya bersama pria yang dijodohkan itu?
Dan lagi, melihat dua anak tadi, Citra yakin umur mereka semua sudah lebih dari dua tahun.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang