Thirty Seven : Sweetener

365K 10.1K 187
                                    

You're sweetener in my life.

•Citra•

Author

Devan mengerjapkan mata berulang kali, berusaha menetralisir cahaya matahari yang kini menerpa wajahnya.

Ia melirik jam di atas nakas di samping tempat tidur. Sudah pukul tujuh pagi. Dan ia lagi-lagi tak menemukan sang istri berbaring di sebelahnya.

Tunggu dulu.
Bukankah istrinya memang tak tidur di kamar mereka tadi malam?
Ya. Devan baru ingat kalau Citra memang tak tidur di sebelahnya semalam lantaran masih marah padanya perihal kejadian ia kehilangan kendali atas nafsunya.

Pria berpostur tinggi itu menghela napas perlahan sebelum akhirnya melangkah keluar menuju dapur masih dengan mengenakan piyama tidur.
Namun saat kakinya dua langkah lagi akan turun dari tangga, ia mengernyit heran mendapati Citra sedang membereskan rumah seorang diri.

"Di mana Bibi Noura? Mengapa bukan dia yang melakukannya?"
Tanya Devan dengan nada serak khas orang bangun tidur menghampiri Citra.

Namun pria itu tak mendapat jawaban dari sang istri.
Citra hanya diam sambil terus menyapu lantai tak mempedulikan sedikit pun pertanyaan Devan barusan.

"Aku tau kau masih marah. Tapi setidaknya jawab pertanyaanku."
Devan berdecak kesal lalu menahan lengan Citra yang masih bergerak menyapu lantai, membuat gadis cantik itu membalikkan badan dan memandanginya lekat.

"Jangan banyak bertanya. Bantu aku membereskan rumah. Bibi Noura sedang pulang kampung karena anaknya sakit. Dia izin seminggu."

Devan mengernyit tak suka mendengar nada suara istrinya yang terlalu asing. Ini bukanlah Citra istrinya yang ia kenal. Gadis itu setau Devan memiliki nada suara lembut, bukan dingin dan ketus seperti ini.
Namun lantaran tak ingin membuat istrinya itu semakin marah, ia pun hanya bisa menghela napas malas sebelum akhirnya bergerak mengambil pengepel yang sudah berada di dalam ember berisi rendaman air di dekatnya.

Devan berjalan bertolak belakang dari Citra sambil mengangkat ember berisi pengepel tadi.

Pria itu berdiri linglung, menatap lantai porselen yang sudah disapu oleh Citra.
Ia mengumpat beberapa kali di dalam hati lantaran memaki nasibnya sendiri yang harus ikut membereskan rumah.

Seorang Devan Alventino Lington yang kaya raya, tampan, pengatur, dan suka memuji diri sendiri seumur-umur hidupnya baru kali ini dia disuruh seseorang untuk melakukan pekerjaan rumah.

Dan orang itu adalah istrinya sendiri.
Membuatnya lagi-lagi mengumpat kali ini pada Nauval yang sudah mengakibatkan pertengkarannya pada Citra semalam.
Jika saja pria itu tak mencoba memperkosai istrinya, dia pasti tak akan mencoba melakukan hal itu pada Citra kemarin.

Sial! Ia bahkan tak mengerti cara menggunakan pengepel yang ada di sebelahnya kini.

Haruskah seorang Devan melakukan ini? Shit! Jika ada orang lain yang mengetahui hal ini bisa hancur reputasiku! Sial!

Umpatnya dalam hati. Ia juga heran mengapa dirinya langsung menurut saja saat Citra menyuruh membantunya dengan segera membawa alat pengepel itu.

"Kau mau diam saja atau mengepel?"

Pertanyaan dari Citra barusan berhasil membuyarkan lamunannya.
Devan mengerang frustasi dan membalikkan badan, "Aku tak bisa melakukannya."

"Mengapa?"

"Aku bisa mencari pembantu rumah tangga yang baru supaya kita tak perlu melakukan semua ini."

"Sudah kuduga." Balas Citra datar, bergerak mengangkat ember di sebelah Devan.
Gadis itu akan beranjak kalau saja Devan tak mencekal sikunya, "Aku akan mencari pembantu rumah tangga yang baru sekarang."

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Where stories live. Discover now