Twenty Five : Cancel

314K 9.6K 361
                                    

I just realized, God had been too dear to me by sending you.

•Devan•

Author

"Aku berangkat dulu ya, Kak."
Ujar Sarah berpamitan pada Citra sembari melakukan cepika cepiki pada gadis cantik di hadapannya tersebut.
Pagi hari ini Citra dan juga Devan mengantarkan Sarah ke bandara untuk kembali terbang ke Inggris lantaran gadis berdarah Italia itu masih harus berkuliah di sana.

Sarah pulang ke Indonesia kemarin beralasan karena ingin menemui Citra. Gadis itu bilang bahwa dia sangat merindukan kakak iparnya itu karena memang hubungan mereka sangat dekat. Tak heran mereka sudah seperti sahabat sekaligus saudara kandung.

Citra melengkungkan senyum manis seraya sebelah tangannya bergerak menyentuh pipi Sarah, "Iya, hati-hati ya. Belajar dengan baik, okay?"

Sarah mengangguk mantap sambil mengacungkan jempol. "Okay, siap!"

Gadis yang mengikat rambutnya menjadi ikat satu di pagi hari ini itu terlihat melirik Devan yang sejak tadi berada di belakang dirinya dan juga Citra. Ia menghampiri Devan sambil mengiring koper yang dibawanya. "Aku berangkat ya. Jangan sakiti Kak Citra lagi, beruntung tadi malam dia mau memaafkanmu dengan tulus. Kalau tidak, sudah habis kau oleh Mom hari ini."

Devan yang dinasehati seperti itu hanya bisa mendengkus mendengarnya. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana sembari mengumpat dalam hati. Sebenarnya siapa yang adik di sini?

Tapi Devan sendiri sedikit merasa bersyukur lantaran berkat Sarahlah tadi malam dia bisa mengungkapkan apa yang dirasanya pada Citra dan meminta maaf secara tulus lagi pada gadis tersebut.
Jika tidak, mungkin Citra masih akan tak memaafkannya dan hubungan mereka tak bisa sebaik sekarang.

Devan mengacak rambut brunette milik Sarah hingga rambut gadis itu terlihat sedikit berantakan, "Jangan cerewet. Kau pikirkan saja kuliahmu itu, aku akan menjaga istriku dengan baik."

Sarah cepat-cepat melarikan tangan kekar milik Devan dari kepalanya. "Huh, lihatlah rambutku jadi berantakan tau!"

Devan hanya terkekeh, kemudian langsung bergerak memeluk adiknya yang memiliki wajah rupawan sama sepertinya. "Thank you, berkatmu aku jadi dimaafkan oleh istriku. Sebenarnya kau tak banyak membantu, tapi tetap saja aku harus berterima kasih. Belajar yang giat ya di Inggris, jangan nakal, okay?"

Pipi Sarah bersemu mendengarnya, tumben sekali Devan bersikap manis padanya?
Biasanya mereka akan selalu bertengkar jika bertemu.
Rasanya dia sudah lama sekali tak mendapatkan kakaknya bersikap manis padanya seperti hari ini.
Dan dia ingin menghentikan waktu sejenak selagi dirinya berada dalam pelukan Devan.

"Kau pasti senang 'kan dipeluk seperti ini oleh Kakakmu yang sangat tampan ini?"
Devan bertanya lantaran menyadari jika pelukannya dibalas begitu erat oleh Sarah.

Lelaki itu terkekeh kecil saat mendengar Sarah berdecak sebal dan langsung melepas pelukannya dari Devan, "Dasar Tuan percaya diri!"
Meskipun wajahnya terlihat sebal namun Devan masih dapat menangkap semburat merah yang menghiasi pipi Sarah, membuatnya tak dapat menahan senyuman nakalnya.

"Sudah! Pesawatnya akan berangkat sebentar lagi, aku pergi dulu ya. Dah."
Sarah berpamitan pada Citra dan juga Devan sambil melambaikan tangannya, berjalan menjauhi kedua kakaknya tersebut. Sarah terlihat buru-buru menghindari mereka lantaran malu pada Devan.

"Dah, hati-hati ya! Kenapa dia terlihat ingin cepat-cepat?"
Citra kebingungan sendiri melihat gelagat aneh Sarah yang tiba-tiba.

Padahal dia mengharapkan akan memeluk Sarah sekali lagi sebelum gadis itu benar-benar pergi.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Where stories live. Discover now