Aku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...
Aku menoleh karena tahu pasti Carl yang memanggilku. Dan memang betul, itu Carl. Wajah Tara berubah masam begitu melihat Carl berlari sepanjang koridor, mengejarku.
"Ngaco lo berdua. Toilet cowok kan di ujung koridor itu!" tunjuk Tara sambil mendengus. "Terus bisa nggak dia nggak teriak-teriak kayak gitu?"
Aku hanya tersenyum pasrah. Carl nggak berteriak-teriak kok, mungkin hanya kuping Tara saja yang kelewat sensitif.
Begitu Carl sudah dekat, tiba-tiba Meredith menanyai Tara apa menu makan siangnya. Pertanyaan yang nggak perlu, karena menu makanan di kantin kan hanya itu-itu saja. Tapi aku tahu bukan itu maksud Meredith: dia sengaja memberi kesempatan supaya aku dan Carl bisa mengobrol. Aku memberinya tatapan beterima kasih dan Meredith mengangguk pelan sekali sampai tak kentara. Dari tatapannya aku tahu Meredith mengerti.
"Hai," sapa Carl. Napasnya tidak keruan dan rambutnya lebih berantakan akibat berlari.
"Halo," balasku. "Kamu... baik-baik aja, kan?"
"Ya," jawab Carl. Dia nyengir lebar. "Kamu mau ke mana?"
"Kantin. Mau ikut?"
Tara batuk agak kelewat keras.
"Kalau yang lain nggak keberatan," kata Carl mawas diri. Dia menatap Meredith dan dibalas dengan anggukan ramah. Tara memaksakan diri tersenyum dan senyumnya kelihatan sangat palsu. Aku tahu Tara butuh usaha keras untuk sekedar tersenyum seperti itu pada Carl.
"Ya udah," kataku memutuskan. "Kamu ikut kita aja, Carl."
Kami bergerak menuju kantin bersama dengan serombongan anak-anak lainnya. Meredith masih merongrong Tara soal makan siang, yang aku tahu disengaja.
Beberapa anak kelas sebelas berbisik-bisik lagi ketika kami lewat.
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.