5 - Carl yang Misterius

5K 734 17
                                    


♫ "Delicate" - Taylor Swift 


Reo Sahara menghampiriku saat makan siang.

Ini jelas sebuah kejutan, karena aku sama sekali nggak mengira Reo peduli padaku. Meredith dan Tara masih sibuk melanjutkan perdebatan mereka yang tadi tertunda di rumah kaca soal siapa yang paling payah sampai-sampai mereka nggak sadar si ganteng Reo sudah menggeser nampannya dengan hati-hati ke arahku.

Dia tersenyum. "Halo."

Aku membalasnya. "Hai."

"Boleh kan duduk di sini?"

"Silakan."

Reo terkekeh gugup dan duduk di sebelahku. "Apa kamu selalu populer seperti ini waktu di New York?"

Aku menggeleng. "Justru sebaliknya, di New York kehidupanku biasa-biasa aja."

"Tetep bawa limusin sama pelayan pribadi ke sekolah?"

Aku hanya bisa nyengir. "Orang-orang nggak begitu peduli di New York."

Tara menggumamkan sesuatu dengan resah, tapi aku tak bisa menyimaknya. Beberapa cewek yang duduk di sekitarku mulai menatap kami dengan pandangan nyaris memuja.

"Setahuku ada sekolah untuk para pengendali di New York," kata Reo. "Tapi lokasinya dirahasiakan..."

"Kenapa harus dirahasiakan?" tanyaku.

"Karena para pengendali dianggap nggak normal," kata Meredith lancar tanpa mengangkat muka dari salad-nya. "Kami sering dicap dukun, tukang guna-guna, penyihir, dan sejenisnya."

"Dan kemungkinan besar akan dijadikan senjata," sambung Reo.

"Senjata?"

"Ya. Kalau kamu bisa membuat angin topan hanya dengan menepuk tangan, bukankah itu keahlian yang sangat berguna? Misalnya pas perang, bisa dipakai untuk menyapu habis musuh dalam sekejap."

Tara bergumam lagi, tapi aku nggak mendengarnya. Aku mencoba memikirkan kata-kata Reo, tapi hanyut dalam tatapannya. Reo punya sepasang mata cokelat besar yang sangat menawan. Ya Tuhan, cowok yang satu ini manis sekali!

"Apa ini perasaanku saja," kata Reo lambat-lambat. "Atau memang orang-orang ngeliatin kita?"

"Nggak perlu dipikirin," jawabku. "Lama-lama juga terbiasa."

Tara tersedak karena berusaha menahan tawa.

"Reo, kamu udah bikin PR Bahasa Perancis?" tanya Meredith. Reo mengangguk. "Bisa pinjam PR-nya nggak?"

"Aih, gue nggak salah dengar, nih?" Tara tercengang. "Meredith Smith, cewek paling jenius se-SMA Cahaya Bangsa, nyalin PR orang lain?"

Meredith hanya mengangkat bahu dengan cuek. Tiba-tiba, beberapa meter di belakangnya, Carl masuk ke dalam kantin. Tampangnya kosong dan rambutnya agak berantakan. Kemeja bagian atasnya nggak terkancing sempurna. Dia menoleh dan tatapan kami bertemu.

Aku refleks tersenyum padanya. Dia menatapku selama beberapa detik, matanya yang berwarna biru laut melebar. Lalu Carlmembuang muka, seperti yang dilakukannya waktu itu.

"Jen?" Tara memanggilku. "Jen? Heloooo? Wah, kesurupan nih bocah!"

"Dia lagi ngeliatin apa sih?" celetuk Meredith.

Wajah Carl yang pucat digantikan dengan wajah Reo yang ramah. Reo berdiri begitu dekat di depanku sampai aku tersentak kaget.

"Kamu kenapa, Jen?"

"Aku..." Carl melirikku lagi sebelum cepat-cepat menghilang keluar. "Nggak apa-apa."

"Lo nggak mau ikut bareng Meredith bikin PR Bahasa Perancis?" tanya Tara.

Aku tak sempat memikirkan PR Bahasa Perancis sekarang. Carl baru muncul setelah nggak kelihatan seharian dan sekarang dia kabur lagi. Ke mana saja dia pergi?

"Umm, kayaknya gue di sini aja deh, Dith."

"Oke, lah..." Meredith bangkit agak terlalu cepat sehingga menabrak meja, selada di piringnya sudah tumbuh selebar payung akibat kekuatannya. "Gue cabut ya!"

Reo memberikan senyum perpisahan kepadaku, aku melihat ada sedikit perasaan kurang puas dalam ekspresinya. Mendadak aku kehilangan selera makan.

"Jadi..." celetuk Tara menggoda. "Apa lo naksir si Reo?"

"Si Carl nongol tadi," kataku, sepenuhnya nggak menyimak pertanyaan Tara. "Lo liat nggak? Tadi dia masuk ke ruangan ini, terus keluar lagi."

Tara mencibir. "Ini nih yang dibilang peribahasa. Kuman di kampung seberang tampak, gajah di depan mata nggak nampak."

"Ih, gue serius, Ra! Tampang si Carl keliatan kacau!"

"Mungkin ngobat kali tuh anak."

Aku menarik napas dan tak menghiraukan sindiran Tara. Apa terjadi sesuatu pada Carl?

Kami melanjutkan makan siang dalam diam. Tara mulai bergerak-gerak gelisah. Aku tahu dia masih belum bisa membiasakan diri dengan perhatian ekstra dari orang-orang ini. Sekarang, tanpa Meredith dan Reo, Tara kelihatan makin risih.

"Ra," panggilku. "Kita ke loteng lagi, yuk?"

Tara tersenyum. "Kenapa lo nggak ngomong dari tadi?"

THE NEW GIRL [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora