Rendi ikut menangis pemuda itu memeluk Linggar.
"Gua bakal hajar tuh si Arga, dia udah bikin temen baik gue kayak ini.
Gue bakal bales dia, elo tenang aja..."
Ucapnya seraya mengelus punggung Linggar.

Linggar mengangguk mengamini ucapaan Rendi.
Rendi itu orang paling sabar di dunia, rasanya dia kayak ga' punya urat kemarahan.
Lihat aja kemarin gimana dia begitu sabar memghadapi Irwan yang ketahuan selingkuh.
Malah Linggar yang ngehajar Irwan habis-habisan karena Rendi memilih diam.

Tapi sekarang Rendi seperti tidak terima teman baiknya disakiti seperti ini.
Pemuda itu bakal nyari perhitungan sama Arga.
Apapun jadinya dia bakal nonjok wajah orang yang dulu pernah ia taksir itu.

Suara ketuka di pintu mengakhiri drama di kamar Linggar.
Kedua pemuda itu saling melepas pelukan lalu bersamaan melihat ke arah pintu.

"Mas Linggar, di cari Mas Arga"
Ujar Bik Sum di depan pintu kamar Linggar.

Rendi dan Linggar saling pandang sebelum akhirnya Rendi yang bangkit untuk membuka pintu kamar itu.

Arga kaget melihat Rendi keluar dari kamar Linggar.
"Ikut gue"
Pinta Rendi seraya menarik lengan Arga dengan kasar.

"Bentar Ren, gue mau ketemu dulu sama Linggar...!"
Pekik Arga yang mengikuti langkah Rendi.

"Elo mau ketemu sama dia, mau bikin dia makin sakit hati...??!!"
Hardik Rendi penuh emosi.

Arga mencoba melepas tangan Rendi dan benar saja dia tidak butuh tenaga yang berarti untuk bisa melepas cengkraman tangan Rendi di lengannya.

Tanpa memberi kesempatan Rendi untuk mencegahnya lagi, Arga segera berlari dan menerobos masuk ke kamar Linggar.

Pemuda itu segera menutup pintu  kamar Linggar dan menguncinya dari dalam.

"Woi...buka pintunya setan...!!!"
Pekik Rendi seraya mengetuk pintu itu dengan keras.

Linggar terkejut bukan kepalang melihat Arga berjalan ke arahnya dengan wajah sedih.
"Ngapain elo masuk ke sini...??!"
Bentak Linggar dengan ekspresi marah.

Arga hanya diam, pemuda itu segera melompat ke atas tempat tidur dan mendekap erat tubuh Linggar.

"Brengsek lo...!!!
Lepasin gue...!!"
Pekik Linggar yang tidak terima Arga tiba-tiba memeluknya.

Tapi bukannya mengendur pelukan Arga terasa makin kuat.

"Gue bilang lepasin...!!"
Dengus Linggar mencoba membuka tangan Arga yang merengkuh tubuhnya.

"Gue ga' bakal lepasin elo"

"Apa maksud lo, lepasin gue...!!!"
Bentak Linggar, dia makin brutal dengan memakai kakinya juga untuk menendang Arga.
Tapi kenyataannya hal itu tetap ga' berhasil.

"Gue tau elo lagi marah, tapi gue ga' bisa nunggu sampai besok untuk nunggu elo tenang.
Gue pengen elo denger semua penjelasan gue dulu, gue mohon"

Akhirnya Linggar pasrah, percuma jika sekarang dirinya memberontak,
Arga akan makin mengekangnya.

"Apa yang mau elo bilang ke gue...??
Elo mau minta maaf karena udah jadiin gue bahan TOD an lo sama temen-temen lo...?
Atau elo mau nyangkal semua yang Irwan bilang itu...??
Tai lo..."
Dengus Linggar yang mendesah lemah.

Arga melepas dekapannya, pemuda itu menatap Linggar dengan ekspresi tak terbaca.
"Irwan yang cerita ke lo...?"

Linggar terdiam,
"Gue denger waktu dia ngobrol sama Rendi, kalau gue saat itu ga' denger soal itu mungkin sekarang gue kayak orang bego' pacaran sama orang kayak elo"

Arga menatapan Linggar penuh arti.
"Gue salah gue akui itu, tapi elo juga salah kalau ngira gue masih jadiin elo bahan TOD.
Emang awalnya gue ngelakuin itu, tapi itu sebelum gue tau kalau elo itu Linggar temen gue dari kecil.
Gue batalin taruhan gue jauh-jauh hari sebelum kita jadian"

Linggar mendorong tubuh Arga hingga membuat pemuda itu hampir jatuh ke belakang.
"Gue udah denger pejelasan lo, sekarang elo pergi"

"Gar..."

"Gue ga' mau denger apa-apa lagi soal lo ataupun TOD konyol lo itu"

Arga meraih tangan Linggar.
"Gue tau elo lagi kesel sama gue, lo boleh mukul gue sampai elo puas, tapi gue mohon jangan minta gue pergi"

Linggar menarik lepas tangannya dari genggaman Arga.
"Gue bilang sekali lagi, pergi lo dari sini.
Jangan lagi temui gue, gue sama elo udah ga' punya hubungan apa-apa sekarang.
Kita putus....!!!"

"Gar...gue mohon pikirin lagi, gue ngaku salah.
Gue minta maaf, gue beneran cinta sama lo, gue ga' main-main.
Gue bakal sekarat kalau elo akhiri hubungan kita, gue mohon sama elo Gar.
Gue ga' mau putus sama elo, maafin gue karena udah ngelakuin hal bego' itu.
Tapi sumpah, gue ga' ada niat main-main sama cinta elo.
Gue serius Gar..."
Air mata Arga mulai mengalir, dadanya sakit karena kebodohannya orang yang dia cintai kini malah terluka.

Linggar menarik kerah baju Arga, matanya nampak memancarkan kekalutan hatinya.
"Gue bakal habisin elo kalau elo tetep di sini"

"Ga' apa-apa, lakuin aja"
Arga menarik nafas dalam-dalam.
"Gue ga' keberatan mati di tangan orang yang gue cintai.
Selama kematian gue bisa bikin elo damai dan maafin gue.
Gue bakal lakuin apapun yang elo mau, gue ga' keberatan lompat dari balkon kamar lo ini selama gue bisa dapet maaf lo itu"

Linggar mendorong tubuh Arga dengan nafas menggebu-gebu.
Pemuda itu segera melompat turun dari atas tempat tidur sebelum hatinya kembali menghangat karena kata-kata Arga.

Dia membuka pintu kamarnya di mana Rendi masih berdiri di sana dengan ekspresi kesal.

Seketika Rendi berhambur masuk dan berjalan dengan cepat menuju ke arah Arga.
Sebuah pukulan yang keras mendarat tepat di rahang pemuda itu hingga membuat Arga terjatuh ke belakang.

"Bangsat Lo...!!!"
Bentak Rendi yang menarik kerah Arga dan memukul wajah pemuda itu membabibuta.

Arga hanya diam, dia bahkan sama sekali tidak berreaksi.
Air matanya berlinang tak henti, luka di wajahnya karena pukulan-pukulan Rendi tidak seberapa sakit dibandingkan luka yang saat ini mencabik-cabik hatinya.

Darah berceceran di mana-mana, bibir bawah Arga sebelah kiri tampak mengeluarkan darah seger dan mengalir hingga ke lehernya.

"Elo tega banget sama temen gue, mati aja lo sana...!!!
Jangan berani deketin Linggar lagi...!!!
Dia itu jauh lebih baik sebelum ketemu sama elo"

Linggar buru-buru menarik Rendi dari atas tubuh Arga yang tergeletak dengan wajah di penuhi luka.
"Cukup Ren...!!!"
Pekik Linggar yang tidak tega melihat Arga terkapar tak berdaya seperti itu.

"Gue masih belum puas mukul dia Gar, apa dia ga' mikir kalau yang dia lakuin itu bisa nyakitin hati lo.
Berapa tahun elo terpuruk gara-gara lihat Galang selingkuh di depan mata lo.
Sekarang saat elo udah bisa lupain galang dan jatuh cinta lagi.
Kenapa orang yang bikin elo jatuh cinta lebih jahat dari Galang"
Rendi menangis dengan dada naik turun tak beraturan.
Matanya menatap tajam ke arah Arga.

Mendengar ucapan Rendi barusan Arga sangat terkejut.
Dia merasa tidak punya muka untuk menatap Linggar lagi, tak terbayangkan luka seperti apa yang dia torehkan di hati orang yang di cintainya itu.
Bahkan Rendi saja bilang jika kelakuannya lebih kejam dari yang di perbuat Galang.

Pemuda itu perlahan duduk, ia  beringsut ke sisi tempat tidur.
Dengan pandangan kosong dia turun dari atas ranjang.
Pemuda itu mengambil lembaran uang dan kartu debit milik Linggar yang ia kantongi dan di taruhnya ke atas tempat tidur begitu saja.

Arga dengan tubuh terhuyang-huyung keluar dari kamar Linggar.

Linggar menatap dengan hati sakit melihat Arga seperti itu.
Dia jadi ragu pada hal yang di percayainya saat ini.
Apakah benar Arga sudah membatalkan TOD itu sebelum mereka jadian...??

Hah...jika itu benar, akankah dia memaafkan Arga karena jujur saja sampai saat ini dia masih mencintai pemuda itu.

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now