Axelandra - 31

1K 69 14
                                    

 Hai kalian semua! Apa kabar?

Hmm, sebenernya gue ga mau post chapter ini karena di chapter yang kemaren kemaren alias chapter 'Hey' kalian pada ngevote:'')) aduh sungguh ironisnya karena kalian  menganggap gue sedang bercanda:')) hey, no, aku, oh, ehm, gue ga lagi bercanda. Hft, tapi ya karena gue kasian sama lo lo semua jadi gue post deh chapter ini HUAHAHHAA alibi banget kan gue:'3 tapi kelian gamarah kan ya? pokoknya gue minta maaf yg sebesar besarnyaa:') kalo kalian gamau maafin gapapa kok:')(?)

Uhm, chapter ini aneh.  Chapter ini ... gataulah. Namanya juga otak gue lagi error. Tapi gregetan aja gitu ga ngetik. Setiap buka laptop cuma cek notif, cek notif, cek notif doang. Kan bosen... jadi, lahirlah chapter ini. Kalian jangan kaget dan bingung lagi ya-_- please gue aja bingung apalagi kalian oke bye

Oke deh ENJOY THIS CHAPTER GUYS!

* * *

Aku tercengang mendengar ucapan Ibu. Aku yang sedang memukul dada bidang Alaric, uhm, maksudku, Devan, langsung menghentikan kegiatan itu. Aku menatap mata Ibu dalam - dalam lalu Ibu mengangguk mantap.

Sontak, Devan membawaku ke dalam pelukannya. Ia memelukku sangat erat. Entah apa yang kurasakan saat ini, tapi ... rasanya ... seperti ... Oh tidak! Darahku mengalir dengan deras. Jantungku berpacu dengan cepat. Bersamaan dengan itu, Devan mempererat pelukannya. Tuhan, aku benar - benar sesak nafas. Namun, jujur, aku sangat nyaman dalam keadaan seperti ini.

Namun, sayangnya, Devan melepas pelukannya karena Ibu berdehem.

Sial, umpatku dalam hati. Tapi aku langsung mengutuki diriku sendiri karena aku sadar bahwa aku tak boleh seperti itu pada Ibu kandungku sendiri.

"Jadi ... Ibu ..." ucap Devan lirih. "Bukannya, kata Ibu ... Rara ... dengan ... kakak?"

Ibu mengangguk lalu menyahut, "Ya, Devan. Ibu merestui kau dan Rara."

"What?! Apa maksudnya, Ibu?" pekikku kaget.

Ibu terkekeh kecil. "Jangan terkejut, Axelandra. Kau dan Devan tidak mempunyai hubungan darah. Jadi, tidak masalah bukan kalau kalian Ibu jodohkan?"

Aku kembali tercengang. Aku tak bisa bergerak. Bahkan, untuk menelan air ludah pun sulit.  Dan ketika berhasil menelannya pun, air tersebut terasa pahit. Apa yang terjadi?

"Hmm, oh ya, Rara, sebenarnya Ibu ingin mengenalkan kau pada seseorang. Namun, dia sedang tidak ada di rumah. Ia pergi. Dan kemungkinan ia akan pulang nanti malam. Karena biasanya pun seperti itu. Ia selalu pulang larut malam." kata Ibu.

"Seseorang? Siapa seseorang itu?" tanyaku penasaran.

"Ia adalah ... kakak tirimu."

"Kakak tiriku?!"

"Ya, kakak tirimu. Kalian sama - sama lahir dari rahim Ibu. Tetapi kalian berbeda Ayah."

"Apa maksudnya? Aku tak mengerti."

"Karena sebenarnya, yang tersakiti itu aku. Aku. Bukan Ibumu."

Kata - kata itu tiba - tiba terngiang di telingaku. Jadi ... maksudnya ...

"Ibu pernah berselingkuh dengan Trevor Hudson, Ayah Devan dan menghasilkan seorang anak. Dan dia ... kakak tirimu."

 "Jadi ... Ibu ..." ucapku lirih.

Ibu langsung mengangguk mantap. "Ya, Rara. Sebenarnya Ibu yang salah, bukan Ayahmu."

"Maksudnya apa, Bu? Rara ... Rara ... tak mengerti ..."

AxelandraWhere stories live. Discover now