Axelandra - 11

2.2K 128 37
                                    

Gue gak tau ini alurnya kecepetan atau nggak tapi ya emang adanya begini. Soalnya gue juga gak mau terlalu bertele - tele. Dan dikomentar, juga banyak yang penasaran gimana mereka gedenya dan akhirnya... jadilah chapter ini yang begini(?)

Happy reading!

Semoga memuaskan:)

* * *

Aku melahap rotiku hingga habis lalu aku segera berlari keluar rumah. Untuk mencegah adegan 'terjatuhnya Rara karena lupa mengikat tali sepatu', aku terlebih dahulu mengikat tali sepatuku lalu mencepol rambutku asal. 

Reyna sudah siap di dalam mobil sambil mendengarkan lantunan lagu dari ponselnya yang disambungkan melalui earphone. Sesekali Reyna melirik jam tangan putihnya yang melingkar manis di tangan kirinya.

"Kau sangat lama, Axelandra." ujar Reyna.

Aku hanya menanggapinya dengan tatapan benarkah? lalu masuk ke dalam mobil baru Ayah.

Lantunan lagu berbahasa Inggris mengiringi perjalanan kami menuju sekolah baru kami. Tahukah kalian kalau kami sudah menjadi murid kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas? Kalian pasti sudah tahu karena aku baru saja memberitahu kalian.

"Stop, supir!" seru Reyna tiba - tiba.

Aku yang sedang menatap jalanan pagi yang ramai pun menoleh kebingungan.

"Axelandra, kau turun disini, ya. Aku tidak mau anak - anak melihatku turun dari mobil bersama gadis kampungan sepertimu." kata Reyna sambil melepas earphone sebelah kirinya.

Aku mengerjapkan mataku cepat. Apa - apaan ini? Apa maksudnya? Namun aku hanya bisa mengucapkan kalimat - kalimat itu di dalam hati.

"Cepat turun." ucap Reyna penuh penekanan.

"Nona Reyna, kasihan Nona Rara. Kalau dia turun disini, lalu, dia naik apa agar bisa sampai ke sekolah?" Dark, supir pribadi kami bersuara.

"Diam, Dark!" bentak Reyna. Membuat Dark hanya bisa menunduk.

Aku membuka pintu mobil pelan lalu menarik tas abu - abu ku.

"Sekolah Nona masih jauh. Kasihan Nona Rara, Nona Reyna." ujar Dark.

"Aku bilang, kau diam saja, Dark!" bentak Reyna.

Namun, kali ini Dark tidak menunduk. Bahkan ia berani menatap wajah Reyna secara intens.

Aku mengangguk pelan sambil tersenyum ketika Dark menatapku lembut.

"Cepat keluar!" seru Reyna.

"Jangan, Nona, sekolah masih sekitar 1 kilometer lagi. Lebih baik kau tetap di dalam mobil." cegah Dark.

Aku menatapnya. "Aku bisa sendiri, Dark. Masih ada sedikit waktu untuk sampai ke sekolah, bukan?"

"Tapi, Nona--"

"Sudahlah, Dark. Aku bisa mengatakan pada Daddy tentang kelalaianmu dan kau akan di pecat, kapan saja, sesuka hatiku!" kini Reyna kembali mengeluarkan jurus mautnya. Yang membuat siapapun takut padanya, jika ia sudah menyebut - nyebut ancaman yang mengatas namakan Daddy-nya.

 "Dan kau, Axelandra, kalau kau tidak mau turun dari mobil ini, aku akan bilang pada Daddy kalau kau mengunciku di dalam toilet sekolah dan kau memecahkan kaca kelasmu. Dan Daddy pasti akan percaya padaku." sambung Reyna.

Aku menggigit bibir bawahku pelan sambil membuka pintu mobil lebih lebar agar aku bisa keluar.

"Tunggu," ucap Reyna. "Jangan katakan pada siapapun kalau kau adalah saudara tiriku. Karena aku tidak sudi dianggap sebagai saudara seorang gadis kampung sepertimu. Walaupun hanya saudara tiri sekalipun. Dengar itu!"

AxelandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang