Axelandra - 12

2.1K 128 60
                                    

"Masuk!" seru lelaki itu ketika bola basket berwarna oranye yang ia lempar masuk ke dalam ring.

Beberapa murid perempuan yang sepertinya adalah kakak kelas bersorak dari koridor. Membuatku menoleh sambil bergidik geli.

Lelaki yang berlumuran keringat itu menoleh ke arahku hingga mata kami bertemu dan kami saling pandang. Aku mengerjapkan mataku lalu mengalihkan padangan. Tak kusadari, aku sudah berdiri lama disini sambil memperhatikan gerak - gerik lelaki yang ternyata lelaki yang kemarin keluar dari Cafe Titanium saat aku ingin masuk ke dalam mobil.

Aku menoleh ke arah lelaki itu. Kini ia sudah ada di pinggir lapangan, sedang meminum air mineralnya. Sepertinya, itu air dingin. Terlihat dari uap - uap segar yang ada di sekeliling botol itu.

Aku tersenyum tipis ketika segerombolan murid perempuan berbondong - bondong menghampiri lelaki itu. Aku mengakui, jika dia pantas digandrungi oleh banyak perempuan. Ia sangat tampan.

* * *

"Ups, maaf." ucap seorang lelaki yang baru saja menabrakku.

"Tak apa - apa." jawabku. Loh, dia bukannya lelaki yang kemarin bermain basket di lapangan?

"Bukumu..." lelaki itu menatap ke bawah.

"Eh?" Malah, aku nyaris tak menyadari bahwa bukuku terjatuh ketika bertabrakan dengan lelaki ini. Karena ... terpesona. Huh? Apa yang kukatakan?

"Biar aku yang mengangkatnya." ujar lelaki itu. Dan benar saja, ia mengangkat buku - buku-ku yang tergeletak tak berdaya di lantai koridor.

"Ini." ia menyodorkan setumpuk buku-ku.

"Terima kasih," kataku sambil tersenyum. Dan betapa ramahnya, lelaki itu membalas senyumku dengan senyuman yang menampilkan deretan giginya yang putih, rapih dan bersih.

Crystal yang sedang berdiri disampingku menyenggol - nyenggol lenganku dengan sikunya. Aku meliriknya dengan tatapan ada apa? Namun dia hanya tersenyum tak jelas.

"Aku duluan, ya." kata lelaki itu. "Sekali lagi, terima kasih."

"Tunggu,"

Jangan mengira kalau suara itu adalah suaraku. Itu adalah suara ...

"Crystal, mengapa kau memanggil dia?" bisikku.

Crystal hanya tersenyum sambil menggeleng.

" Ehm, siapa namamu?" tanyanya kemudian.

"Hmm, panggil saja Al." jawab lelaki itu. "Sampai jumpa."

"Namanya Al..." gumam Crystal.

Aku meliriknya. Raut wajah Crystal sangat menunjukkan bahwa ia sangat terpesona pada sosok lelaki itu. Terlihat dari pipinya yang mulai memerah. Kulihat, Crystal sangat cocok dengan lelaki bernama Al itu.

Tunggu, sebentar, siapa nama lelaki itu?

"Siapa nama lelaki itu?!" seruku.

Crystal menatapku dengan aneh. "Namanya Al. Kau kenapa?"

"Al..." gumamku. "Al?! Nama dia Al?!"

Crystal mengangguk pelan dan ia menatapku dengan tatapan heran.

Seketika, sekelebat adegan yang terjadi beberapa tahun yang lalu lewat di pikiranku.

Apakah dia ...

* * *

"Untukmu."

AxelandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang