Axelandra - 0

13.6K 241 55
  • Didedikasikan kepada untuk semua author Wattpad yang menginspirasi
                                    

Title : Axelandra

Author : syaapiraa

Genre : Romance, Teen Fiction

 Copyright © 2014 by syaapiraa

All Right Reserved

 

------------------------------------

“Tidak! Rara tidak akan mau tinggal bersamanya!” seruku sambil berlari keluar dari rumah. Aku menyeret Giya, boneka beruangku, pemberian dari Ibuku saat aku berulang tahun yang ke 3. Disaat semuanya tidak sekelam ini.

“Rara!” seorang lelaki mengejarku lalu ia menggapai tangan bonekaku dan menariknya.

“Lepas! Lepaskan Giya!” Aku menarik – narik bonekaku itu sekencang mungkin, agar terlepas dari genggaman erat si lelaki itu.

“Tidak, Rara. Ayah tak akan melepaskan boneka Rara kalau Rara tidak mau tinggal bersama Ayah dan Mom Jeanny.” ucap lelaki itu. Giya sudah ada di tangannya. Di sembunyikan dibalik tubuhnya yang berdiri tegap.

“Kembalikan Giya! Kembalikan!” rengekku sambil memukul kaki si lelaki itu, ayahku.

Langkah kaki berbalut heels bermerk mendekati kami yang berada di halaman depan rumah megahku. Kaki berbalut heels merah itu sekarang bisa jelas aku lihat. Si pemilik kaki itu sedang berdiri di belakang ayahku.

Aku memelototi perempuan si pemilik kaki itu. Giya sekarang sudah ada di tangannya. Ada di dalam dekapannya. Aku tak akan rela membiarkan Giya ada di dekapan perempuan jahat itu.

“Kembalikan Giya padaku!” seruku.

Perempuan itu membungkuk lalu tersenyum manis —palsu— padaku.

“Rara,” ucapnya. “Rara mau boneka Rara?”

Aku mengangguk.

“Nih,” perempuan itu menyodorkan Giya padaku.

Aku meraihnya. Tapi ketika jemariku baru saja menyentuh bulu halus Giya, perempuan itu kembali menariknya lalu menyaringai.

“Tidak boleh,” katanya.

“Kau menjengkelkan.” kataku.

Perempuan itu tersenyum kecut. “Kalau Rara mau boneka Rara kembali, ada syaratnya.”

“Katakan apapun kepadaku. Demi Giya.”

“Tau kalimat itu darimana kau?” tanya Ayahku. “Sepertinya kau terlalu banyak menonton sinetron di rumah Cara. Didikan yang tidak baik.”

“Ayah tidak tau apa – apa!” seruku. Membuat wajah ayahku memerah.

“Rara di ajarkan memasak, menjahit oleh Ibu.” sambungku.

“God... anak sekecil kau di ajarkan memasak? Menjahit?” tanya perempuan tadi dengan nada yang terlalu di buat – buat.

“Ya. Ibuku pintar memasak. Ibuku pandai menjahit. Ibuku bisa segalanya yang tak akan mungkin bisa kau lakukan!” sahutku.

“Dengar, Darrel,” kata perempuan itu pada ayahku, sambil menaikkan bahunya.

Ayahku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

“Benar – benar salah mendidik. Cara memang salah.” kata Ayah.

“Ibu tidak salah, Ayah!” seruku.

AxelandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang