Axelandra - 18

1.7K 116 54
                                    

Aku memasukkan keripik kentang ke dalam mulutku lalu mengunyahnya. Entah kenapa akhir - akhir ini aku sering memakan keripik kentang. Hmm, bisa kuakui, aku sedang hobi - hobinya memakan camilan ini.

Aku melirik Crystal yang sedang meneguk air mineralnya. Aku baru sadar kalau Crystal tidak membeli minuman bersoda.

"Kau tidak beli minuman bersoda?" tanyaku.

"Bosan." jawabnya sambil menutup botol air mineralnya.

"Akhirnya kau bisa merasakan bosan setelah meminum minuman bersoda setiap hari." ucapku sambil memasukkan keripik kentang ke dalam mulutku lagi.

Percaya atau tidak, aku membeli keripik kentang kemasan paling besar. Dan itu membuatku harus menghabiskan semua uang sakuku hari ini.

"Kemarin, aku membaca bahwa minum minuman bersoda terlalu sering itu tidak bagus. Bisa membuat ginjal kita rusak." ujar Crystal.

"Begitu, ya, Ibu Dokter." ledekku.

Crystal mencibir. "Aku tak mau menjadi seorang dokter."

"Lalu? Kau mau jadi apa?" tanyaku.

"Cita - citaku menjadi arsitek!" seru Crystal sambil memamerkan senyum kebanggaannya.

"Baiklah. Perbaikilah nilai Matematika dan Fisika-mu." ucapku lalu bangkit dari duduk.

Crystal mendengus. "Mau kemana kau?"

"Kelas." jawabku singkat.

Tak lama, suara langkah kaki Crystal terdengar. Dan kini ia sudah ada di sampingku.

Aku menatap ke arah lapangan ketika melihat banyak siswa yang sedang bermain basket. Kadang, aku sangat ingin bisa jago bermain bola keranjang itu. Tetapi, aku tak pernah bisa. Memang, kalau kita mau belajar, pasti akan bisa. Namun aku ta--

"Aduh!" Crystal mengaduh.

Sebuah bola basket mengenai kepala bagian kirinya. Aku menatap ke arah lapangan, mencari siapa orang yang melempar bola basket ini.

"Hei!" seruku. "Siapa yang melempar bola basket ini?! Bola basket ini mengenai kepala sahabatku!"

"Hei, Axelandra." ucap seseorang.

"Alaric?" sahutku. "Apa kau yang melem--"

"Maafkan temanku, Louis. Dia tak sengaja mengenai kepala Crystal." potong Alaric sambil tersenyum.

Aku melirik ke arah lapangan. Seorang lelaki yang kutebak bernama Louis menganggukkan kepalanya. Tangannya membentuk huruf V atau peace. Sorot matanya berkata maaf.

Aku mengangguk pelan lalu mencibir. "Lain kali, hati - hati. Lebih baik kau jangan bermain basket kalau belum bisa!"

"Axelandra,"

Aku menoleh. Crystal sedang bersandar di tembok sambil memegangi kepalanya.

"Aku pusing." katanya.

"Biar kuantar kau ke UKS." ucapku sambil mengusap tangan Crystal.

Crystal menggeleng pelan. "Aku mual. Antarkan aku ke toilet."

* * *

"Axelandra, bisakah kau kesini sekarang?" tanya Tante Blue.

"Ke rumah Tante?" tanyaku.

"Iya." jawab Tante Blue. "Ada sesuatu yang ingin Tante bicarakan padamu."

"Sesuatu? Apa itu, Tante?" tanyaku penasaran.

AxelandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang