"Bodo amat. Gedeg banget aku ama dia. Hih!" ejek Gasta sambil bergidik ngeri. Aimee lagi-lagi tertawa. "Masih gara-gara insiden garem kemaren?" godanya. Gasta melirik Aimee sinis. Aimee jadi makin ketawa.

"Dibahas lagi! Gelitikin nih! Nih! Nih!" seru Gasta sambil mulai menggelitiki Aimee, membuat Aimee berteriak-teriak di tengah tawanya. Gasta terus menggelitik Aimee meski yang digelitiki sudah berteriak-teriak minta ampun yang diselingi tawa kegeliannya, hingga keduanya terjatuh di atas sofa. Bruk!

Gasta merangkul Aimee dari belakang. Waktu seakan berhenti berputar.

Gerakan mereka terhenti. Aimee menoleh ke arah Gasta yang wajahnya kini dekat sekali. Merekahlah senyum Aimee, disusul senyuman Gasta dengan mata sipitnya yang khas.

Di saat itu, tak sedikitpun terbersit di benak Gasta maupun Aimee, kenyataan bahwa di luar sana ada seseorang yang membuat mereka hanya sebatas 'itu'. Ya, Deon.

Di saat itu pula, yang ada dalam benak mereka adalah keindahan masing-masing yang saling menatapnya. Senyuman Aimee di benak Gasta, dan mata sipit Gasta yang tersenyum, di benak Aimee.
Tik tok. Waktu kembali berjalan normal.

Gasta menyalakan video, sedangkan Aimee sudah duduk manis di atas sofa dengan kedua kaki bersila. Gasta langsung menyusul di sebelahnya. Hujan di luar masih turun dengan deras. Petir menyambar-nyambar, dan udara dingin terasa menusuk tulang.

Film dimulai. Gasta duduk di sebelah Aimee, menyandarkan kepalanya ke sofa. Mereka dekat sekali. Tidak tersekat apa-apa. Gasta menyilangkan kakinya dan menyembunyikannya di bawah lutut. Kakinya mulai kedinginan karena tadi sehabis kehujanan dia tidak langsung membasuh dan mengeringkan kakinya.

Film baru berjalan lima menit. Aimee sepertinya tenggelam dalam cerita sehingga dia membisu saja.
"Haduh, dinginnya." celetuk Gasta tiba-tiba. Aimee menoleh, begitu juga dengan Gasta. Masih dengan tatapan terkunci pada raut Gasta, tak disangka-sangka...

Tangan kiri Aimee menggenggam tangan kanan Gasta.

Senyuman Aimee terurai indah. Gasta membalas senyuman itu, dilanjut dengan sebuah kecupan lembut di tangan kiri Aimee.

Keduanya terdiam sesaat, lalu kembali fokus pada televisi, seakan tidak terjadi apa-apa. Tangan kiri Aimee masih ada dalam genggaman Gasta. Jemari mereka masih bertaut satu sama lain.

"Gasta."
"Ya?" Gasta menoleh.
"Makasih ya."
Alis Gasta terangkat. "Untuk?"
"Selalu ada buat aku." jawab Aimee tulus, dengan mata terkunci pada layar televisi.
Gasta tersenyum. Kaki dan tubuhnya kedinginan, namun di hatinya ada secercah kehangatan.
"Anytime, Mee." timpal Gasta, dengan mata terkunci pada raut Aimee.

***

Empat puluh menit berlalu. Film sudah masuk pada konflik. Gasta larut dalam kisah film tersebut. Diliriknya Aimee. Aimee, yang kali itu tubuhnya nemplok pada Gasta, ternyata tertidur pulas. Gasta tidak tahu sejak kapan Aimee tertidur, karena daritadi posisi Aimee seperti itu.

"Mee... Aimee..." Gasta mengguncang-guncang tubuh cewek yang membuatnya jatuh hati itu. Dia hendak membangunkan Aimee dan menyuruhnya tidur di kamar saja. Namun ternyata, reaksi Aimee sungguh tak terduga.

"Hmmmmh..." Aimee menggeliat, lalu...
Clep!
Dipeluknya pinggang Gasta dari samping. Dan dia masih terlelap dengan pulasnya.

Gasta jadi salah tingkah setengah mati. Diguncangnya tubuh Aimee sekali lagi. "Mee, pindah yuk, ke kamar." ujarnya. Namun tak disangka, pelukan Aimee semakin erat. Gasta hanya tersenyum lembut, lalu diusap-usapnya kepala Aimee. Dibiarkannya gadis yang selalu mengisi benaknya itu terlelap dengan memeluknya.

***

Cklek. Feliz datang.
"Ssst. Kak." panggil Gasta saat Feliz lewat.
"Hey. Kamu? Kok?" seru Feliz, terkejut karena melihat Gasta dan Aimee di situ.
"Ssstt." desis Gasta, memperingatkan Feliz agar tidak gaduh. Kemudian dia menunjuk-nunjuk Aimee dengan isyarat menggunakan dagunya. Aimee yang sedang tertidur pulas di pundaknya.

Feliz tersenyum lalu geleng-geleng. "Gak bisa dibangunin." bisik Gasta, lirih. Seakan-akan Feliz hendak bertanya "kok kamu biarin aja dia bobo di situ?"
Feliz pun melenggang ke dapur.

Aimee tiba-tiba menggeliat. Gasta langsung menegakkan duduknya seolah tidak terjadi apa-apa. Film masih belum selesai ketika Aimee mengerjapkan matanya.

"Ya ampun... Aku ketiduran." desis Aimee diiringi tawa. Dia mengucek-ngucek matanya.
"Yeee, ketawa lagi. Tuh, mo abis tuh filmnya." sahut Gasta.
Aimee cuek. "Miss Feliz mana?" tanyanya.
"Di sini!" Feliz menyahuti dari dapur. Aimee memekik kegirangan.
"Maaf ya, Miss Feliz lama. Ini, Miss Feliz bawain makanan!" imbuh Feliz, membuat Aimee dan Gasta saling tatap, lalu berteriak kegirangan.

Gasta mematikan TV, lalu ikut nimbrung dengan Aimee dan Feliz. Mereka seru sekali membahas English Club, sedangkan Gasta... dia lebih memilih untuk memandangi Aimee dalam diam dan senyuman.
Feliz bisa melihat pancaran rasa kagum dari sorot mata Gasta pada Aimee kala itu. Setelahnya, Aimee pamit pulang dengan diantar Gasta.

***

Malam menjelang. Dari tadi, ponsel Gasta bergetar berulang-ulang karena grup kelas sedang ramai. Tapi Gasta enggan membukanya karena sedang sibuk merapikan catatannya untuk dikumpulkan esok hari.

Getaran ponsel Gasta makin menjadi. Gemas, dibukanya aplikasi Whatsapp di ponselnya.

Tampak ada beberapa chat menyebut kan nama Deon di sana.
Rinka mengetik, "Bahaya bahaya bahaya Deon bisa murka"
Shaci juga hampir sama, "serem kayanya kalo deon ngamuk"
Dan juga Stella, "aimeeeee jangan sampe deon tau loooh"

Gasta heran dengan percakapan itu. Diusapnya layar ponselnya untuk melihat chat sebelumnya. Hingga akhirnya ditemukannya sebuah chat yang menjadi sumber ponselnya yang bergetar bolak-balik kali itu, yakni chat dari Aimee.

Di situ, dia mengirimkan foto close-upnya dengan mengenakan hoodie "Hoopers" milik Gasta. Captionnya "anggota baru hoopers nih gengs". Tak ayal, Gasta menelan ludah namun hatinya diam-diam berbunga-bunga.

Aimee menceritakan kejadian dirinya yang kehujanan bersama Gasta dengan detail. Jelas mereka semua heboh. Namun Gasta tertawa bahagia. Ini berarti Aimee menganggapku spesial, begitu pikirnya.

Keesokan harinya, di sekolah, Aimee mengenakan hoodie milik Gasta. Tentunya, setelah semalam minta ijin pada Gasta untuk meminjamnya. Dan tentunya pula, Gasta dengan senang hati mengijinkannya.

"Hey, anggota Hoopers baru!" panggil Gasta pada Aimee. Aimee menoleh, tertawa. Dia mencubit pipi Gasta dengan kedua tangan, membuat Gasta terhenyak dalam diam.

Aimee, who do you think I am?

Gasta melenggang dengan senyuman dan kedua mata terkunci pada Aimee.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now