Dan, ya. Tanpa ba-bi-bu, Aimee melingkarkan kedua tangannya di pinggang Gasta, lalu menyandarkan kepalanya di punggungnya. Aimee memeluk Gasta erat sekali, namun tak sedikitpun Gasta merasa sesak karenanya. Sebaliknya, dada Gasta terasa sangat lega.

Gasta menambah kecepatan motornya. Aimee mempererat pelukannya.

Aimee bisa mendengar degup jantung Gasta yang lebih kencang dari biasanya. Aimee tersenyum. Yang dinaikinya bukan motor CB, dan yang dipeluknya bukanlah sosok dengan jaket denim biru muda. Karena yang memboncengnya kali itu bukanlah Dilan, tapi Gasta. Sehingga yang dinaikinya adalah sebuah motor matic dan yang dipeluknya adalah sosok berhoodie biru dongker. Namun Aimee merasa dirinya kali itu lebih spesial dari Milea.

Ada getar yang menggenapi hati Aimee yang kala itu sudah hampir kosong karena lupa diisi ulang oleh Deon, sang kekasih, yang sedang sibuk dengan proses penyembuhannya. Gasta dirasanya bukan lagi sebagai teman dekat, namun lebih dari itu. Teman yang paling mengerti dia, yang dapat mengisi kekosongan hatinya.

***

Gasta dan Aimee tiba di rumah, dengan kondisi 100% basah kuyup. Namun mereka tertawa-tertawa saja. Mereka masuk, lalu mengeringkan diri.

Beruntung tas mereka sama-sama anti air, sehingga ponsel dan lain-lainnya aman. "Ini Mee." Gasta memberikan sebuah handuk pada Aimee. Aimee memakainya di situ, di ruang tamu. "Bentar ya, aku cariin baju Kakak dulu. Buat kamu ganti baju." ujar Gasta, padahal kondisinya sendiri masih basah kuyup. "Kamu juga atuh pake handuk, Gas. Netes-netes semua tuh." cetus Aimee. Namun di dalam hatinya, Aimee salut setengah mati. Gasta tak sedikitpun berjiwa egois untuk masalah ini. Gasta bergegas menuju kamar kakaknya.

Aimee berdiri di samping sofa. Tidak lama setelahnya, turunlah Gasta dari lantai atas. "Sorry ya, Mee. Ternyata lemari kakak aku dikunci. Adanya ini. Gapapa ya?" Gasta menyodorkan sebuah hoodie abu-abu gelap bertuliskan "Hoopers". Ya, nama tim basket sekolah Gasta.
"Ga apa kali Gas. Makasih ya."
"Sama-sama." sahut Gasta. "Aku ganti baju dulu ya."
"Aku juga." timpal Aimee. "Ganti dimana nih?"
Gasta tersenyum. "Terserah. Mau bareng sama aku di kamar juga boleh." godanya jahil, langsung disabet dengan hoodie oleh Aimee, sambil tertawa.
"Hahahaha. Di kamar Kak Feliz aja Mee. Ayo, aku anter."

Less than five minutes, keduanya sudah ganti pakaian. Aimee tampak menggemaskan sekali dalam hoodie Gasta. Dia hanya mengenakan hoodie itu dan celana selutut miliknya karena celana panjangnya basah kuyup. Ya, benar-benar seperti di rumah sendiri bagi Aimee.

"Apa?" cetus Aimee dengan senyum tertahan, saat Gasta menatapinya dengan senyuman penuh arti. Padahal sebenarnya, itu senyuman yang menyimpan keterpanaan dan kekaguman.
"Kamu jadi gendut. Hihihi." Gasta cekikikan. Aimee malah tertawa. "Tapi cantik kan?" tanyanya penuh percaya diri.
"Iya, iya Mee, iya. Sebahagiamu deh." jawab Gasta asal, padahal, ya, di hatinya tentu saja Gasta berkata iya.

Aimee mengutak-atik ponselnya, sedangkan Gasta menyetel televisi. "Aku ada film romance baru Mee. Punya Kak Feliz. Nonton yuk."
"Yaelaaaaah." cetus Aimee tiba-tiba. Gasta menoleh kaget. "Kenapa Mee?"
Aimee memasang tampang sedih, dengan bibir yang sedikit dimanyun-manyunkan. Ponselnya disodorkan pada Gasta.

"Aimee, Miss Feliz masih di luar kejebak hujan. Herr Bas nggak bawa jas ujan jadi kudu neduh dulu. Di sini masih deras. Aimee tunggu aja dulu ya. So sorry." Gasta membaca chat dari Feliz untuk Aimee. "Ih, cemeeen!" imbuhnya, mengejek Baskara. Tapi percuma, Baskara tentu tak dapat mendengar.

"Ya udah, kita nonton film dulu aja Gas." ujar Aimee pasrah. Gasta malah masih sibuk memandangi chat dari Feliz itu. "Kalah ama kita ya Mee. Kita hujan deras terobos aja. Cemen lo Bas! Cemen!" maki Gasta pada ponsel Aimee. Aimee tertawa namun juga menegur Gasta, "Heh! Gitu-gitu dia guru kamu, Gasta."

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now