Skenario 2 : Jojon

103 11 5
                                    

Purnama tak pernah memujinya cantik.

Mungkin karena memang dia tak secantik langit di waktu senja.

Tapi dia, si bodoh yang juga tak cantik itu, tetap jatuh cinta. Bukan karena kenangan penuh pujian, justru karena tawa yang Purnama ukir dalam surai dan suara bahagia.

Saat itu Senja memakai baju merah terusan yang menggantung di atas mata kaki. Maka jadilah ia si bodoh yang tak cantik dan juga tak pandai berpakaian. Seharian ia tak nyaman, namun tetap dipaksakan untuk menjalani harinya yang singkat tanpa beban.

Hingga akhirnya ia bertemu Purnama. Bagai bayangan bulan yang jatuh di atas permukaan air, wajahnya basah menyejukkan disentuh air wudhu. Dia tersenyum, menyambut Senja yang datang mendekat, namun tiba-tiba senyum itu meledak menjadi tawa.

"Kamu kayak Jojon."

Senja tak tahu di mana hatinya, hingga kalimat itu tak sedikitpun menggores batin. Dia bahkan ikut tertawa saat melihat raut bahagia Purnama yang membuat wajah basahnya semakin bersinar, seakan memaksa Senja untuk terus mengingatnya.

Bahkan hingga bertahun-tahun, setelah ia tak lagi bisa melihat langsung wajah bahagia itu.

Purnama tak pernah memujinya cantik. Tapi ternyata itu bukan alasan untuk tidak tertarik.

Skenario Tanpa Pemeran Utama (Completed)Where stories live. Discover now