Part 36

4.3K 498 19
                                    


Aku memutuskan untuk bangun setelah beberapa saat mencoba kembali tidur dan tidak membuahkan hasil. Lagi pula aku yakin sebentar lagi matahari juga akan memunculkan dirinya.

Aku memandang pantulan diriku di kaca yang ada dihadapanku saat ini. Semua yang terjadi di mimpiku barusan itu seakan berputar perlahan didalam benakku. Sebuah mimpi yang kudapat untuk menjawab semua pertanyaanku selama ini.

Tapi meski aku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaanku ternyata tetap saja itu tidak semudah yang kubayangkan.

Dan yang pertama muncul dalam benakku adalah – Aiden.

Aku menghela nafas pelan dan memutuskan untuk membuka akses Bianca padaku.

'Akhirnya –' ucap Bianca sesaat setelah aku melakukan itu.

'Apa kau lupa kalau Ia adalah mate mu? Bagaimana bisa kau menghilangkanku lalu bertengkar dengannya seperti kemarin?'

'Dan kenapa kau masih diam disini? Cepat pergi dan kunjungi Aiden sekarang. Kau dan aku sama-sama tahu bahwa Ia juga terluka – sama seperti yang kita rasakan saat ini.'

Aku terdiam dan aku sudah menduga Bianca akan mengatakan itu semua.

Tapi yang membuatku terdiam adalah – perasaan yang sekarang kurasakan. Dan itu membuatku bertanya bagaimana bisa Aiden menahan itu semua semalaman?

Sesaat setelah akses Bianca terbuka membuatku merasakan rasa sakit akan ikatan mate kami, dan itu terasa sangat – sakit. Aku bahkan tidak sadar kalau air mata mulai menggenang di kedua mataku, dan bagaimana bisa Aiden manahan semua ini?

'Maaf – aku tidak bermaksud apapun. Aku hanya kesakitan dan kau tahu bahwa aku lebih merasakan ikatan itu dibandingkan dirimu.' Ucap Bianca ketika Ia sepertinya sadar aku perlahan mulai merasakan apa yang Ia rasakan juga.

Aku mengusap kedua pipiku yang basah akibat air mata yang mengalir. Dan aku sengaja membilas wajahku dengan air berharap itu dapat menghentikan air mata yang mengalir dan bisa membantu menyadarkanku – membuatku bisa berpikir lebih jernih lagi.

Tapi aku berhenti ketika mendengar seseorang mengetuk pelan pintu kamarku. Dan dari auranya aku bisa tahu bahwa itu adalah – Ace. Dimana itu membuatku bertanya dalam benakku – apa yang diinginkannya dengan menemuiku ketika matahari bahkan belum sepenuhnya memancarkan cahayanya?

"Ada apa?" tanyaku padanya ketika aku membukakan pintu kamarku padanya – tapi aku sengaja tidak mengijinkannya masuk.

Sepertinya apa yang dikatakan Petrova berhasil membuatku sangat berhati-hati dengannya.

Dan sepertinya Ace bisa merasakan rasa gelisahku akan dirinya karena Ia menatapku bingung seakan apa yang kulakukan adalah sesuatu diluar kebiasaanku.

"Kau tidak apa?" tanyanya dan aku memasang senyum kecil lalu mengangguk,

"Yes. I'm fine." Jawabku singkat, "Jadi ada apa?" tanyaku lagi padanya dan Ace menghela nafas pelan.

"Vernon – Ia berhasil membunuh satu keluarga lagi. Keluarga Larson." Jelasnya, dan itu adalah hal yang tidak pernah kuduga, "Mereka adalah salah satu keluarga berpengaruh juga, dan mereka kembali menuduh mereka dengan pemberontakan lalu menyerang dan menghabisi mereka semua."

"Dari yang kudengar, tidak ada satupun diantara mereka yang selamat." Tambahnya dan aku berbohong kalau aku tidak terkejut.

Aku sangat terkejut.

Sacrifices | ✓Where stories live. Discover now