Part 29

4.6K 554 15
                                    


Aku terbangun ketika menyadari bahwa aku tidak sendirian di tempat tidur yang cukup luas ini. Dan ketika aku membuka mataku perlahan barulah aku teringat apa yang terjadi semalam. Semua ingatan akan penyerangan vampire itu, lalu kehadiran Aiden dan Eli serta bagaimana aku berhasil meyakinkan mereka untuk menetap lalu bagaimana aku bisa tertidur bersama Aiden disampingku saat ini – semua ingatan itu perlahan terputar kembali dalam memoriku.

Aku memberanikan diriku untuk perlahan terduduk tapi jujur itu cukup sulit mengingat kondisi tangan kananku – dan setelah perjuangan selama beberapa waktu, aku akhirnya berhasil.

Aku menoleh kearah Aiden yang masih tertidur pulas di sisi kananku itu. Jujur aku ingin waktu berhenti saat ini juga karena melihat wajahnya seperti ini membuatku ingin mengenangnya selama yang aku bisa. Aiden terlihat begitu damai dan tenang – tapi aku tetap bisa melihat sedikit garis lelah dan pantulan kerja keras yang diperbuatnya sejak kecil hingga sekarang dari wajah polosnya itu.

Dan aku berusaha meraba wajahnya perlahan menggunakan tangan kiriku karena aku tidak ingin membangunkannya saat ini, aku tahu Ia dan lainnya sudah berlari semalaman tanpa henti untuk mencariku jadi istirahat adalah hal yang paling dibutuhkan Aiden saat ini.

Aku meraba wajahnya perlahan dan aku tersenyum kecil ketika merasakan seakan ada sengatan kecil sesaat jari ku menyentuh permukaan wajahnya. Aku merasakan rasa hangat dan ikatan mate memenuhiku karena kontak fisik yang kita lakukan.

'Ikatan mate memang tidak akan bisa di bohongi –' bisik Bianca pelan pada pikiranku dan aku mengangguk kecil mengiyakan ucapannya itu.

Aku menurunkan perlahan tangan kiriku dari wajah Aiden karena aku takut jika aku teruskan pria itu akan terbangun tapi sepertinya tanpa sadar aku sudah terlanjur membangunkannya karena sesaat setelah aku menarik tanganku – Aiden langsung menahan tanganku dan menariknya pelan untuk tetap menyentuh wajahnya.

Aku menatap terkejut kearah pria itu, dan berusaha menahan rona merah yang aku yakin cepat atau lambat akan memenuhi kedua pipiku atas apa yang barusan terjadi.

"Kau – sudah bangun?" tanyaku pelan berusaha mengalihkan pembicaraan, dan Aiden membuka matanya perlahan lalu menatap kearahku.

"Kau berada disini – tidak hanya sekedar mimpi bukan?" ucap Aiden seakan tidak menghiraukan pertanyaanku tadi tapi aku merasa terkejut ketika mendengar ucapan itu terlontar darinya,

"Aku sudah terbangun sejak tadi dan aku bisa merasakan sentuhanmu tapi aku tidak berani membuka mataku. Aku takut kalau ketika aku membuka mataku – semua yang kurasakan hanya mimpi dan halusinasiku." Ujar Aiden menjelaskan kenapa Ia berkata seperti itu tadi dan aku mengatupkan kedua bibirku erat-erat karena aku tidak tahu harus memberikan jawaban apa atas ucapannya itu.

"Ella." Panggil Aiden dan untuk sesaat aku bisa melihat kilatan pada kedua matanya lalu secara perlahan warna coklat pada sepasang matanya itu berubah menjadi lebih tua menunjukkan bahwa Serigala milik Aiden perlahan sudah menguasai tubuh Aiden saat ini.

Aku terdiam memberanikan diri untuk membalas tatapan itu tapi sepertinya tatapanku dan sikap diamku dianggap sebagai perijinan bagi Serigalanya.

Dalam satu kali gerakan Aiden berhasil mendorong pelan tubuhku untuk kembali tertidur dan pria itu tepat berada diatasku dimana Ia menggunakan sepasang tangannya untuk menopang tubuh kekarnya itu. Aku menatap dalam diam akan pemandangan yang jujur membuatku sedikit tidak nyaman tapi tanpa sadar aku juga menyukainya.

"Ella Aster –" bisik Aiden tapi kali ini aku merasa sedikit merinding ketika mendengar ucapannya tadi – Ia memanggilku seakan namaku adalah sesuatu yang sangat berharga. Suara Aiden terdengar lebih rendah dan dalam membuatku semakin menyukai suara khas pria itu.

Sacrifices | ✓Where stories live. Discover now