21. Suara dalam Kebisuan

245 29 30
                                    

[Gue bikin chapter ada suara-suaranya jangan dikira gue lagi demam sama pemilu ya? Hubungannya cuma sana hak dan kewajiban. Udahlah, baca aja. Kok ribet]






 Kok ribet]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















***

Kalo ditanya ada yang bisu nggak di kelas XI MIPA 2?

Nggak, nggak ada kok.

Yang pura-pura bisu?

bANYAK!

Menurut penelitian abal-abal milikku, kalo dikelas ada yang bisu berarti secara timbal balik banyak juga dong yang tuli. Kita berpikir jernih aja, mungkin yang tuli-tuli itu pernah denger musik pake earphone eh malah earphone nya masuk ke telinga. Jadinya tuli deh.

Bukan tuli beneran kok. Cuma pura-pura tuli. Tuli untuk denger setiap aspirasi atau opini dari kita-kita yang notabenenya juga penghuni kelas. Lalu, memutuskan kehendak seenak jidat. Dan minta kita buat inilah-buat itulah.

"Ris!" Panggil gue ke Risma. Tapi si Haris alias biang kerok kelas juga ikut noleh.

"Apaan Ta?" Bukan Risma. Tapi si Haris yang tanya ke gue. Lah? Salah sambung dirimu maz. Kesian sekali.

"Idih! Bukan lo kali. Gue panggil si Risma. Geer banget dirimu!"

"Makanya kalo panggil tuh yang bener!" Haris kembali tidur dalam pangkuan Tuhan. Eh salah! Maksud gue tidur diatas meja. Kan dosa kalo do'ain anak orang mati.

"Kenapa Ta? Gak biasanya panggil-panggil Risma," celetuk Risma yang... YaWLAh kiyod sekali. Seketika ingin jadi om-om pedofil diriku bila melihatnya.

"Anu.. Mau nanya soal uang kas Ris!" Btw aniway busway! Setelah kejadian colong-mencolong uang waktu itu. Bendahara kelas langsung diganti gaes. Dan digantilah ke Risma yang kiyowo ini. Dengan alasan, kan kalo anak kiyowo nggak ada yang tega nyolong uangnya.

"Oh uang kas ya Ta! Kenapa? Kalo nggak salah uang kas kamu nunggak empat minggu ta."

Gue auto keselek mendengar pernyataan Risma. Empat minggu itu sebulan. Lah? Gue sebulan nunggak uang kas. Pantesan bulan ini gue serasa makan banyak. Ternyata nunggak uang kas toh.

"Aduh maaf ya Ris! Tapi..."

"Hoey Ris uang kas tinggal berapa?" Si Nevi langsung nyerobot diantara percakapan gue dengan Risma.

"Oh uang kas kelas ya? Tinggal sekitar lima jutaan. Emangnya kenapa?"

"Nanti ada acara."

Kelas ArchimedesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang