BAB 4 - Salah Paham

3.2K 465 7
                                    

"Lo mau pesen apa?" Zano bertanya saat Zia masih menatap buku menu di hadapannya.

"Hmm, apa ya?" Zia malah bertanya balik dan terus membalik halaman demi halaman buku menu di tangannya.

Grep! Zano gemas dan langsung merebut buku menu itu dari tangan Zia. "Kelamaan, biar gue yang pilih."

"Ih kakak!" protes Zia kesal.

"Tanderloin steak dua, sama lemon tea dua."

"Nggak! Aku strawberry milkshake mbak! Dia aja yang lemon tea." Sergah Zia buru-buru.

Setelah pelayan itu pergi, Zano menatap Zia dengan penasaran, "Lo jadi makin berani ya sama gue? Udah nggak takut lagi?"

Zia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Masih sih, tapi nggak tau kenapa Kak Zano itu sebenarnya nggak sejahat yang aku bayangin kok."

"Dasar aneh."

Zia hanya membalasnya dengan tersenyum riang.

"Kenapa? Lo udah suka sama gue?" tanya Zano ketika Zia terus menatap wajahnya.

"Belum tuh. Kakak itu ganteng sih. Tapi sayang... kelakukan kakak kayak gitu."

"Apa maksud lo? Kayak gitu gimana?" Zano gemas dan reflek mencubit pipi Zia.

"Aw! Sakit kak!" Zia menepis tangan Zano lalu mengusap-usap pipinya yang mulai memerah. "Oh iya kak aku mau tanya sesuatu."

"Apa?"

"Kakak kenapa disebut biang onar? Emang kakak ngapain aja?"

"Menurut lo?"

"Berantem? Bolos? Tawuran?"

"Semuanya."

"Eh?!" Zia terbelalak. "Ih nakal banget sih." Celetuknya lagi-lagi kelepasan.

Zano kembali terkejut dengan reaksi Zia yang malah terbilang lucu.

"Terus, kakak ngerokok nggak?"

Zano mengangguk yang langsung membuat Zia tersenyum kecut, "Minum bir? Tuak? Pigur? Narkoba?"

Zano menatap Zia dengan ekspresi datarnya, "Ya nggak lah, gue masih nakal di batas yang wajar. Nggak sampai sana."

"Hm, baguslah."

"Emang kenapa?"

"Nggak papa sih, cuma kalo kakak ngelakuin semua hal yang barusan aku sebutin itu, mungkin aku nggak akan pernah mau deket-deket kakak lagi."

"Kok gitu?"

"Iyalah, males amat temenan sama sampah masyarakat."

"Temenan?" wajah Zano berubah tak suka saat Zia mengatakannya.

"Oke aku ralat. Males amat pacaran sama sampah masyarakat!"

"Terus, kalo bolos sama berantem itu bukan sampah masyarakat?"

"Ya sampah masyarakat juga sih. Kata mamaku kalau bolos sama berantem itu masih wajar, karena kebanyakan anak laki-laki emang begitu karena salah pergaulan."

"Jadi maksud lo, gue salah pergaulan, gitu?" Zano menatap Zia heran, gadis di depannya ini tanpa rasa takut mengatakan semua hal itu kepadanya. Kini ia mengetahui sisi lain dari gadis itu yang terlalu jujur, ceplas ceplos dan juga polos.

Zia mengangguk cepat.

"Itu artinya kalo lo deket-deket gue, lo juga bakal jadi kayak gue?"

Zia mengerutkan keningnya sambil berpikir, "Hm, bisa jadi. Makanya aku kabur terus dari kakak, eh tapi kakaknya ngikutin terus."

Sweet Bad Luck!Where stories live. Discover now