22. Healing

262 29 15
                                    

Mobil berhenti melaju. Yongguk menghela napas setelah menempuh perjalanan Kota yang begitu panjang dan padat. Ia memperhatikan jam mobil, yang telah menunjukkan angka 6 malam. Sudah lebih dari beberapa jam waktu dihabiskan di dalam mobil yang bergerak.

Yongguk menoleh. Muramnya malam saat itu tidak menyembunyikan wajah manis Himchan yang duduk di sampingnya, tertidur pulas. Seharusnya ia telah dibawa pesawat melewati benua untuk sampai ke salah satu negara Eropa bersuhu dingin disana. Namun disini ia berada, tertidur tenang di sampingnya. Yongguk masih bisa mengenggam tangannya sedekat ini. Ia begitu bersyukur.

Dirinya enggan membangunkan lelaki cantik itu begitu saja. Ia ingin lebih lama memperhatikan wajahnya yang begitu lucu, polos, dan damai. Hatinya terus berdebar menghadapi karunia Tuhan yang baru kali ini ia temui. Ia kembali mendesah lega. Kepalanya beradu dengan kursi, terangkat menerawang langit malam yang terlihat lebih indah.

Tangannya merogoh sesuatu yang disembunyikan dari balik jas tuxedo yang sudah ia longgarkan. Ada sekotak cincin di dalamya. Isinya adalah 2 cincin perak bertahta kristal mungil yang begitu cantik. Cincin pilihannya untuk orang yang tepat. Ia bahkan tidak setuju dengan cincin pilihan Chungha dengan berlian mahal. Ia memperhatikan cincin ini, Yongguk langsung jatuh cinta. Serupa ia jatuh pada pandangan pertama dengan Himchan. Cincin ini membekaskan kenangan bersamanya.

Ia tahu akan seperti ini. Melarikan diri demi menjemput kembali lelaki kesayangannya. Cincin ini ia persiapkan untuk mereka berdua. Ia sampai senyum malu- malu, membayangkan saat memalukan menawarkan cincin ini pada Himchan. Ia benar-benar ingin melakukannya, berlutut mengangkat kotak cincin seperti ingin meminang. Tapi Himchan mungkin tidak siap untuk itu.

Maka secara diam-diam, pria tampan itu dengan inisiatif memasangkan cincin di jemari Himchan secara hati-hati. Ia pelan memasukkan lingkar cincin yang terasa pas mulai menelusup ke jari manis Himchan. Meskipun sesekali bergerak tidak nyaman, Himchan masih memejamkan mata. Semuanya jadi beres setelah cincin tersebut berhasil terpasang pas. Kemilaunya tampak cantik di bawah sinar bulan. Yongguk tersenyum puas.

Ada sekelebat pemikiran (yang cukup gila) untuk membawa Himchan pergi jauh dan menikahinya. Lihat saja, ia sudah pakai cincin yang sama dengan pemuda itu serupa pengantin baru. Tidak salah jika kali ini ia sudah bisa dinobatkan sebagai suami Kim Himchan.

Lebih tepatnya, Bang Himchan?

Tiba-tiba handphone Yongguk berdering. Dengan cekatan pria itu mengangkatnya, ia terlalu sibuk memperhatikan cincin kristalnya sampai tidak sadar dengan nomor yang tertera.

"BRENGSEK"

Seruan dari seberang, membuat Yongguk terlonjak dan hampir saja HP nya terhentak lepas dari pegangan. Suara wanita tiba-tiba saja menggelegar membuatnya bungkam seketika. Suara itu terdengar tidak asing.

Ia segera memperhatikan layar monitor sebelum menjawab seruan itu. Betapa terkejutnya dia nomor Paman Junki yang tertera disana. Lalu siapa wanita ini? Pamannya itu sama sekali belum menikah!

"Kembalikan anakku, anak kurang ajar! Kau akan menyekapnya berapa lama?!"

Belum sempat memperkenalkan diri, Yongguk sudah bisa tebak siapa wanita disana. Ia melirik Himchan yang tertidur pulas tanpa (sempat) disentuhnya. Masih utuh dan segar. Kenapa wanita ini sebegitu khawatirnya?

"Ibu.."

"Dan jangan panggil aku 'IBU'!"

Yongguk terbungkam. Ia bersumpah, ibu Himchan begitu galak di luar ekspektasinya.

"Himchan baik-baik saja. Aku hanya membawanya jalan jalan ke pantai. Tidak jauh dari Seoul." Yongguk meneguk ludah. Meskipun ia tidak yakin seberapa jarak 'jauh' yang bisa ditolelir Hayeon. Semoga saja wanita itu tidak mencari tahu seluruh pantai di Korea untuk menemukan Yongguk. "Dia sedang tertidur sebentar, Bi. Akan segera kubawa pulang."

My Idol, My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang