8. Pembawa masalah

529 35 1
                                    

Kedua mata Yongguk mengedip cepat, berusaha menguasai cahaya mentari yang lolos dari jendela kamar. Ia memandang ke seluruh ruangan, seperti sebelumnya ketika ia menghuni kamar ini.

Harumnya Himchan persis sama seperti yang Yongguk rasakan ketika pertama berkunjung kemari. Pagi hari yang begitu segar bagi kesehatan lahir dan batin Bang Yongguk. Ia tidak lagi merasa keluh kesah dengan berbagai mimpi aneh atau hari sebelumnya yang membuat emosinya cukup terpacu. Semua terlupakan setelah mendapati sang pujaan hati berada di dekatnya, dan dapat dilihatnya kembali.

Sampai akhirnya aksi menikmati suasana pagi ala Bang Yongguk harus dihentikan ketika pintu kamar diketuk.

"Jongdae-ssi? Kau sudah bangun?"

Seruan Himchan berhasil membuat Yongguk hampir terlempar dari atas kasur. Tubuhnya bergerak panik kesana-kemari, mengitari kamar tersebut 2 kali, sampai ia ingat dimana ia taruh kacamatanya.

Kacamatanya dengan sangat pintar ia taruh tepat di samping ia tidur tanpa ia sadari sedari tadi. Rasa panik lolos memutar otaknya beberapa saat.

Pintu dibukanya dengan hati-hati, mengintip keadaan Himchan tepat di hadapannya yang masih santai dengan kaus cokelat imutnya.

Jadi ingat kalau baju pinjaman ke Jongdae masih menginap manis di dalam lemari nya yang kokoh dan mewah di antara baju mahalnya. Mungkin kalau Himchan lupa, bisa dijadikan koleksi sendiri.

"Kau akan sekolah?"

Senyum manis Himchan menyembul kembali, cukup memanjakan jiwa raga Yongguk yang baru saja bangun.

"Ini hari Sabtu. Sekolahku libur," Himchan mengangkat nampan yang sedari ia pegang, yang dengan lelah menggantung di tangannya selagi berbicara di depan Yongguk. "ada roti dan teh jika kau mau."

Yongguk memperhatikan isi nampan tersebut dengan heran. Persediaan kali ini terlihat biasa untuk Yongguk setiap menyambut sarapan di dorm. Tapi, untuk apa Himchan melakukannya? Bukankah roti bukan makanan yang biasa bagi warga tradisional Korea?

"Kau tidak tertarik?" wajah Himchan mendadak kecewa. "Kukira untuk orang sepertimu suka menu-menu seperti ini."

Yongguk ber'Ahh' ria karena merasa paham.

"Kau tidak berpikir aku adalah orang kaya, seorang bangsawan semacam itu, kan?"

Himchan menunduk kecil, ia mengerut alis, takut menjawab salah, "Kurasa."

Yongguk mengekeh singkat dengan perlakuan Himchan yang menurutnya menggemaskan. Menelisik dari segala perilaku dari yang santun, lemah lembut, pengertian, hingga takut salah.

"Kau sering ke bar dan membeli bir-bir mahal. Aku rasa kau anak yang cukup kacau dengan keluargamu yang serba pu-" Himchan segera membungkam bibir dan kembali melanjutkan kalimatnya, "ma-maafkan aku telah lancang."

Yongguk senang jika sangat dimengerti oleh Himchan. Hampir semuanya benar, sayang tidak bisa diungkapkan seluruhnya.

"Kalau kau berpikir demikian, simpan baik-baik sampai kau tahu siapa aku sebenarnya." Yongguk ucapkan dengan nada agak merayu yang hanya bisa mendiamkan Himchan yang masih agak malu-malu berbicara jauh tentang Jongdae.

Sementara Yongguk dan Himchan bercakap di depan kamar, ibu Himchan keluar dari kamarnya. Kamar ibu dan kamar pribadi himchan (yang secara kebetulan) sedang dipakai oleh Yongguk, hanya berjarak 7 ubin saja.

Wajahnya tidak tampak lelah untuk pagi yang lembut dan menenangkan ini yang beberapa kali menyita kesadaran Yongguk. Beberapa kali Yongguk seperti akan menguap dan mau menempel kembali pada ranjangnya jika ia tidak ingat sedang menumpang di tempat siapa.

My Idol, My BoyfriendWhere stories live. Discover now