Part 28

8.9K 166 5
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh tetapi kami masih asyik mengobrol. Rencananya keluarga besar Bunda Heni akan menginap di sini. Dan pulang keesokan harinya. Rumah ini cukup luas sehingga mampu menampung tamu-tamu yang ada.

Aku izin ke dapur mau mengambil minum. Karena sedari tadi hanya di ajak ngobrol keponakan Yery. Yang ku ketahui namanya Icha.

Tanpa aku suruh, kak Abel mengikuti langkahku ke dapur. Aku mulai curiga padanya. Mau apa dia membututiku.

"Apa kabar?" Tanya Kak Abel menuangkan air putih ke gelas.

"Tidak baik." Jawabku ketus. Sambil membuka kulkas hendak mengambil air dingin.

"Masih ingat kejadian di Bali?" Tanyanya sinis.

"Setiap hari." Ku tutup pintu kulkas dengan kasar.

"Masih perawan dong sekarang. Eh... atau udah di ambil oleh bapak itu." Dia tersenyum jahat.

"Bukan urusan kamu ya. Dasar wanita brengsek." Marahku padanya.

Untung saja di dapur hanya kami berdua, jarak dapur dengan ruang tamu juga sedikit jauh. Jadi memungkinkan tidak akan di dengar orang. Ku lihat pelayan juga tidak ada. Semoga mereka masih sibuk, sehingga tidak mendengarkan perdebatanku dengan wanita jahat ini.

"Asal kamu tau, bukan aku pelakunya. Uangnya juga sudah aku kasih ke suamimu." Jelasnya. Lalu berjalan meninggalkanku.

"Jaga bicaramu." Teriakku.

Apa maksud perkataan Kak Abel tadi. suamiku yang melakukan semua ini. Tidak Yery orang baik, tidak mungkin dia pelakunya. Apa gunanya menyerahkan istrinya ke pria lain. Sudah tidak waraskah.

Lagian Yery yang menolongku. Kalau dia yang merencanakan semua, ngapain dia cape' berkelahi dengan bapak tua itu.

Tapi darimana Yery tau kalau aku ada di kamar itu dan mengambil barangku yang hilang dengan mudahnya. Benarkah dia yang menyakitiku.

"Tidak...tidak... Jangan langsung percaya wanita jahat itu. Aku percaya suamiku. " aku mengambil nafas menenangkan diri lalu kembali ke ruang tamu .

Hari ini aku tidur dengan Icha, gadis itu menyeretku untuk mau tidur dengannya. Alasan karena dia senang punya kakak sepertiku. Tidak banyak pikir aku mengiyakan ajakan. Sedangkan Yery menampakkan wajah kesalnya. Berulang kali Yery membujuk Icha agar tidur sendiri atau minta di temani yang lain, tetapi dia tetap bersikukuh tetap tidur denganku. Aku tersenyum dalam hati.

Sebelum tidur aku sudah mengambil celana leging

"Kak, jadi guru enak tidak?" Tanya Icha di ranjang kamar tamu.

"Ada enaknya dan juga tidak." Jawabku berbaring di samping Icha.

"Yang gak enak pasti banyak memberi tugas, enaknya bertemu banyak orang bisa cerita sama murid-murid." Sambungku.

"Aku ya kak, pengen jadi pramugari." Dia tersenyum.

"Amin. Nanti kakak naik gratis ya." Candaku.

"Gampang. Untuk kakak iparku ini okelah." Dia tertawa.

"Abang Yery gak marahkan kak?" Tanya Icha yang masih belum tidur juga.

"Tenang. Cepat tidur.." kataku lalu pura-pura memejamkan mata.

Ku lihat Icha juga ikutan tidur. Ini anak menganggapku kakaknya sendiri ternyata. Senangnya punya adik perempuan.

Jam satu malam, aku terbangun tidurku. Rasanya lama sekali pagi datang. Ku tengok di sebelahku Icha sedang terlelap tidur, ku goyang-goyangkan tubuhnya tetap tidak bergerak sedikitpun.

Aku teringat suamiku, sedang apakah dia. Apakah dia bisa tidur tanpaku. Atau...
Akhirnya ku putuskan untuk bangun dan ke kamar Yery. Dengan berjalan mengendap-endap layaknya maling di rumah mertuaku sendiri. Aneh bukan. Ku lakukan karena agar semua orang tidak bangun.

Ku pegang knop pintu kamar Yery, yang juga kamarku. Tidak dikunci ternyata.

"Dasar ceroboh. Kalau di masuki orang gimana. Mau ya kamarnya di maling. Eh biarin deh, aku hanya mengecek apakah dia sudah tidur." Aku berkata sendiri.

Ku buka pintu, lalu menutupnya kembali dengan perlahan. Dia tidak mematikan lampu sehingga aku dapat melihat ternyata dia sudah tidur. Ku dekati ranjang dan ingin melihat wajah tampannya sebentar.

Tidak sengaja aku menendang ikat pinggang yang tergeletak begitu saja di lantai sehingga aku ambruk ke ranjang.

"Akk..." teriak Yery.

Segera ku bungkam mulutnya agar berhenti berteriak.

"Aku Ira. istrimu " bisikku pelan.

"Iya..iya.. ngagetin seperti maling." Ucapnya melepas tanganku di mulutnya.

"Takut hantu kan." Cibirku.

"Ngapain kesini." Katanya kesal.

"Gak suka ya. Yasudah aku balik aja ke kamar tamu sama Icha." Marahku lalu bengkit dari ranjang.

"Jangan " cegah Yery. "Disini saja. Aku takut tidur sendirian."

"Kenapa banyak hantu ya. Itu pintu di kunci kalau ada yang masuk gimana?" Omelku.

"Yang masuk wanita cantik gak masalahlah." Ucap Yery memelukku dan menarikku sehingga kini posisiku menindihnya.

"Yery, jangan macam-macam deh. Aku kesini hanya ingin melihatmu sudah tidur atau belum." Aku berusaha melepas pelukannya.

"Bohong. Kamu kangen aku kan. Karena posisi kita begini ayo di lanjut." Yery menarik kepalaku sehingga menciumku.

Krekk...pintu terbuka..

To be continue...

AKU DAN PERNIKAHAN (COMPLETED)Where stories live. Discover now