Part 25

10.2K 160 2
                                    

Hari ini aku libur kerja, begitupun Yery. Sabtu pagi sudah di guyur hujan. Sehingga menghambat orang malas untuk beraktifitas di luar.

"Sayang, nanti malam kita di suruh bunda ke rumah." Kata Yery sambil menyeruput kopi.

"Ada acara apa?" Tanyaku sambil menuangkan sop ke mangkuk.

"Kumpul dengan keluarga. Keluargaku di semarang, Bandung dan Surabaya kumpul semua. Mama sama papa kamu juga di undang." Terang Yery.

"Oh begitu. Aku ngikut saja deh. Lagian lama aku tidak jumpa orang tuaku." Kataku duduk di kursi.

"Tetapi, ada Kak Yurico dan istrinya." Ucap Yery sedikit berbisik.

"Suamiku akan melindungikan?" Tantayaku meliriknya.

"Pasti." Jawabnya tegas.

Aku senang Yery berkata begitu. Dan ku lanjutkan memakan sop selagi hangat, begitupun yang di lakukan Yery.

Selesai mencuci piring.
Rasanya aku kangen dengan kakak laki-lakiku. Ya Kak Zuna. Lama sangat aku tak bertemu dan berkomunikasi dengan dia. Ku ambil ponsel yang ku taruh di meja ruang tamu. Segera ku cari namanya di daftaran kontak.

*Kak Zuna...* teriakku kesenangan. Setelah ia mengangkat sambungan teleponku.

*Heh bocah. Budek ni kuping gue. Biasa aja kali.* marah Kak Zuna.

*Hehe... kangen kak. Lama tidak bertemu.* aku terkekeh.

*Iyalah. keenakan sama suami lo jadi lupa sama kakak kandung sendiri.* omel Kak Zuna.

*Apa sih. Kakak sendirikan yang menyuruh aku nikah. Kasihan sekarang gak ada yang di jahili. Kangen ya sama adik yang cantik ini.* Aku sedikit manja pada kakak ku itu.

*Bushet... PD amat lo bocah. Sekarang sudah ada pengganti lo tau.*

Tiba-tiba seseorang memeluk pinggangku. Aku kaget di buatnya. Ternyata Yery yang melakukan itu. Dia menyeretku sehingga aku duduk di pangkuannya.

"Siapa?" Tanya Yery membisik.

"Kak Zuna." Jawabku dengan menjauhkan ponsel dari telinga dan mulutku.

Yery mengangguk.

*Apa Kak? Pengganti. Maksud kakak pacar gitu.* Tanyaku antusias.

*Iyalah. Emang lo doang yang nikah. Kakak juga segera akan nikah. Tunggu undangan datang.* Kak Zuna berlogat sombong.

*Apa Kak Zuna akan nikah.* Teriakku kaget dengan ucapan Kakak yang menyebalkan itu.

"Hey, jangan teriak kenapa." Ucap Yery. Aku lupa kalau sekarang posisiku ada di pangkuan Yery.

"Maaf-maaf.  Aku kaget, Kak Zuna segera nikah katanya." Ucapku membela diri.

"Speaker kerasin. aku pengen dengar juga." Yery mendekatkan diri ke punggunggu.

Segera ku tekan tombol mengaktifkan speaker.

*Ra, Gue dengar suara Yery itu. Lo lagi ngapain sama dia? Suara kalian dekat banget. Jangan-jangan kalian sedang ber....* Ucap Kak Zuna terpotong.

*Bro apa kabar?* Sapa Yery memotong ucapan Kak Zuna.

Begitulah Yery dan Kak Zuna memang mereka saling akrab sehingga memangil dengan kata bro.

*Kabar baik Bro. Eh lo lagi ngapin sekarang?* Tanya Kak Zuna pada Yery.

*Berduaan sama adik lo bang.* Yery tersenyum nakal.

*Oke. Mentang-mentang nikah terus pindah rumah ke apartemen berdua begitu ya tiap hari.* Kak Zuna sedikit membentak.

*Makanya cepat nikah bro.* setelah berkata begitu Yery malah memelukku erat. Kepalanya di senderkan ke bahuku. Sedangkan tanganku masih memegang ponsel dari tadi.

*Tenang. Sudah ada calonnya. Tinggal hitung hari. Nanti lo gue kalahin.* Ucap Kak Zuna.

*Gue tunggu bro. Nanti kita beradu siapa yang kuat. Yang kalah membelikan tiket ke luar negeri ya.* Yery masih dalam posisi yang sama, nampaknya ia senang mengobrol dengan Kak Zuna.

*Oke siap. Sono latian dulu.*
Kak Zuna tak kalah asyiknya mengobrol dengan Yery.

*Kalian ngomong apa sih. Ini ada aku hargailah.* ketusku kesal.

*Ini masalah pria, Dek. Lo bocah jangan ikutan.* Ucap Kak Zuna.

Aku melirik Yery, yang disambut anggukkan dan senyum manis miliknya.

*Baiklah. Ini kalian masih ngobrol gak?* tanyaku sedikit kesal.

*Udahan aja. Gue lagi nyetir mau ke rumah camer. Bye.* katanya dengan memutuskan sambungan telepon.

"Dasar ini anak. Seperti ABG  jatuh cinta." Omelku sendiri.

"Biarkan saja. Dia lagi kasmaran." Ucap Yery menenangkanku.

Aku segera meletakkan ponsel di meja kembali. Yery malah memelukku erat.

"Ini apa? Lepas." Kataku menggoyangkan badan untuk melepas tangan Yery di pinggangku.

"Seperti di peluk orang lain saja." Ucap Yery mulai menciumi leher belakangku.

"Geli. Lepas Yery aku mau beres-beres." Erangku yang masih meronta-ronta.

"Bokongnya gak usah gerak-gerak. Nanti adikku berdiri baru tau rasa kamu." Yery masih tidak melepaskanku.

Akhirnya aku diam. Tidak bergerak lagi takut kalau Yery memangsaku sekarang. Ini masih pagi untuk melakukan pikiran kotor Yery.

Bersambung..
To be Continue....

AKU DAN PERNIKAHAN (COMPLETED)Where stories live. Discover now