Part 21

9.6K 179 1
                                    

Pagi sekai aku bangun. Tak ada Yery di sampingku.

2 malam ini Yery tak tidur denganku. Nampaknya dia sangat marah padaku. Ketika aku menolak dia melakukan haknya malam itu.

Minggu pagi ini. Akan ku habiskan untuk membuat soal-soal untuk muridku. Pasti mereka menungguku besok. Seminggu serasa sebentar bagiku, walaupun aku tak ingin menikmati masa cutiku. Selama cuti entah siapa yang menggantikanku. Besok akan ku tanyakan pada rekan guru.

Yery tak ada di rumah setelah pagi tadi dia mengirimku pesan singkat bahwa ia pergi bekerja di kantor miliknya sendiri. Aku baru tau bahwa ia mengelola salah satu perusahaan Ayah Yoga.

Tak terasa hari senin datang. Aku bersiap diri untuk pergi mengajar. Kemarin tak ada kabar Kak Yurico maupun Kak Abel pulang ke rumah ini. Biarlah mungkin mereka betah di Bali. Sedangkan Yery masih sama, dia mengacuhkanku dan tak mau tidur bersamaku. Dia memilih tidur di sofa ruang keluarga. Karena Ayah Yoga dan Bunda Heni belum datang. Jika saja mereka tau pasti Yery di marah i habis-habisan.

***********

Dua minggu lebih sudah usia pernikahanku. Tapi tak ada tanda-tanda Yery memaafkanku. Selama ini ia lebih memilih tidur di sofa kamar tidur. Walau sebenarnya berat hati aku menerima itu. Dia juga masih dingin padaku.

Kamis malam Yery meminta izin ke orang tuanya pindah rumah. Ia mengajakku ke apartemen miliknya. Aku mengikuti saja keinginannya.

Karena yang ku tau besok lusa Kak Yurico dan Istrinya pulang ke rumah ini. Tentu saja aku malas untuk bertemu wanita jahat itu.
Pukul 9 malam kita sudah ada di apartemen. Aku segera menaruh pakaianku ke dalam lemari. Karena kita akan tinggal disini.

"Kak Yery." Panggilku ketika Yery rebahan di kasur.

"Apa?" Tanyanya datar.

"Bukan apa-apa." Aku mengerjainnya.

"Kenapa kamu memanggilku Kak sekarang?" Tanyanya bangkit dari tidurnya dan duduk.

"Bukankah usiamu lebih tua dariku." Aku mendekatinya.

"Benar juga." Ucapnya lalu pergi ke kamar mandi.

"Apa sekarang aja ya." Batinku memikirkan rencana.

Aku mengambil celana hots pant dan kaos lengan pendek warna kuning. Ku lihat Yery keluar dari kamar mandi dan sudah mengganti pakaian menjadi boxer dan kaos putih polos. Giliran aku yang memasuki kamar mandi.

15 menit keluar kamar mandi. Aku nampak ragu. Mengingat Yery masih marah padaku. Berhasilkah rencanaku ini.

Yery memandangku sebentar. Melihat apa yang aku pakai, sangat terbuka bukan.

Aku mencoba mendekati Yery yang berdiri di depan cermin
.
"Kak. Masih marah padaku?" Tanyaku menetralkan suasana hatiku.

"Sedikit." Jawabnya cuek.

"Kalau aku minta maaf lagi. Kakak memaafkan tidak?"aku mencoba menatapnya.

"Mungkin." Katanya datar.

"Kak Yery aku minta maaf. Dan ini aku akan benar-benar minta maaf. Aku akan minta maaf lagi untuk tindakan yang akan aku lakukan sebentar lagi." Ucapku memejamkan mata.

"Maksudnya?" Tanya Yery kebingungan atas ucapanku.

Langsung aku raih wajahnya. Ku cium bibir mungil milik Yery. Dia nampak kaget dengan sikapku yang aneh.

"Ada apa?" Tanyanya di sela aktifitas gilaku.

Tak ku hiraukan dia.

Malahan aku menuntunya ke ranjang dan menindihnya.

"Ira lepaskan." Katanya mendorong lenganku.

"Kenapa? Bukannya ini yang kamu mau. Kamu marah gara-gara ini kan?" Tanyaku masih dalam posisi yang sama.

"Iya tapi.." ucapnya tertahan.

"Ayo lakukan sekarang. Agar kau tak mengacuhkan aku lagi." Ucapku.

"Tidak.. tidak.. bukan ini yang ku maksud." Katanya mendorongku sehingga aku berdiri dan dia terduduk.

"Kenapa kau menolakku?" Tanyaku.

"Aku gak mau ngelakuin karena terpaksa." Jawabnya.

"Tetapi kau marah padaku." Aku memelas.

"Aku marah. Karena kamu berteman dengan Abel. Pergi ke Club tanpa izin, seharian kau bersenang-senangkan dengannya. Aku gak masalah jika kamu pergi dengannya tapi pakaian kamu di jaga. Jangan nampakkan pundak, paha ataupun dada atas kamu. Apalagi minum alkohol, aku benci itu. " terangnya mengusap wajah dengan kasar.

"Iya Yery. Kamu benar. Aku bukan wanita baik buatmu." Aku mulai menangis.

"Eh.. jangan nangis. Nanti banjir kan kamu gak bisa renang." Candanya menghiburku.

"Kamu itu kalau diajak serius gak bisa." Aku memukul pundaknya.

"Jangan ulangin lagi ya." Mohonnya berdiri dan memelukku.

"Iya." Aku membalas pelukannya.

Udah baikan. Itu tanda syukurku. Akhirnya dia memaafkanku.

Bersambung...

Bakal cepet next.
Terimakasih yang sudah mau membaca.

Vote please....

See you.

AKU DAN PERNIKAHAN (COMPLETED)Where stories live. Discover now