Part 23

9.9K 173 2
                                    

Setelah sholat isya', aku menyiapkan makan malam. Tadi sore aku sudah masak dan sekarang hanya menghangatkan. Ku lihat Yery di ruang tamu sambil memegang laptop. Ia pasti sibuk kerja terlihat jelas sesekali ia mengusap kasar wajahnya karena capek seharian kerja. Di tambah lagi kalau di rumah pasti tidak ada waktu bersantai. Jujur dari hatiku kasian melihatnya. Tapi aku tak bisa berbuat apa, dunia bisnis bukanlah bidangku.

"Kak Yery makan malam dulu." Kataku setelah selesai menyiapkan makanan di meja makan.

"Iya." Ucapnya langsung menutup  laptopnya.

"Aku ambilin." Cegahku ketika ia hendak mengambil nasi.

"Baiklah." Ia mengangguk.

Setelah selesai makan aku membereskan piring. Kulihat Yery pergi ke kamar. Tak ku hiraukan dia malahan aku menyalakan Tv. Beberapa saat kemudian dia kembali ke sofa dengan wajah lebih segar nampaknya ia mencuci mukanya.

"Kak Yery." Panggilku sambil mendekati duduknya.

"Kenapa?" Dinginnya.

"Jangan cuek. Dari tadi ngomong satu dua kata saja." Omelku.

"Terus." Dia mengangkat alisnya.

Ku raih remot Tv dan menekan tombol off.

"Sini kakinya biar aku pijit." tawarku membenarkan posisi duduk.

"Gak usah." Setelah berkata begitu kakinya malah bergerak di pangkuanku.

"Katanya gak mau." Aku menampak muka kesal.

"Tapi gara-gara kamu kaki aku sakit." Ucapnya tiduran di sofa dan kakinya di pangkuanku.

Akhirya tanganku bergerak memijat kakinya, setidaknya sakitnya dapat berkurang.

15 menit sudah tanganku memijat ,  Ia menikmati pijatanku buktinya matanya terpejam.

"Kak Yery tidur."

"Hemmm..."

"Gimana Kak rasanya?"

"Enak. Jadi tukang pijat panggilan saja."

"Emang boleh?"

"Jangan deh."

"Kenapa?"

"Hanya aku yang boleh menikmati rasa pijatan tanganmu. "

Aku tersenyum.

"Gimana kalau aku pijetin kakak sambil tiduran di kasur?" Tawarku padanya.

Niatku hanya kasihan dan tak bisa melihat suamiku capek.

"Seluruh badan maksud kamu?" Tanyanya.

"Iya. Aku bisa kog meskipun pijat abal-abal." Kataku lagi.

"Kamu berpikiran kotor ya." Godanya bangkit lalu duduk memandangku.

"Tidak...tidak... mana mungkin aku ke pikiran begitu. Aku kan hanya.."  kataku terpotong.

"Ayo."ajaknya berdiri lalu menuju kasur.

Oh tidak apa yang aku pikirkan, bahkan bulu kudukku berdiri memikirkan hal itu.

"Bajunya kog di lepas." Kataku melihat Yery melepas bajunya dan tengkurap di kasur.

"Biar kerasa." Alasanya.

"Oke. " aku menaiki ranjang dan memulai menyentuh badan suamiku.

Lama aku memijat ia hanya diam tak bicara apapun.
Sedangkan aku memikirkan sesuatu yang mungkin akan terjadi.

"Ya ampun kenapa pikiranku mesum dari tadi, ini hanya memijat Ira. Kamu bodoh jika memikirkan itu sekarang." Kata hatiku.

"Sudah-sudah. Kamu mau gak aku pijetin." Katanya.

"Em..anu...gak usah Kak." Tolakku.

"Gak papa gantian." Ia bangun.

"Nanti kesannya aku gak ikhlas." Aku bingung mau jawab apa.

"Tidur." Suruhnya.

Seperti di hipnotis aku menurut saja. Dia menggeser duduknya agar leluasa memberiku tempat berbaring. Dia memulai memijat punggungku, aku diam saja karena jujur badanku sendiri terasa pegal.

"Kaosnya di lepas saja." Katanya penuh harap.

"Dasar otak kotor." Omelku.

"Hehe" tawanya.

"Ini aku udah pakai hots pans dan kaos tipis. Sudah cukupkan untuk kamu. Di kasih hati minta jantung." Marahku.

"Aku mintanya cinta kamu sayang." Rengeknya memulai memegang bokongku. (Oh my good 🙈🙏)

"Eh...eh.. kamu kog berani pegang-pegang."

"Maaf sayang."

"Kamu moduskan. Mau pijat aku tapi pengen lebih." Ejekku.

Aku bangun dan duduk menghadapnya.

"Gak." Dia menggaruk kepalanya. Malu..

"Ya sudah kalau gak mau ngaku." Kesalku.

"Hujan. Dingin ya." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Iya kayak kamu." Sindirku.

"Kenapa aku?" Di nampak bingung.

"Tuh tanya aja sama hujan." Aku sebal padanya.

"Kamu ya. Jadi gemes deh." Dia mencubit pipiku.

"Sakit." Aku memukul lenganya.

"Hujan eneknya ngapain?" Tanyanya.

"Enaknya mukulin kamu." Jawabku lalu memukul lagi lengannya.

"Stop. Sakit tau." Ia memegang pergelangan tanganku. Sehinga memperhentikan aksiku.

Yery memajukan wajahnya ke arahku. Semakin dekat hanya 5 cm saja jarak kami. Nafasnya sangat terasa di hidungku. Matanya tak berpaling dari mataku.

Jika saja ada orang tau. Jantungku lebih berdetak kencang dari biasanya, seluruh organ tubuhku serasa kaku dan mata indahnya mampu menghipnotisku.

Memang ini bukan pertama kali kita seperti ini. Tapi hari ini sungguh berbeda dari yag sebelumnya.

Cup....

bersambung..

Terimakasih yang sudah membaca.

AKU DAN PERNIKAHAN (COMPLETED)Where stories live. Discover now