part 32

6.4K 371 12
                                    

Niatnya untuk kembali bekerja di perusahaan ayahnya sudah ia kemukakan tadi malam dan disambut gembira sang ayah, tapi sampai hari menjelang siang Reno masih terbaring di tempat tidurnya berselimut putih tebal, yang tampak hanya wajahnya yang masih menyisakan memar. Ia meriang, ia sakit, ia lelah. Mungkin efek perjalanan pertama kalinya  menjelajah hutan mencari Maureen baru terasa hari ini, ditambah kenyataan mengejutkan yang disampaikan Fahira kemarin masih terus mengganggu pikirannya meski ia sudah berusaha ikhlas.

Ya. Wanita yang kini berpenampilan tertutup itu dengan berani datang untuk meminta maaf atas kesalahannya. Kesalahan yang sebenarnya tidak dipertanyakan Reno karena merasa sudah bersyukur telah diberi kesempatan bertemu dengan wanita luar biasa dalam hidupnya. Tasabila.

Entah apa yang mendorong Fahi mengakui hal itu. Bahwa ia telah menjalani bubungan dengan Zaqi satu tahun lamanya. Zaqi, pecundang itu begitu mahir menyembunyikan perasaannya, dia tidak pernah bilang kalau wanita yang disukainya dulu itu adalah Fahira. Dia bukan sekedar sahabat bagi Reno, mereka tumbuh bersama, dia telah diasuh neneknya dari kecil setelah ibunya meninggal dunia, ia sudah dianggap seperti saudara, bahkan neneknya lebih menyayangi Zaqi daripada dirinya sendiri. Mungkin wanita itu ingin lebih leluasa berhubungan dengan Zaqi tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi darinya. Tentu saja,  karena mereka juga akan segera menikah.

"Aaah sial...!" Ia tak bisa lagi menahan emosinya.

Dengan terpincang-pincang Maureen berjalan menuju kamar Reno. Ia membuka pintu dan menutupnya perlahan.

"Kasihan, baru aja semangat mau kerja biar bisa jadi suami yang bertanggung jawab, eh malah sakit!" Maureen meraba kening Reno, masih demam. Ia mengompres kening kakaknya dan merawatnya dengan telaten. "Cepat sembuh ya biar bisa cepat juga nyari calon istri!"

"Bawel," matanya masih terpejam dan sesekali ia membetulkan posisi kepalanya. Ia juga tidak menyadari adiknya sedang mengambil fotonya yang sedang terbaring tak berdaya dan mengunggah foto yang masih bisa menampilkan sosok Reno yang imut itu ke instagramnya dengan caption: global warming, save polar bear!

Para mantan dan penggemar kakakknya itu langsung menyerbu unggahan Maureen dengan beragam komentar. Sebagian followers-nya memang kenalan kakaknya, mereka hanya mencoba mencari tahu semua hal tentang Reno melalui dirinya. Reno tidak terlalu aktif menggunakan sosial media. Dia merasa sudah terkenal meski tidak menggunakan itu dan sudah kewalahan menghadapi para penggemar wanitanya meski sekarang tidak berinteraksi dengan mereka karena ia tak lagi bergaul di tempat yang biasa ia kunjungi.

Selama dua hari ia terbaring di tempat tidurnya, teman gaul, mantan maupun penggemarnya itu datang silih berganti menjenguknya. Maureen memintanya untuk meminta maaf pada setiap orang yang datang menjenguk seolah ini hari terakhir dalam hidupnya. Reno jadi bergidik mengingat itu. Mungkin meminta maaf adalah permulaan yang baik untuk perubahan hidupnya.

Para penjenguk sudah tidak ada, kakaknya sudah bisa bernapas lega dan kembali menutupi tubuhnya dengan selimut. Maureen kini disibukan dengan handphone-nya, ia membuka pintu setelah membaca sebuah pesan yang mengatakan bahwa ia sudah berada di depan pintu kamar kakaknya.

Bila tengah berdiri di luar kamar dengan sekeranjang jeruk. Ia sudah berkali-kali menolak permintaan Maureen tapi melihat foto dan vidio Reno yang memang sedang sakit dari Maureen ia jadi tidak tega dan memutuskan datang menjenguk, meskipun ada perasaan tidak enak dengan kakak sepupunya.

"Terima kasih Bi sudah diantar," kata Bila kepada Bi Suti yang telah mengantarnya sampai di depan kamar Reno.

"Sama-sama, Non, kalau begitu Bibi tinggal dulu ya!"

Bila mengangguk pada Bi Suti kemudian tersenyum ke arah Maureen.

"Assalamualaikum!" Bila menjabat tangan Maureen dan mencium pipi kanan dan kirinya.

TasabilaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora