part 31

6.4K 408 6
                                    

"Sarapan di rumah sayang?" tanya Bu Marini saat melihat Reno sudah duduk menghadap meja makan.

"Iya, Mi. Jangan bilang tumben!"

"Enggak," Bu Marini kemudian duduk di samping suaminya.

"Makanan Maureen sudah diantar ke kamar, Bi?" Bu Marini memastikan.

"Belum, Bu. Baru mau saya antar," jawab bi Suti salah satu ART-nya. Ia pergi ke dapur membawa senampan makanan.

"Biar aku aja yang bawa, Bi! Reno makannya bareng Uwin aja. Gak apa-apa, kan?"

"Asal kamu mau makan mami mah udah senang."

Reno membawa serta sarapannya ke kamar Maureen. Setelah peristiwa tadi malam hubungan keduanya telah mencair dan menghangat, tidak beku seperti dulu. Ia berjanji akan lebih menjaga dan memperhatikan adiknya itu.

Kak Reno selama ini kemana aja? Masak Kak Bila yang bukan siapa-siapa aja rela berkorban buat aku, orang yang bahkan belum ia kenal.

Kalimat yang Maureen ucapkan semalam itu selalu terngiang di telinga Reno.

Tok...tok...tok.

Reno mengetuk pintu dan masuk setelah dipersilahkan.

"Room service," kelakarnya seraya mengangkat nampan dengan satu tangan sejajar dengan bahunya.

"Tumben. Pasti ada maunya deh," tebak Maureen.

"Semalam belum selesai cerita."

"Itu lagi. Percuma diceritain juga Kak Reno gak bakalan ingat."

"Cerita aja! Dulu ada yang bilang kalau siswi bernama Tasabila itu tergila-gila sama kakak kamu yang ganteng ini. Kalau sekarang giliran aku yang suka dia, harusnya lebih mudah iya kan?."

Maureen malah tertawa.

"Geli sumpah dengar Kak Reno bilang aku-kamu. Biasanya juga gue-elo. Udah lama gak ngobrol jadi banyak hal yang berubah. Karena kak Bila?"

"Itu dorongan internal. Secara spontan ingin menunjukkan sikap sopan karena menghadapi orang yang sopan juga,"

"Ribet amat bilang iya."

"Kalau udah tahu jangan nanya."

"Kalau suka tinggal bilang aja apa susahnya. Jangan dibikin pusing! Aku aja yang ngejar-ngejar cowok sampai ke hutan tapi ditinggalin saat terluka sekarang baik-baik aja. Sakit sih, kaki."

"Jadi benar kamu ke sana cuma buat ngejar cowok. Malu-maluin," Reno menoyor kepala Maureen pelan.

"Biarlah itu jadi pengalaman hidupku." ucap Maureen kaku sedikit dibuat-buat. "Kalaupun benar dulu kak Bila suka sama kakak, yakin sekarang dia masih gitu? Cinta monyet gak masuk hitungan. Bicara sekarang aja, masa kini! Dulu kakak punya dosa sama dia kali. Kebanyakan dosa sama cewek. Cepat tobat, Kak!" sambungnya penuh keseriusan.

Reno kagum dengan semangat adiknya, tidak seperti dirinya yang dulu begitu lemah saat ditinggalkan Fahira. Untuk apa sekarang ia mempermasalahkan perasaan Bila dulu, toh apapun yang terjadi ia tetap akan berjuang mati-matian mendapatkan hatinya, kalaupun ada kesalahannya yang membuat Bila berpikir sejuta kali untuk menerimanya akan ia terima sebagai karma.

"Tobat bisa nanti sekarang makan dulu biar semangat ceritanya, mau disuapin?" Ia masih penasaran dengan ceritanya.

"Ogah. Jangan lebay napa! Geli jadinya."

Mereka menyantap makanan di piring masing-masing. Beberapa kali Reno mengambil makanan yang ada di piring adiknya, Maureen merasa aneh dengan tingkah Reno tapi hanya bisa memasrahkan makanannya jatuh ke lambung sang kakak. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas mereka.

TasabilaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon