part 15

8.2K 420 0
                                    

Reno memutuskan pulang ke rumah karena Maryam yang terus merengek minta omnya pulang. Lagi pula apartemennya belum selesai direnovasi.

Sang Mami terus mengomel sambil menghidangkan makanan di meja makan dibantu dua ART-nya karena Reno terus menolak dijodohkan dengan pilihannya, bahkan foto gadis itu dihapus Reno begitu saja sebelum sempat ia lihat.

"Malam ini jangan keluar! Kita makan malam bersama, mumpung semua ngumpul, akhir-akhir ini juga adikmu sudah mulai terkendali, gak bikin ulah di kampusnya lagi. Pikiran Mami bisa sedikit tenang jadi Mami bisa masak spesial, ya seenggaknya spesial menurut Mami. Tentang gadis pilihan Mami yang kamu tolak, Mami buat perhitungan nanti." Bu Marini memelototi Reno.

Reno menautkan jempol dan telunjuknya tanda setuju dengan wajah berseri tak seperti biasanya.

Meja makan bundar itu kini tengah dilingkari semua anggota keluarga.

Bismillahirrahmanirrahim.

Reno menyendok nasi di piringnya, sebelum sampai ke mulut, Pak Mario mulai menyinggung masalah perjodohan yang membuat selera makan Reno hilang.

Lagi dan lagi.

"Yah, jangan sekarang, plis!"

"Biarkan dia selesai makan dulu ,Yah!" bela mami.

"Ayah sungguh ingin kamu jadi lebih baik, tadinya ayah pikir dengan mencarikan istri yang baik untukmu, kamu juga bisa jadi lebih baik...."

"Ayah gak perlu repot-repot nyariin calon buat Reno, Reno bisa cari sendiri. Itu udah reno sampaikan berkali-kali. Reno juga masih 27 tahun. Masih muda."

Makanan di sendoknya ia taruh lagi dengan sedikit kesal.

"Kamu pikir perempuan seperti apa yang bakal jadi istrimu jika pergaulanmu terus seperti itu!"

"Yah, udah! Jangan bikin acara makan malam mami yang spesial jadi tegang gini dong!"

"Emang Mami gak kesal dengan kelakuan anak...euh!"

"Ya...ya...ya. Tapi sekarang mami bakal kesal kalau sampai Reno gak makan masakan mami. Mami kesal Reno gak nurut sama mami. Hampir tiap hari lihat Reno pulang malam, keluyuran gak jelas, mami jengkel, marah, tapi juga khawatir. Mami ingin Reno yang dulu."

Maryam yang baru mau menerima suapan dari Maureen menutup kedua telinga dari balik kerudungnya yang tidak mau ia lepas sejak siang tadi. Ia turun dari kursinya dan berlalu begitu saja keluar dari ruang makan diikuti baby sitter -nya.

Semua tatapan mengarah padanya. Sungguh drastis perubahan sikap bocah lima tahun itu.

Reno beranjak dari kursi mengejar keponakan kesayangannya itu.

"Siapa yang akan berselera makan kalau sudah begini? Ayah sih gak bisa lihat sikon. Memangnya calon mantu Ayah bisa menerima anak kita yang masih belum kepikiran kerja ? Kalau mami sih yakin calon mami bisa membuat Reno berubah."

"Ayah sudah punya rencana, mami lihat saja nanti."

Makanan di meja yang begitu banyak kini hanya terlihat sebagai penghias.

Maryam menutup pintu kamarnya membiarkan baby sitter-nya menunggu di luar.

"Boleh om masuk, sayang?"

Tak ada jawaban.

"Om Reno masuk."

Tanpa persetujuan Reno masuk kamar bernuansa pink dipenuhi pernak-pernik little pony.

"Kenapa kesayangan paman tutup kuping?" Reno menurunkan kedua tangan Maryam yang menangkup dua telinganya.

"Kata kakaknya Abit kalau Om Reno lagi dimarahin, Maryam harus tutup kuping, terus Maryam disuruh ke kamar." Ia masih begitu jelas mengingat perkataan idola barunya itu.

Mungkin yang Maryam maksud adalah wanita berhijab yang telah menjaga Maryam selama lomba di sekolahnya dan yang telah mencuri hatinya sejak hari Sabtu, 3 Februari 2018 tepat pukul 09.00 WIB. Ia memastikan hal itu dan mencatat waktu, hari, tanggal, bulan dan tahun dalam handphone-nya. Ia jadi senyum-senyum sendiri mengingatnya, seperti itu hal pertama dalam hidupnya. Ia sudah menjatuhkan pilihannya. Ia akan kabulkan permintaan Maryam. Apapun akan ia lakukan demi wanita itu.

💗💗💗

Semua orang di rumah penasaran dengan sosok yang selalu dibicarakan Maryam. Beberapa jam saja yang ia lewatkan bersamanya telah membuat kisah yang diceritakan gadis cilik itu begitu menarik. Sang Oma yang tadinya ngotot dengan pilihannya jadi sedikit goyah.

Pak Mario hanya menyimak pembicaraan cucunya tanpa sedikitpun rasa ingin tahu. Ia memilih pergi ke halaman belakang memberi makan ikan-ikan koinya. Selamanya Sabil adalah calon unggul untuk jadi menantunya. Hari ini seharusnya ia pergi ke rumah Akbar untuk memperkenalkan Reno dengan Tasabila. Atau ia harus menyusun rencana lain. Ia ingat pembicaraan Akbar di telepon tadi malam.

Akbar bilang:
"Memaksakan kehendak sama saja mendzalimi keponakan saya Pak, tapi apa yang Bapak usahakan tidak cukup untuk membuat Reno berubah. Jangan sampai ta'aruf  menjadi sebuah taruhan agar Reno bisa berubah. Saya harap hubungan silaturahim kita akan tetap berjalan jika pada akhirnya Allah berkehendak lain. Bila adalah amanah dari almarhum kakak saya yang harus saya jaga juga."

"Reno! Dimana anak itu?"

Sedikit ragu tapi Pak Mario menyimpan banyak harapan dengan hubungan ini. Ia masuk lagi ke tempat semua orang berkumpul tadi yang kini tak ada siapapun.

Jika di kemudian hari Reno menyakiti Sabil, akan kuberi pelajaran dia! Batin Pak Mario

"Pergi Yah, sama Maryam, katanya mau main ke rumah temannya," jawab Maureen yang kebetulan lewat saat Ayahnya masuk.

"Teman siapa?"

"Teman Maryam yang sudah jadi jagoan. Terus katanya mau beli kerudung yang banyak."

"Tolong ambilin HP ayah di ruang kerja, Reen!"

"Siap!"

Maureen berlari kecil menuju ruang kerja ayahnya.

"Ini barang yang Bapak butuhkan," gayanya formal.

"Dua orang kini mengalami kemajuan pesat. Pertama Maryam, kedua kamu. Biasanya kamu malas kalau disuruh, ngeyel. Tukang bikin onar. Jangan stuck segini aja, ayah mau kamu lebih berkembang kalau bisa ikuti jejak mami dan Maryam memakai hijab."

Maureen tidak menjawab.

"Semoga segera!" Pak Mario mengusap kepala putrinya. Kini handphone sudah di samping telinganya.

"Reno, dengerin ayah kalau tidak ayah blokir semua fasilitas kamu."

"Iya, iya!"

"Hari ini ikut ayah! Sudah satu bulan dan kamu harus tepatin janji kamu. Kenapa begitu sulit kamu nurutin perintah ayah?"

"Reno sudah punya calon!" teriaknya dari keramaian mall.

"Alasan saja kamu. Nungguin mantan pacar siapa lagi kali ini?"

"Reno gak mau mantan orang lagi, Yah. Dia spesial. Reno butuh do'a Ayah! Soalnya mami masih belum bisa terima. Maaf semalam bukan maksud Reno ngebantah. Kali ini kasih Reno kesempatan. Ini bukan pertaruhan, apapun hasil akhirnya akan Reno terima  dan akan menerima calonnya Ayah seandainya usaha Reno gagal. Apa itu boleh? Yah itupun kalau dia masih mau nunggu."

"Anak ini!!! Beraninya kamu bilang kalau dia masih mau nunggu!"

Pak Mario menutup panggilan dengan kesal. Tapi ada hal yang berubah. Bertambah satu lagi kebaikan yang diberikan untuk keluarganya. Reno meminta maaf dan itu lebih berarti dari apapun.

💗💗💗

TBC

TasabilaWhere stories live. Discover now