PROLOG

11.9K 603 5
                                    

"Nah, Gemi, ini namanya Pak Arleston

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Nah, Gemi, ini namanya Pak Arleston. Biasanya dipanggil Pak Arles. Dia yang akan menjadi atasan kamu selama 5 tahun ke depan," ucap wanita tua itu di akhir tur kantornya.

Gemilang mengangguk patuh. "Salam kenal, Pak. Saya Gemi, sekretaris baru bapak. Semoga kita bisa menjadi rekan yang baik."

Pria berdarah Inggris-Indonesia itu melirik jabatan tangan Gemi tanpa berniat menjabatnya. "Tangan kamu higienis gak tuh?"

Gemi melotot tak percaya, "Maksud bapak?"

"Saya gak mau asal jabat tangan orang. Kalau saya kena penyakit, siapa yang akan memimpin perusahaan ini?" Arles mengeluarkan sebuah hand sanitizer dari kantung di balik jas mahalnya. "Nih, pake dulu."

Gemi dengan sedikit mendengus menurunkan jabatan tangannya. "Gak usah, Pak. Saya yakin 100% tangan saya udah bersih. Bapak aja yang..," Gemi hampir menghina atasan barunya jika saja Bu Regita tak menyenggol lengannya.

"Saya yang apa?"

"Sangat teratur. Da saya mah apa atuh. Hanya sebongkah congek jerapah," lanjut Gemi dengan sebuah senyuman yang terpaksa.

Arles tersenyum merendahkan. "Bagus kalau kamu tau diri. Ya udah, kamu mulai kerja hari ini. Ini jadwal saya. Kamu tau kan tugas kamu?"

Gemi mengangguk kecil.

"Kalau begitu saya permisi, Pak, Gem," Bu Regita pamit meninggalkan ruangan direktur.

Ganteng-ganteng kok nyebelin, batin Gemi sembari duduk di sebuah kursi kantor yang cukup megah.

"Loh, kok kamu duduknya di situ?" Arles meletakkan masing-masing kedua tangannya di pinggangnya.

"Lah emang harusnya di mana, Pak? Ini kan kantor saya?"

Arles memasang wajah sebal sekaligus jijik. "Kamu pikir ruangan sekretaris bakal sebagus ini? Ya enggaklah! Ini ruangan CEO, alias saya. Sana, hush hush. Kamu itu duduknya di luar!" usirnya seperti mengusir kucing di warung pinggir jalan.

Gemi melihat bingkai foto yang terletak di atas meja. Benar, itu foto sang direktur. Astaga, ternyata pria itu cukup eksis untuk memajang fotonya sendiri di meja kerjanya.

 Astaga, ternyata pria itu cukup eksis untuk memajang fotonya sendiri di meja kerjanya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Untung ganteng," bisik Gemi namun bisa didengar Arles.

"Saya tau saya ganteng, gak usah dikasih tau lagi. Sekarang kamu keluar aja, sebelum saya panggil sekuriti," kata pria bertinggi 186 cm itu.

Wajah Gemi berubah pias. Astaga, ia malu sekali perkataannya didengar sang atasan. Untungnya atasannya itu memang agak sableng, bukan pria tampan sombong bertipe dingin seperti di novel-novel yang ia baca pada malam hari.

Wanita yang mendadak gugup itu langsung terbirit-birit keluar pintu ruangan direktur untuk mulai menata meja kerjanya yang baru.

Her BossNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ