CHAPTER 10

7.1K 1.3K 15
                                    


Tidak ada kata cinta yang pernah terlontar dari bibir Namjoon maupun Seolhee. Keduanya seolah menutup rapat perasaan masing-masing, pun tidak berniat mengungkapkannya.

Yang Namjoon ingat Seolhee hanyalah salah satu penggemarnya semasa terkenal yang tanpa sengaja bertempat tinggal di samping miliknya. Berubah menjadi sangat dekat karena Noora yang selalu suka mengunjungi rumah Seolhee hanya untuk sekedar bercerita kegiatan yang dilakukannya seharian.

Namjoon paham, Noora membutuhkan sosok ibu. Adanya Seolhee tanpa sadar telah menutup kebutuhan itu. Tidak dipungkiri juga naluri laki-lakinya muncul secara perlahan. Namjoon menyukai Seolhee. Wanita baik hati yang ternyata mempercayai dirinya sepenuh hati ketimbang jutaan berita yang tersebar di internet.

Tapi meminta sebuah pengakuan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namjoon tidak bisa begitu saja meminta Seolhee untuk menjadi miliknya dan putrinya—Noora. Ia masih takut, teramat takut kembali melukai orang-orang terkasihnya.

"Tidak bisakah kau menahanku?" tanya Seolhee setelah keduanya terjebak keheningan panjang. "Aku tahu aku terlihat sangat memalukan saat ini. Merendah padamu dan mengharap sebuah perasaan yang tidak pasti."

Seolhee mengerjapkan kedua bola matanya, bibirnya sedikit terbuka dan mengeluarkan hembusan napas hangat. Ia merasa gugup juga malu secara bersamaan. Tapi siapa peduli? Ini kesempatan terakhirnya.

"Aku... men—"

"Jangan katakan!" seru Namjoon dengan cepat. Memotong ucapan Seolhee begitu saja. "Aku... tidak ingin mendengarnya," lanjutnya teramat lirih.

Seolhee tersenyum tipis. Sudah tahu jawaban dari penantian panjangnya selama ini. Penolakan ternyata cukup menyakitkan, pikirnya.

"Hari minggu ayo kita keluar bersama. Wahana bermain pinggir kota sudah dibuka kemarin. Aku ingin mencobanya!" Seolhee berucap seolah tidak terjadi apapun beberapa detik lalu.

Wanita cantik itu menoleh, menatap Namjoon yang masih diam dengan ekspresi kosong dan bersalahnya.

"Hey, mau, ya? Aku, Noora dan kau. Hitung-hitung perpisahan terakhir. Kau nanti pasti rindu denganku."

Tentu, teramat rindu, Seolhee, batin Namjoon.

Bibir Seolhee mengerucut ke depan, laki-laki di sampingnya masih belum bersuara.

"Hey, pak tua. Jika tidak mau ya sudah. Aku akan mengajak putri kecilmu saja," ucap Seolhee lalu beranjak berdiri, tapi sebuah tangan besar terlebih dahulu menahannya.

Ada jeda beberapa detik hingga Namjoon akhirnya mau membuka suaranya, "Ayo, kita pergi. Aku akan menemani hari terakhirmu, Seolhee."

[]

SWEET DADDY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang