CHAPTER 7

7.9K 1.4K 36
                                    


Begitu setibanya di rumah, yang pertama kali dilakukan Seolhee adalah bersih-bersih. Rumahnya tidak terlalu berantakan tapi tetap kurang rapi menurutnya. Kakinya dengan gesit berpindah dari satu tempat ke tempat lain, di tubuhnya terpasang apron bergambar bunga-bunga, ia siap untuk memasak hidangan makan malam.

Dalam sebulan, dua atau tiga kali ia akan mengundang Namjoon beserta putrinya untuk makan bersama. Seolhee tinggal sendirian, ibu dan ayahnya menetap di Korea bersama adik laki-lakinya. Seolhee lebih suka Amerika karena lebih bebas dan sedikit sekali aturannya. Maklum, ia suka kebebasan.

"Ah, seharusnya aku membeli daging lebih banyak," bisik Seolhee saat melihat persediaan bahan makanan di kulkas yang tidak begitu banyak. Ia lupa berbelanja minggu lalu. Tapi sepertinya cukup jika hanya untuk mengisi tiga perut manusia.

Seolhee memasak diiringi senandung yang keluar dari bibirnya. Tangannya mengiris beberapa potong daging dengan hati-hati. Tidak lupa ia juga menyertakan sayuran dalam masakannya. Noora sedang dalam masa pertumbuhan, butuh makanan yang bergizi.

Kurang lebih satu jam Seolhee berkutat di dapur mininya, peluhnya sudah bercucuran sedari tadi. Setelah meletakkan hidangan di meja makan, ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Menyegarkan tubuh sebelum menyambut tamunya.

Suara ketukan pintu terdengar tepat setelah Seolhee keluar dari kamar mandi, bergegas membukakan pintu dan menyuruh dua tamunya untuk menunggu sebentar di meja makan. Ia harus segera mengerikan rambutnya jika tidak ingin sakit.

"Kau memasak ini semua?" tanya Namjoon begitu Seolhee menduduki kursi tepat di depannya.

"Em, kenapa? Terlihat tidak enak?"

"Eh, bukan begitu. Enak. Pasti sangat enak. Iya 'kan, Noora?"

Noora yang sedari tadi memegang garpu dan sendok segera mengangguk cepat. Menatap berbinar pada berbagai macam hidangan yang ada di hadapannya.

"Ayo cepat pimpin doa, Daddy! Aku sudah lapar," seru Noora begitu bersemangat.

Namjoon dan Seolhee terkekeh gemas, lalu satu-satunya pria di meja makan itu mulai memimpin doa. Memanjat rasa syukur atas nikmat yang ketiganya terima hari ini.

Malam itu, Namjoon kembali menghabiskan malam indahnya bersama orang-orang terkasih yang masih bertahan bersamanya. Melupakan sejenak beban berat yang dipikul pundaknya tujuh tahun belakangan ini.

Sesekali Seolhee melirik Namjoon. Menatap kagum sosok yang dikenalnya lewat televisi lalu berubah menjadi nyata. Serasa mimpi, apalagi saat kedua lesung pipit sang pria terlihat. Seolhee merasa sesak napas. Entah Namjoon menyadari perasaannya atau tidak, Seolhee tidak berharap banyak. Hanya ingin terus melihat sang idola kala remaja dulu.

[]

SWEET DADDY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang