CHAPTER 1

13.3K 1.7K 77
                                    


"Sayang, ayo bangun."

Suara lembut namun berat khas Kim Namjoon menggema di ruangan kecil berukuran 3 × 4 m²  itu. Pria itu sudah terlihat rapi dengan kaos abu-abu dan celana jeans birunya—pakaian andalannya untuk bekerja.

Jangan harapkan satu set kemeja kantor lengkap dengan dasi, jas mewah, atau celana licin. Namjoon bukan pekerja kantoran.

"Tidak mau bangun, hm?" Namjoon bertanya dengan masih menjaga intonasi suaranya, lembut dan mendayu. Membuat siapa pun justru enggan terbangun karena menikmatinya. "Yasudah, telur mata sapinya untuk Daddy saja kalau begitu."

"Jangan!" pekik gadis kecil yang sedari tadi berpura-pura memejamkan matanya.

Noora, putri kecil Namjoon yang baru berusia lima tahun memang suka sekali menguji kesabaran ayahnya. Tapi tidak masalah, Namjoon justru menyukainya. Hiburan tersendiri katanya.

"Cepat mandi dan bersiap. Nanti Daddy antar ke sekolah."

"Sepedanya sudah diperbaiki?" tanya Noora seraya beranjak bangun, memperhatikan ayahnya dengan mata setengah mengantuknya.

Namjoon tersenyum, mengusap lembut pucuk kepala putrinya.

"Sudah. Semalam Daddy yang memperbaikinya."

"Daddy yang memperbaikinya?" ulang Noora setengah tidak percaya.

"Iya, Noora tidak percaya?"

Gadis kecil itu menggeleng sebagai jawabannya.

"Noora... Daddy benar-benar sudah memperbaikinya. Sekarang cepat mandi atau kita akan terlambat."

Tidak butuh diperintah lagi, kaki kecil Noora dengan cepat segera berlari-lari menuju kamar mandi setelah menyambar handuk kecil dari tempat penggantungnya.

"Jangan lupa gosok gigimu, Sayang. Cokelat benar-benar bukan teman yang baik untuk gigi," perintah Namjoon seraya matanya melirik bantal putrinya yang tersingkap, menunjukkan beberapa bungkus permen cokelat yang telah habis dimakan oleh Noora.

Noora menyukai cokelat, sama seperti almarhum istri Namjoon. Sayangnya itu menjadi masalah baru untuk Namjoon tiap kali putrinya merengek kesakitan karena lubang di giginya.

Namjoon memilih untuk merapihkan tempat tidur putrinya selama sang pemilik mandi, ia juga menyiapkan beberapa buku yang akan digunakan Noora untuk belajar di sekolah nanti. Pagi ini, Namjoon bangun awal sekali. Sekitar pukul lima ia sudah bangun dan kembali memeriksa sepeda tua yang telah ia perbaiki semalam. Bukan tanpa alasan, Namjoon hanya takut sepedanya tidak berfungsi lalu putrinya akan terlambat ke sekolah. Hanya kendaraan roda dua itu transportasinya bersama Noora.

Tidak lupa juga Namjoon menyiapkan satu set pakaian untuk Noora sekolah. Bukan seragam, hanya pakaian main biasa. Putri Namjoon masih berada di taman kanak-kanak, lebih lagi mereka tinggal di Amerika, tidak diharuskan memakai seragam. Pakaian rumahan tapi rapi sudah cukup.

"Sayang, Daddy tunggu di meja makan, ya. Jangan terlalu lama di dalam, kulitmu akan keriput seperti Tn. Crab." Namjoon bergegas meninggalkan kamar putrinya, ia masih harus menyiapkan bekal makanan untuk Noora.

[]

SWEET DADDY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang