11. Sebuah Usaha Untuk Melupakan

526 152 81
                                    

Begitu bel berbunyi dan guru meninggalkan ruangan, Rahel segera keluar kelas untuk menghindar dari gosip-gosip miring antara dirinya dengan Rehan, ketika adegan di taman.

Rahel terkejut, ketika Rehan sudah menunggunya di koridor sebrang kelasnya. Rahel ingin cepat-cepat pergi dari lantai yang sedang diinjaknya, tetapi Rehan membuatnya agar tetap menetap.

"Ayo pulang bareng gue!" Rahel melotot setelah mendengar ajakan dari Rehan. Pikirnya, kenapa selalu begini ketika dirinya sedang merindu Chandra, pasti sosok Rehan hadir di tengah kerinduannya. "Hey.. kok bengong?"

"Tadi waktu istirahat Rahel sudah janjian dengan gue, dianya ngebet mau pulang diantar gue. Udah ya, gue mau pulang dulu," Fafa datang bersamaan dengan Putri, menghancurkan semua rencana yang telah dibuat oleh Rehan.

"Lo kan udah janjian dengan Fafa sebelumnya, berarti gue boleh dong nebeng Rehan? Ayo Rei, kita pulang!" Putri menarik lengan Rehan menjauh dari Fafa dan Rahel. Memaksa Rehan untuk mengantarkannya pulang.

Tak mau kalah dengan kenekatan Putri, Fafa ikut menarik tangan Rahel dan mengajaknya ke tempat parkiran.

"Kenapa lo ngaku-ngaku kalau gue mau nebeng lo? Lo udah mencuri kesempatan emas gue untuk balik bareng Rehan," bentaknya pada Fafa, "Ini mau kemana? Lo mau bawa gue kemana? Emang pulangnya naik sepeda ya?"

Fafa mendadak berhenti di tengah-tengah lapangan parkiran, membuat Rahel ikut berhenti dari langkahnya, "Kesempatan-kesempatan emas? Apa bayangan tentang masa lalu lo masih selalu teringat di setiap pikiran?"

"Masa lalu?" Rahel bertanya kembali pertanyaan yang ditanyakan oleh Fafa. Ntah mengapa sekarang Rahel mulai mencurigai Fafa, "Dari mana lo bisa tahu tentang masa lalu gue?"

"Entahlah, gue hanya menebak saja. Ayo cepetan, nanti keburu malam,"

Tepat di depan mobil berwarna hitam milik Fafa, Fafa membukakan pintunya. Menyuruh Rahel untuk duduk di bangku mobil depan.

Fafa tersenyum singkat, mengemudi jauh seratus meter kedepan. Tepat dipertigaan lampu merah, Fafa membelokan arah mobilnya kekiri mengemudi berlawanan dari arah rumah Rahel.

"Kamvrett, lo mau nyulik gue kemana!"

"Ssttt! Diam! Jangan ajak bicara gue kalau gue lagi nyetir. Ntar kalau kecelakaan, gue juga yang disalahin,"

"Gue nggak akan diam kalau lo nggak ngasih tau gue," teriak rahel sambil menggoyang-goyangkan tangan Fafa yang fokus menyetir.

"Eeehhh... iya nanti gue kasih tau, tapi lepasin dulu tangan gue!" lampu merah menyala di sudut jalan besar, seluruh kendaraan baik besar maupun kecil mendadak berhenti. Fafa menyapu saku celananya mencari kertas kecil yang pagi tadi ia lipat kecil-kecil, "ini."

"Apa?"

"Baca aja sendiri, kan sudah diajarkan baca tulis waktu TK,"

Rahel menghembuskan napasnya kasar. Rahel bingung, siapa sebenarnya yang sedang marah antara dirinya dengan Fafa. "Daftar belanja? Keren juga ya lo, laki-laki bisa belanja sebanyak ini."

Rahel membuka kertas kecil tadi yang berubah menjadi kertas panjang dengan tulisan full tanpa spasi dan jarak di dalamnya, "Su... su, Yog... hurt, Teh ser... buk,kop... i, mie kuah sepu... luh, agg.. Apaan ini, tulisan kok gandeng-gandeng tanpa spasi, nggak bisa dibaca jadinya," ketus Rahel kesal.

Ketua Kelas [END]Where stories live. Discover now