6. Terlambat or Menyesal

818 230 108
                                    

Fafa sudah memposisikan badan di bangku kekuasaannya. Fafa tengah berpikir serius, untuk mensukseskan langkah besar berikutnya. Fafa tahu, tidak setiap usahanya berhasil dengan lancar. Banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, untuk mendapatkan hati gadis yang sudah beberapa Minggu lalu terlintas dipikirannya.

Fafa mencentang satu per satu rumus jitu yang sudah berhasil ia terapkan, meskipun banyak kendala yang dihadapi.

"Jangan banyak menggombal?"

Fafa menggoyangkan tangan Devan keras. Dirinya tidak sabar, untuk mendengar langkah apa yang harus ia lakukan berikutnya. Devan terus cuek dengan permohonan Fafa, menurutnya Fafa terlalu berlebihan jika sudah berhadapan dengan makhluk berjenis perempuan.

"Gampang aja, lo boleh gombalin dia asal jangan berlebihan. Yang nalar aja!"

"Contohnya?"

"Cari aja di google gombalan-gombalan romantis, kan banyak!"

"Yah itu mah pasaran. Dev boleh bantuin gue nggak?

"Ini juga lagi bantuin lo nyuk!" Fafa menyengirkan giginya lebar, membuat Devan semakin jijik melihatnya.

"Buatin gue gombalan-gombalan romantis dong. Lo kan teman baik gue!" Devan menjitak dahi Fafa pelan, lalu meninggalkan Fafa di bangkunya sendiri.

💕💕💕

Rahel berjalan melewati koridor kelas yang sangat ramai, hari ini dia tidak terlambat lagi. Langkahnya ia hentikan, ketika dirinya berhadapan dengan pemuda bername tag Rehan Aksara.

Rahel bersyukur, karena dirinya sudah tidak merasa kaku lagi jika berhadapan dengan Rehan, yang kenyataanya mirip dengan Candra. Rahel memamerkan senyum manisnya kepada Rehan, dan dibalas oleh senyuman Rehan.

"Tumben nggak terlambat. Besok mau manjat pagar bareng gue lagi nggak?"

Rahel menatap tajam mata Rehan. Menurutnya, Rehan sudah berhasil meledek dirinya yang kenyataanya bisa memanjat tetapi tidak tahu cara turun.

"Karena kata terlambat, hanya bisa dilontarkan oleh seseorang yang tengah menyesal. Jadi jangan main-main dengan kata itu!" Rahel berjalan membelakangi Rehan yang tengah berdiri tegak memandang punggungnya.

Rehan melongo mendengar kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh Rahel. Menurutnya, kata-kata yang dilontarkan Rahel seperti teka-teki yang disudutkan kepadanya. Rehan tidak tahu, siapa sebenarnya Rahel. Tetapi sepertinya, Rehan tertarik dengan percakapan Rahel baru tadi.

💕💕💕

Pagi ini, mata pelajaran matematika sedang berlangsung. Sebagian siswa, mencoba memahami rumus-rumus yang baru saja ditampilkan pada layar LCD, sebagiannya lagi sibuk dengan permainannya sendiri.

Pak botak, adalah julukan yang diberikan oleh murid-murid kepada guru matematika ini. Pasalnya, guru ini memiliki model rambut kepala yang tidak semuanya berambut.

Fafa membuka buku catatan matematika di halaman belakang. Bukannya menghafal rumus yang telah di berikan pak botak itu, Fafa lebih tertarik dengan rumus jitu yang telah diberikan Devan beberapa hari lalu. Toh sama-sama rumus, jadi wajib juga untuk dihafalkan. Bedanya, rumus yang diberikan Devan lebih menantang, ketimbang rumus yang diberikan Pak botak.

"Cinta gue aja lebih rumit dari rumus Pak Botak. Sudah dilakukan berbagai cara sama saja, hasilnya nggak ketemu. Itu Botak pernah ngerasain jatuh cinta kagak ya? Kenapa demen banget sama rumus-rumus angka gitu!" celutuk Fafa ditengah pelajaran.

Ketua Kelas [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora