3. Modus

1.1K 323 244
                                    

Di dalam ruangan bercat pastel, Devan dan Fafa berbincang berdua di bangku kekuasaannya. Devan tampak tertawa mengejek, setelah mendengar pertanyaan yang ditanyakan Fafa.

"Cewek Misterius? Apa dia psikopat?" tanya Devan pada Fafa.

Fafa memukul kepala Devan marah, dirinya tidak terima atas perkataan yang diucapkan temannya barusan.

"Dia masih normal tolol! Maksudnya misterius itu, dia selalu berkata seolah-olah sedang memainkan teka-tekinya. Ucapan yang dia katakan, tidak sesuai dengan kata hatinya," jelas Fafa panjang lebar.

"Sok tau! Darimana lo tahu, jika perkataannya tidak sesuai kata hatinya?"

"Raut wajah yang berubah!" Fafa membayangkan wajah Rahel, ketika Rahel menanyakan tentang sepupu dekatnya itu. Fafa sangat yakin, jika kebenaran sedang disembunyikan Rahel.

"Devan!" Fafa menggoyangkan tangan Devan, membuat tatapan Devan terpaksa menghadap ke Fafa. "Bagaimana cara mendapatkan hati cewek? Bantuin gue dong!"

Devan memelototi Fafa, menurutnya ini aneh. Seorang pemuda keren yang sekarang menjadi ketua kelas, meminta tolong kepadanya cara agar bisa mendapatkan hati cewek! Sungguh fenomena alam yang sangat menakjubkan.

Devan tampak berpikir kritis, memikirkan ide apa yang harus ia keluarkan untuk membantu kelangsungan asmara temannya.

"Gue punya ide!" seru Devan lantang, mengagetkan seisi kelas. Devan menulis ide-ide konyol yang ia dapatkan di buku tulis Fafa.

Cara cepat meluluhkan hati cewek ala Devan:

1. Percaya diri.

2. Cari tahu kesukaannya.

3. Sering-seringlah mencuri pandang kearah dirinya.

4. Menjadi pendengar setia, saat dirinya sedang curhat.

5. Jangan banyak menggombal.

6. Berilah perhatian khusus.

Fafa membaca rumus jitu yang diberikan oleh teman seperjuangannya, dirinya terus menggaruk-garuk tak mengerti dengan semua ide yang diberikan oleh Devan.

"Bagaimana cara gue bisa mengetahui semua kesukaannya?"

"Itu sih gampang! Lo modusin si Chika saja, teman sebangku Rahel. Disela-sela itu, lo selempitkan pertanyaan-pertanyaan mengenai Rahel,"

"Jernih juga ya otak lo! Oke deh gue lakukan sekarang, mumpung si Rahel belum masuk kelas!"

Fafa menghampiri Chika yang sedang duduk sendiri di pojok dekat kaca jendela, menikmati cerita novel yang tengah ia baca. Sesekali, Fafa melirik tulisan yang tercetak di dalam novel itu.

"Sendirian aja neng!" seru Fafa yang sekarang sudah duduk di bangku sebelah Chika. Tetapi Chika malah mencuekan perkataan Fafa, dirinya terus asyik dengan dunia novel yang sedang ia baca nya.

"Lo suka baca novel ya?" tanya Fafa, berharap dirinya tidak dicuekan lagi.

"Hmm,"

"Suka baca novel apa saja?" Jika bukan karena Rahel, Fafa tidak ingin menjadi seorang yang keppo dan sok tahu seperti ini. Fafa berharap perjuangannya tidak berakhir sia-sia.

"Gue suka semua novel karya Tere Liye. Lo suka baca novel juga?" sepertinya Chika tertarik dengan pembicaraan Fafa, Chika menutup novelnya dan berbincang dengan Fafa.

"Oh Tere Liye! Gue juga suka, gue sampai nggak bisa di ajak ngobrol kalau sudah baca novel itu. Novelnya banyak yang menceritakan kisah percintaan, romantis banget!" sambung Fafa, sepertinya obat sok tahunya sudah menyebar hingga merusak saraf-sarafnya. "Kalau Rahel suka yang apa?" lanjutnya.

Ketua Kelas [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant