[14]

438 56 3
                                    

Leo terlihat serius mengajari Fiona Matematika sampai tidak menyadari kalau Fiona telah menatapnya cukup lama. Leo akhirnya selesai menerangkan satu soal yang ditanyakan Fiona tadi. "Ngerti nggak?"

Karena tidak ada jawaban, Leo menoleh ke arah Fiona yang duduk di sampingnya. Leo bisa melihat Fiona yang sedang menatapnya. Leo pun menghela napasnya. "Elah, ini anak malah bengong."

"Hah?" kata Fiona tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya. "J-jelasin lagi dong. Gue belum ngerti."

"Makanya jangan bengong." kata Leo yang mulai terlihat kesal.

"Siapa juga yang bengong." gumam Fiona tidak terima.

"Lo." celetuk Leo, lalu mulai menjelaskan kembali soal yang ditanyakan Fiona tadi.

Saat sedang menyimak penjelasan dari Leo, Fiona tiba-tiba menjerit dan melempar pensilnya ke arah sesuatu di atas bukunya. Leo terlihat terkejut dan heran kenapa Fiona bisa begitu histerisnya. Tak lama kemudian, Leo menyadari kalau di atas bukunya ada seekor laba-laba yang bisa dibilang berukuran kecil.

Fiona kembali histeris saat laba-laba tersebut malah berjalan mendekati Fiona. Tanpa sadar, Fiona memeluk Leo karena saking takutnya terhadap laba-laba. Di sisi lain, Leo terlihat sangat terkejut karena Fiona memeluknya dan berada sedekat ini dengannya. Leo mengibaskan tangannya ke arah laba-laba tersebut agar laba-laba tersebut pergi.

"Udah pergi laba-labanya." kata Leo setelah laba-laba tersebut sudah pergi menjauh.

"Beneran?" kata Fiona. Suaranya terdengar teredam karena wajahnya yang masuk ke dada Leo.

"Iya." kata Leo singkat.

Fiona langsung melihat ke arah sekitar untuk memastikan laba-laba tersebut benar-benar pergi. Kedua tangannya terlihat masih mengalung di leher Leo.

"Maka... sih." kata Fiona dengan suara yang tiba-tiba mengecil saat menyadari kalau wajahnya dan wajah Leo sangat dekat. Fiona pun baru menyadari kalau Leo saat ini sedang menatapnya.

"Fiona?" panggil Leo.

"Apa?"

Kedua mata Leo perlahan turun melihat ke arah bibir Fiona. "Apa yang bakal lo lakuin kalau gue... cium lo sekarang?"

"Hah?"

Tak lama kemudian, Leo tiba-tiba tertawa hingga membuat Fiona terkejut dan tersadar. Fiona pun melepas pelukannya dan mengalihkan wajahnya dengan kesal. Terlihat kedua pipi Fiona mulai memerah.

"Gue nggak kuat liat muka lo tadi! Ngakak banget! Sumpah!" kata Leo yang masih tertawa.

"Apaan, sih! Nggak lucu tau nggak!" seru Fiona sambil mendorong tubuh Leo.

Karena kesal dengan ulah Leo, Fiona berdiri dan berjalan menuju keluar rumah pohon. Melihat itu, Leo berhenti tertawa dan ikut berdiri sambil menatap punggung Fiona. "Mau kemana?"

"Cari angin." jawab Fiona yang kini sudah keluar dari rumah pohon.

Leo pun mengikuti Fiona jaga-jaga kalau Fiona melarikan diri dan meninggalkan semua barangnya di sini. Setelah berada di luar rumah pohon, Leo melihat Fiona sedang duduk di tangga rumah pohon. Leo menghampiri Fiona, lalu duduk di sampingnya.

"Lo inget nggak?" kata Leo tiba-tiba. "Lo pernah jatuh di sini."

Fiona menghela napasnya sambil melihat pepohonan di sekitarnya. "Nggak usah dibahas."

"Sampe sekarang gue penasaran kenapa lo bisa ke sini waktu itu?" tanya Leo, lalu menatap Fiona.

Fiona sempat terdiam sejenak sambil masih melihat pepohonan di sekitar rumah pohon. "Gue waktu itu lagi dikejar-kejar sama Gery. Itu pertama kalinya dia nembak gue. Tapi, lo tau, kan, gue nggak suka sama dia karena udah jelas dia itu preman sekolah, kasar, tiap hari pasti ada aja masalahnya. Kelar hidup gue kalau pacaran sama dia,"

Leo terlihat hanya mendengarkan kata demi kata yang diucapkan Fiona. Leo merasa tidak berani untuk menyela karena dia tahu Fiona menjelaskan dengan jujur dan apa adanya. Leo tanpa sadar menyukai saat Fiona sedang melakukan hal ini.

"Walaupun gue udah nolak mentah-mentah, dia masih tetep ngejar gue. Gue akhirnya pergi ninggalin dia dan gue nggak sadar sampe di sini karena saking keselnya," jelas Fiona kembali.

"Terus gue liat motor lo di sini, dan gue penasaran aja lo ngapain di sini," tambah Fiona, lalu menatap Leo. "Puas sama penjelasan gue?"

Leo tersenyum dan sedikit tertawa. "Di saat kayak gitu lo masih penasaran gue ngapain di sini?"

"Kenapa emang? Nggak boleh?" tanya Fiona dengan sinis.

"Nggak papa. Lucu aja." kata Leo, lalu terdiam sejenak. "Ngomong-ngomong, soal surat yang lo taruh di kolong meja gue waktu itu..."

"Gue iseng aja buat dan taruh surat itu di kolong meja lo. Di kelas gue banyak yang bikin surat kayak gitu. Gue penasaran aja. Toh, gue tau lo nggak akan baca. Tapi, sialnya ternyata gue salah dan lo baca punya gue sampe akhirnya lo modus ngajak pulang bareng waktu itu." jelas Fiona.

"Siapa yang modus? Itu Ryan bajak HP gue!" kata Leo tidak terima.

"Ah, masa, sih?" goda Fiona sambil tersenyum jahil.

"Iya!" seru Leo dengan sedikit kesal. Kemudian, Leo menghela napasnya dan tiba-tiba berdiri yang membuat Fiona sedikit terkejut. "Gue mau pulang. Udah sore. Mau bareng nggak?"

Fiona hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu mengikuti Leo masuk kembali ke dalam rumah pohon untuk membereskan barang-barangnya.

***

A/N:

Mon maap yak slow update but gue janji gue bakal selesain ff ini no matter what happens. Asique.

Jangan lupa vomment ya. Thank you. <3

LEOWhere stories live. Discover now