[13]

462 57 3
                                    

"Ke rumah gue? Ngapain?" tanya Leo yang terkejut mendengar perkataan Fiona tadi.

"Gue mau ngelamar lo." jawab Fiona dengan santai.

"Anj-"

"Ya nggak lah, bego. Gue bercanda." kata Fiona memotong perkataan Leo sambil tertawa. "Gue denger lo pinter Matematika karena turunan dari Papa lo. Gue mau minta ajarin soalnya nilai Matematika gue hancur banget."

"Terus kenapa harus di rumah gue?" tanya Leo heran.

"Biar bisa kenalan sama orang tua lo."

"Anji-"

"Lo hari ini nggak bisa diajak bercanda, ya?" kata Fiona lagi-lagi memotong perkataan Leo dan tertawa.

"Tau ah!" kata Leo kesal sambil meraih boneka pinguin dan memeluknya.

"Lucunya." gumam Fiona.

"Lo tadi ngomong apa?" tanya Leo sambil menoleh ke arah Fiona.

"Nggak." jawab Fiona singkat. "Jadi, gimana? Mau ajarin gue nggak?"

Leo terdiam setelah Fiona menawarkan untuk diajari Matematika. Leo sempat berpikir kalau membawa seorang perempuan saat kedua orang tuanya berada di rumah adalah hal yang paling buruk mengingat Papanya yang terkenal cerewet daripada Mamanya.

"Oke." kata Leo sambil menganggukkan kepalanya. "Tapi, jangan di rumah gue."

"Terus dimana?"

"Di sini, sepulang sekolah. Gimana?" tanya Leo menunggu kesepakatan dari Fiona.

"Oke. Di sini, sepulang sekolah." kata Fiona sambil menganggukkan kepalanya.

***

"Le, lo udah tau anak pindahan baru di kelas sebelah?" tanya Ryan sambil menatap Leo yang sedang mengambil sejumlah uang dari tasnya.

Hari ini Leo memang mendengar kabar bahwa ada siswa baru di kelas sebelah, tepatnya satu kelas dengan Fiona. Leo tidak tahu apakah siswa itu adalah seorang perempuan atau laki-laki. Yang jelas, Leo tidak mau memikirkannya karena itu bukan urusannya.

"Udah." jawab Leo singkat sambil memasukkan uangnya ke dalam saku celananya.

"Gue denger dia cowok dan ganteng banget. Ya hampir mirip gantengnya sama lo," jelas Ryan.

"Terus?" kata Leo yang setengah tidak peduli dengan yang dikatakan Ryan tadi.

"Terus katanya dia duduk di samping Fiona."

Leo seketika membeku dan menatap Ryan. Entah mengapa Leo lagi-lagi terkejut. Ada suatu perasaan yang Leo tidak bisa mengerti saat ini. Leo perlahan-lahan mengalihkan pandangannya dan terlihat agak gugup. "O-oke. Terus?"

"Lo nggak kenapa-napa anak baru itu duduk di samping pacar lo?" tanya Ryan yang penasaran sekaligus memastikan kalau temannya keberatan dengan hal itu atau tidak.

"Terus kenapa? Dia, kan, cuman duduk di sampingnya," jawab Leo.

"Lagian gue udah bilang ke lo, gue cuman pura-pura pacaran sama dia." tambah Leo dengan suara kecil yang terdengar seperti berbisik agar beberapa teman yang sedang berada di kelas tidak mendengar perkataannya.

"Lo bener-bener nggak ada perasaan sama Fiona?" tanya Ryan yang ikut mengecilkan suaranya.

Leo hanya terdiam. Leo sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin satu kata yang cocok dengan perasaannya saat ini adalah bingung. Leo tiba-tiba berdiri, membuat Ryan agak terkejut. "Mau kemana lo?"

"Mau ke kelas sebelah." jawab Leo yang mulai melangkahkan kakinya dan meninggalkan Ryan.

Leo kini sudah berada di depan pintu kelas sebelah alias kelas Fiona. Entah angin apa yang membawanya ke sini. Leo baru menyadari kalau dia jarang mengunjungi kelas Fiona. Leo juga baru menyadari kalau dia tidak bersama dan dekat dengan Fiona selama berpura-pura menjadi kekasihnya, teman-temannya dan teman-teman Fiona, terutama Gery, akan menaruh kecurigaan terhadap mereka berdua.

Leo mengintip dari balik pintu untuk melihat dimana Fiona duduk. Setelah matanya menangkap sosok Fiona, tidak sengaja Leo melihat ke arah tempat duduk di samping tempat duduk Fiona. Leo melihat seorang laki-laki sedang duduk di sana dan menatap Fiona. Fiona sepertinya tidak menyadari kalau dia sedang ditatap. Entah mengapa Leo merasa agak lega ternyata laki-laki alias siswa baru itu tidak sebangku dengan Fiona. Namun, di sisi lain, cara laki-laki itu menatap Fiona membuat Leo merasa sedikit tidak nyaman.

Akhirnya, Leo masuk ke dalam kelas Fiona dan menghampirinya. "Kamu belum makan, kan? Ayo, ke kantin."

Mendengar suara Leo yang tiba-tiba, Fiona dan teman sebangkunya terlihat terkejut dan menoleh ke arah Leo. Fiona tanpa sadar memasang ekspresi heran dan aneh. Leo langsung mengedipkan matanya, mengisyaratkan kalau dia sedang berakting menjadi kekasihnya. Leo merasa Fiona lupa akan hal itu.

"Ah... i-iya. Gu- aku belum makan... sayang." kata Fiona dengan terbata-bata.

Kenyataan bahwa Fiona mengucapkan kata 'sayang' membuat Leo terkejut. Leo tahu mereka sedang berakting saat ini. Namun, tetap saja hal itu cukup aneh mengingat Fiona tidak biasanya mau mengatakan hal seperti itu. Leo pun menghela napasnya dan tersenyum. "Ya udah. Ayo, ke kantin."

Sesampainya di kantin, Leo langsung duduk di salah satu tempat duduk kosong. Hal itu membuat Fiona heran dan ikut duduk di depan Leo. "Katanya mau makan? Kok, malah duduk?

"Hah?" kata Leo terkejut. Bisa dibilang sejak tadi Leo sedang melamun dan memikirkan sesuatu sehingga tidak fokus terhadap tujuannya saat ini. "Y-ya duduk aja dulu, sih. Bel masuk juga masih lama."

Fiona mendengus kesal. "Ngomong-ngomong, lo kenapa tadi tiba-tiba banget deh?"

"Nggak papa," kata Leo sambil menggelengkan kepalanya. "Gue cuman ngerasa akting kita kurang jadi orang pacaran. Gue takut aja kita ketauan."

"Bener juga, sih," kata Fiona setuju.

"Nanti pulang sekolah jadi?" tanya Leo mengalihkan pembicaraan.

Fiona sempat berpikir sejenak tentang apa yang dimaksud Leo. Fiona akhirnya ingat dengan janjinya untuk diajari Matematika oleh Leo. "Iya, jadi."

***

A/N:

Jangan lupa vomment, guys, supaya ku semangat melanjutkannya. Wkwk. Thank you. <3

LEOWhere stories live. Discover now