[3]

2.3K 275 51
                                    

Percikkan air yang mengenai wajah Leo membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Leo mengusap wajahnya, lalu membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Mamanya yang sedag memegang gayung. "Akhirnya, kamu bangun juga. Cepet mandi. Udah jam setengah tujuh tuh."

Leo, yang sempat akan menutup matanya kembali, langsung membuka matanya dan bangkit dari tempat tidur. "Setengah tujuh? Mama kenapa nggak bangunin Leo?"

"Bercanda. Masih jam enam, kok." kata Mamanya sambil berjalan keluar dari kamar Leo. "Udah sana cepet mandi."

Leo hanya mendengus dan memutar matanya. Leo kemudian meraih ponselnya untuk memastikan jam berapa sekarang. Mamanya memang benar. Sekarang masih jam 06.00.

Dengan kedua mata yang masih mengantuk, Leo mengambil handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang berada di luar kamarnya. Setelah mengunci pintu kamar mandi, Leo duduk di closet, tangannya menumpu kepalanya. Kedua matanya terlihat mulai menutup dengan perlahan.

"Leo..." Telinga Leo menangkap suara samar-samar yang memanggil namanya. Leo menduga itu hanya mimpi atau halusinasinya saja.

"Leo?" Kali ini suara samar-samar itu terdengar bersamaan dengan suara ketukan pintu.

"Leo!"

Suara keras dari luar kamar mandi berhasil membuat Leo terbangun dan sedikit terlonjak. Leo mengusap wajahnya, dan baru menyadari kalau ia tertidur di kamar mandi.

Leo melihat ke arah pintu. "Apa, sih, Pa?"

"Kamu di kamar mandi lama banget. Kamu mandi atau tidur?" tanya Papanya dari luar kamar mandi. "Cepetan. Papa udah mules nih."

"Pake kamar mandi di kamar Papa, kan, bisa," kata Leo sambil beranjak dari closet, lalu melepaskan kaus oblong hitam yang ia pakai.

"Ada Mama kamu lagi mandi," kata Papanya. "Cepatan. Udah diujung nih."

Leo hanya menghela napas sambil menggantungkan kaus oblongnya di belakang pintu. Karena Papanya yang terus berkata, "Cepetan.", dan karena Leo sayang Papanya, akhirnya Leo membuka pintu kamar mandi. Leo bisa melihat Papanya sedang memegang perutnya. "Ah, akhirnya!"

Papanya langsung masuk ke kamar mandi setelah Leo, yang dalam keadaan hanya memakai celana pendek, baru keluar dari kamar mandi. Leo lagi-lagi menghela napas dan memutuskan untuk menonton kartun SpongeBob SquarePants selagi menunggu Papanya menyelesaikan urusannya.

***

"Ah, anjir! Bannya kempes!" kata Leo kesal setelah mengetahui ban motor matic-nya kempes. Leo kini masih berada di garasi rumahnya.

Leo mendengus, lalu melangkah menuju teras rumah. Leo berniat untuk meminta Papanya mengantarnya ke sekolah. Leo tidak mungkin mendorong motornya ke tempat tambal ban yang lumayan jauh dari rumahnya.

Belum lima langkah berjalan, Leo melihat Papanya yang baru saja keluar rumah dan berjalan menuju ke arahnya. "Kok, kamu belum berangkat?"

"Ban motor kempes." Leo menatap Papanya dengan memelas. "Anterin Leo ke sekolah, ya, Pa?"

Papanya hanya menghela napas, lalu berjalan menuju mobil. Papanya bisa melihat anak satu-satunya itu mendengus dan memasang wajah cemberut. Papanya terkadang merasa menyesal tidak menyekolahkan Leo di satu sekolah tempat ia mengajar.

"Ya udah, ayo!" kata Papanya sambil masuk ke dalam mobil.

Leo melihat ke arah Papanya yang kini sedang menutup pintu mobil. Leo kemudian berjalan ke arah mobil dan masuk ke dalamnya.

Setelah 5 menit perjalanan, Papanya memberhentikan mobilnya di belakang sebuah angkot yang sedang berhenti, menunggu penumpang. Leo menoleh ke arah Papanya. "Kok, berhenti di sini, Pa?"

LEOOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz