[11]

496 59 3
                                    

Suasana kantin mulai ramai setelah Leo, dengan santainya, mengumumkan kalau dia adalah kekasih Fiona. Hampir semua siswa perempuan yang sedang berada di kantin membicarakan Leo dan Fiona. Mereka terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan salah satu laki-laki ganteng di sekolah itu.

Gery terlihat tertawa meremehkan, lalu kembali menatap Leo dengan tajam. "Oh! Jadi, gara-gara lo, Fiona nggak nerima gue, hah? Beran-"

"Ayo!" kata Leo menghiraukan perkataan Gery, lalu menarik tangan Fiona untuk pergi dari kantin.

Leo masih bisa mendengar jelas suara Gery yang berbicara, "Woi! Mau kemana lo? Gue belum selesai ngomong, jing!" saat dia dan Fiona berjalan keluar dari kantin. Di dalam hatinya, Leo berharap kalau Gery tidak mengejar mereka berdua.

Setelah berada jauh dari kantin, Leo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang untuk melihat Gery yang ternyata tidak mengejar mereka. "Lo tau nggak sih? Gue rasanya pengen mati aja tadi- eh, woi! Malah bengong."

"Hah?" kata Fiona sambil menggeleng kecil, lalu melihat ke arah tangannya yang masih digenggam oleh Leo. "Ngomong-ngomong..."

"Kenapa?"

Leo melihat ke arah tangannya yang kini sedang dilihat oleh Fiona. Menyadari itu, Leo langsung melepasnya dan mengalihkan pandangannya. Tak sengaja, kedua mata Leo melihat tangan kiri Fiona yang sejak tadi memegang kotak makan. "Lo belum makan?"

"Belum," jawab Fiona singkat.

"Ya udah," kata Leo sambil duduk di kursi panjang yang kebetulan berada di sampingnya. "Makan di sini aja. Gue temenin."

Fiona sempat terdiam sejenak, lalu tanpa ragu duduk di samping Leo. Fiona membuka kotak makannya, dan terlihat terdapat dua roti isi di dalamnya. Fiona mengambil satu roti isi dan memberikannya kepada Leo. "Ini buat lo."

"Tumben lo baik? Biasanya nistain gue terus." kata Leo sambil menatap Fiona.

Fiona memutar matanya. "Mau nggak nih? Ya udah kal-"

"Iya deh. Aku mau... sayang." kata Leo memotong perkataan Fiona, lalu tertawa kecil.

Fiona terlihat terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan Leo tadi. "A-apaan, sih, sayang, sayang! Jijik tau nggak!"

"Kenapa jijik? Kita, kan, pacaran." kata Leo tersenyum jahil.

"Cuman pura-pura, oke?" kata Fiona agak kesal, lalu melahap roti isi yang seharusnya diberikan untuk Leo.

"Kok, dimakan? Itu, kan, buat a-"

Perkataan Leo terhenti setelah Fiona tiba-tiba menjejal mulut Leo dengan roti isi yang baru saja dia makan. "Stop bilang 'aku', oke?"

Leo hanya menganggukkan kepalanya, lalu melahap roti isi yang dijejalkan Fiona di mulutnya tadi.

***

"Le, serius nih. Lo beneran pacaran sama Fiona?" tanya Ryan yang sejak tadi mengikuti Leo sampai ke tempat parkir motor sekolah.

Ryan terus-menerus menanyakan pertanyaan tersebut sejak Leo masuk ke kelas setelah bel istirahat selesai berbunyi. Ryan merasa percaya dan tidak percaya mendengar pengakuan Leo di kantin tadi. Maka dari itu, Ryan terus menanyakan pertanyaan yang sama kepada Leo untuk memastikannya. Namun, Leo tidak menjawabnya, dan malah menyuruhnya untuk diam.

Leo tiba-tiba menghentikan langkahnya yang otomatis menghentikan langkah Ryan. Leo berbalik untuk melihat Ryan. "Gue cuman pura-pura pacaran sama Fiona."

Ryan terlihat mengerutkan alisnya. "Pura-pura?"

Leo menghela napasnya, lalu menjelaskan kenapa dia bisa pura-pura pacaran dengan Fiona kepada Ryan. Ryan terlihat menyimak kata demi kata yang diucapkan Leo. Ryan pun sesekali terlihat tidak percaya dengan apa yang dijelaskan Leo.

"Jadi, gue mohon jangan bilang siapa-siapa soal ini, oke?" kata Leo setelah selesai menjelaskannya kepada Ryan.

"Serius. Gue masih nggak nyangka Fiona minta tolong sama lo. Tapi..." kata Ryan terhenti.

"Tapi?" kata Leo sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Tapi, kenapa gue punya firasat kalau Fiona suka sama lo, ya? Atau malah lo yang-"

"Nggak mungkin lah! Sok tau banget lo," kata Leo sambil tertawa sinis, lalu meraba saku celananya. "Ngomong-ngomong, HP gue mana, ya?

"Mana gue tau! Ketinggalan di kelas kali," kata Ryan yang kemudian teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, gue kalah taruhan nih jadinya?"

Leo hanya menganggukkan kepalanya sambil fokus mencari ponselnya. "Gue ke kelas dulu deh. HP gue ketinggalan di sana kayaknya."

Leo pun berlari meninggalkan Ryan sendirian di tempat parkir motor sekolah untuk menuju kelas. Setelah sampai di kelas, Leo langsung menuju meja tempat duduknya. Leo terlihat menghela napas lega setelah melihat ponselnya ternyata berada di kolong mejanya bersama beberapa surat dari para siswi yang sengaja dia abaikan.

Setelah menemukan ponselnya, Leo mendongak, dan terkejut saat kedua matanya mendapatkan Gery sudah bersandar di dinding samping pintu kelas sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Gery terlihat menatap Leo dengan serius. "Urusan kita belum selesai."

***

A/N:

Maap yak minggu kemarin gua gak update. Lagi gak mood ngetik. Hahah. :-(

Jangan lupa vomment yak. Thank you. <3

LEOWhere stories live. Discover now