[16]

390 50 6
                                    

"Pak, saya izin ke toilet." kata Ryan setelah dia mengacungkan tangannya. Beberapa siswa di kelas kini menatapnya termasuk Leo yang duduk di sampingnya.

"Iya, silakan." kata Pak Komar, guru Bahasa Indonesia, mengizinkan.

Ryan pun bergegas keluar kelas untuk menuju toilet. Sementara itu, beberapa siswa tadi dan Leo kembali memerhatikan Pak Komar yang kembali menerangkan materi yang sempat tertunda tadi.

Sekitar dua menit kemudian, Leo merasakan ponselnya, yang dia simpan di saku celananya, bergetar. Awalnya, Leo mengabaikannya. Namun, ponselnya terus bergetar yang membuatnya merasa terganggu. Akhirnya, Leo diam-diam mengeluarkan ponselnya dan menaruhnya di bawah kolong meja agar tidak diketahui oleh Pak Komar. Leo mengerutkan alisnya setelah melihat Ryan mengirimkan banyak sekali chat kepadanya.

Ryan: le
Ryan: le fiona le
Ryan: dia diseret gery ke toilet cowok
Ryan: le
Ryan: le
Ryan: le
Ryan: le
Ryan: cepet keluar sekarang
Ryan: le
Ryan: le

Kedua mata Leo melebar setelah membaca chat dari Ryan. Leo tiba-tiba mengacungkan tangannya yang langsung dilihat oleh Pak Komar. "Iya, ada apa, Leo?"

"Saya izin ke toilet, Pak."

"Iya, sila-" kata Pak Komar yang terhenti saat melihat Leo berlari melewatinya, dan keluar kelas tanpa mendengarkan Pak Komar selesai berbicara. Melihat perilaku Leo yang tidak biasa itu membuat Pak Komar dan semua siswa di kelas terlihat heran.

Saat berlari menuju toilet, Leo berpapasan dengan Ryan yang terlihat gelisah sambil menatap Leo yang baru saja datang. Keadaan di luar kelas saat ini memang sepi karena kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, dan lokasi kelas mereka dan toilet memang terbilang cukup jauh.

"Ryan!" seru Leo sambil terengah-engah. "Chat lo tadi serius, kan?"

"Iya lah! Lo nggak liat muka gue panik gini?" kata Ryan dengan nada panik.

"Terus kenapa lo nggak tolong dia, sih?" kata Leo yang mulai kesal sambil berlari kembali menuju toilet.

Setelah sampai di toilet laki-laki, Leo melihat Gery sudah tersungkur di lantai toilet sambil meringis kesakitan dan memegangi lengan kirinya. Tidak hanya itu, Leo juga melihat Fiona yang sedang menangis di pelukan Erick. Tanpa sadar kedua tangan Leo sudah mengepal. Leo menghampiri Gery yang terlihat masih meringis kesakitan. Leo kemudian meremas kerah baju seragam Gery dengan kasar dan mengangkatnya agar dia bangkit. Leo langsung melemparkan satu pukulan ke wajah Gery. Gery hanya tertawa meremehkan setelah dirinya dipukul oleh Leo. Tanpa berkata-kata, Leo kembali memukul Gery.

"Kalian semua! Ikut ke ruangan saya sekarang!" Terdengar suara perintah dari seseorang yang berada di belakang mereka yang ternyata adalah Pak Jaelani alias Kepala Sekolah. Terlihat beberapa siswa termasuk Ryan sudah berkumpul di depan pintu toilet untuk melihat apa yang sedang terjadi.

***

Sudah hampir 15 menit Pak Jaelani menanyakan kejadian yang terjadi di toilet tadi kepada Gery, Erick, dan Leo yang duduk sejajar di hadapannya. Terlihat Fiona yang terus menatap ke bawah di samping Bu Onjeli, wali kelasnya, yang sejak tadi menenangkannya. Namun, selama 15 menit itu Gery terus beralasan yang membuat Leo kesal dan hampir memukulnya kembali.

Erick saat ini sedang menjelaskan kejadian tadi dengan tenang dan wajah datarnya. Berawal saat di kelas, Erick melihat Fiona mengacungkan tangannya untuk meminta izin ke toilet. Setelah hampir setengah jam berlalu, Fiona tidak kunjung kembali ke kelas. Erick pun berinisiatif meminta izin ke toilet tanpa memberitahu kalau dia sebenarnya ingin memeriksa Fiona. Setelah sampai di toilet, Erick melihat Gery sedang menghimpit Fiona di dinding toilet laki-laki sambil mencengkram tangannya. Melihat Fiona yang terlihat mulai menangis dan berusaha untuk melawan Gery, tanpa berkata-kata, Erick menendang Gery dari arah samping sampai akhirnya dia tersungkur di lantai.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Erick, Pak Jaelani menatap ke arah Fiona yang duduk di samping kanannya bersama Bu Onjeli. "Apa benar begitu, Fiona?"

Fiona hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalanya. Setelah melihat itu, Pak Jaelani menghela napasnya dan menatap Gery. "Kamu dengar dan lihat tadi? Mau beralasan apa lagi kamu? Bapak sudah sering memperingatkan kamu untuk tidak berulah lagi. Kali ini saya terpaksa harus mengeluarkan kamu dari sekolah ini karena poin pelanggaran kamu sudah melebihi batas poin, dan ulah kamu ini sudah sangat keterlaluan."

Gery, dengan pipi lebam dan sudut bibir yang sedikit berdarah karena dipukuli tadi, hanya terdiam. Gery terlihat seakan-akan tidak peduli dengan ucapan Pak Jaelani.

Berbicara soal poin pelanggaran, di sekolah ini memang menerapkan sistem poin bagi seluruh siswa yang melanggar peraturan di sekolah. Batas dari poin tersebut adalah 300 poin. Kalau melebihi batas poin tersebut, siswa akan dikeluarkan dari sekolah.

"Dan untuk kamu Leo," kata Pak Jaelani yang kini menatap Leo. Terlihat Leo hanya menunduk sambil memegangi tangannya yang mulai terasa sakit karena memukul Gery tadi. "Saya kecewa dengan kamu. Kamu itu termasuk siswa berprestasi di sekolah ini, tapi saya tidak menyangka kamu akan berperilaku seperti ini. Saya hanya akan memberi kamu 100 poin karena berkelahi, dan saya akan memberitahukan kejadian ini kepada orang tua kamu. Saya harap kamu tidak melakukan hal yang sama ke depannya."

Mendengar itu, Leo langsung mendongakkan kepalanya. "Tapi, Pak-"

"Tapi apa? Kamu masih mau menawar poinnya? Atau mau saya tambah lagi poinnya?" tanya Pak Jaelani dengan tegas. "Saya heran kenapa kamu bisa berkelahi seperti itu?"

"Dia ngebela pacarnya, Pak. Jadi, wajar dia marah pacarnya digituin." celetuk Erick dengan polosnya.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut langsung menatap Erick termasuk Leo dan Fiona. Pak Jaelani terlihat menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya sambil menatap Leo dan Fiona secara bergantian.

Kedua mata Leo kini menatap Fiona yang kembali menundukkan kepalanya. Entah mengapa Leo merasa bersalah kepada Fiona karena Leo tidak bisa menolongnya tepat waktu dan hanya meluapkan emosinya dengan memukuli Gery. Sempat terlintas dipikiran Leo kalau mereka berdua benar-benar berkencan, Leo mungkin tidak bisa benar-benar menjaganya.

Akhirnya, setelah hampir satu jam, Leo dan Erick diperbolehkan kembali ke kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar. Sementara itu, Fiona diperbolehkan pulang lebih awal. Di sisi lain, Gery masih berada di ruangan Pak Jaelani untuk menunggu orang tuanya setelah Pak Jaelani memanggil kedua orang tuanya tadi untuk datang ke sekolah menyelesaikan masalah yang baru saja dia lakukan.

***

A/N:

Hai guys!

Mon maap ini gak update hampir sebulan soalnya akhir bulan kemarin gua wisuda (cie wisuda) sama persiapan masuk cpns (tapi sayangnya pas tes kemarin score gua gak lolos passing grade). :-(

Sebenernya gua kepengen hapus ff ini karena gue sadar jumlah pembaca sama vomment udah berkurang jadi gua kurang bersemangat. Gue juga sadar udah 2 tahun ff ini belum juga selesai. Ya salah gue juga karena sempet discontinued. :-(

Tapi karena gua udah janji selesain ff ini, ya gue bakal lanjutin ff ini sampe tamat. Sebenernya gue lagi otw ngetik juga sih dan hampir ending. Nanggung juga kalau dihapus. Ya gak? Wkwk.

LEOOnde as histórias ganham vida. Descobre agora