52. Kebohongan Evan

4.3K 261 11
                                    

52.

"Dimana bosmu?" dengan tangan terkepal kuat di samping tubuh, Ethan melayangkan pertanyaan dengan nada yang begitu dingin ke sekretaris Evan yang berada di balik meja kerjanya.

Iya, benar. Saat ini Ethan berada di kantor Evan. Selepas Ethan menemui Silver, tepatnya setelah Silver mengusirnya dari apartemen yang selama ini dia huni tanpa sepengetahuan Ethan, dengan tekat dan amarah serta dendam yang memburu di dalam dada, Ethan memutuskan untuk langsung pergi mencari Evan ke kantornya. Dan Ethan yakin kalau saat ini Evan pasti berada di kantornya.

Masalahnya, bajingan bernama Evan yang tidak lain adalah saudara kembar Ethan sendiri pasti sudah menekan Silver. Sampai-sampai, Silver seperti sekarang.

Maka dari itu, Ethan harus memberikannya pelajaran!

Sekaligus, Ethan ingin menanyakan maksud dari semua yang Evan lakukan padanya. Termasuk, perihal Evan yang sudah berani menyembunyikan Silver darinya. Serta, apa yang sudah Evan lakukan pada Silver hingga membuat Silver mengambil keputusan seperti ini untuk hidupnya.

"Good Morning, Mr. Ethan—"

"Dimana Bosmu." Geram Ethan tak sabaran. Kembali mengulang pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.

Sekrertaris Evan mengerjap kaget saat Ethan langsung memotong kalimat sapaannya. Terlebih, sepertinya dia pun baru menyadari bagaimana tak bersahabatnya wajah Ethan saat ini. Tepatnya, wajah masam yang hampir bisa dikatakan bengis. Penuh amarah. "Di ruangannya, Sir. Tapi, sedang tidak bisa diganggu karena sedang meeting denga—"

Tanpa berniat mendengar kelanjutann kalimat dari sekretaris Evan, Ethan buru-buru mengangkat satu tangannya ke udara. Mengisyaratkan agar sekretaris Evan untuk berhenti bicara. "Diam," desisnya tajam.

Tentunya, mampu membuat sekretaris Evan sontak mengatupkan mulutnya rapat. Bahkan, langsung menundukkan wajahnya ketakutan. Bagaimana pun, sosok Ethan di mata semua karyawan entah itu perusahaan keluarga Ethan maupun perusahaan Evan sendiri, sudah terkenal sebagai sosok yang tidak ramah nyaris bengis di mata mereka.

Mungkin, image itu melekat karena di setiap kalinya Ethan datang ke kantor Evan, raut wajah Ethan tidak pernah ramah lantaran tak pernah tersenyum dan selalu saja sinis.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ethan langsung pergi meninggakan meja sekretaris Evan untuk menuju ruang Evan. Meninggalkan sekretaris Evan yang hanya bisa menatapnya serba salah. Lantaran harus bersiap terkena omelan Evan, karena tak punya cukup keberanian untuk membantah apalagi menghentikan saudara dari bosnya sendiri.

"Sampai kapan kamu akan berbohong masalah kesehatan kamu pada saudara kamu sendiri?"

Ethan sontak mengurungkan niatnya untuk membuka pintu ruangan Evan yang sepertinya tidak sengaja tidak tertutup dengan rapat, manakala telinganya mendengar suara wanita yang terasa mulai familiar di indra pendengarannya di dalam sana.

Kesehatan Evan?

Di tempatnya, Ethan mendadak diam. Dengan isi kepala yang tanpa bisa dikendalikan langsung menebak-nebak apa arti ucapan wanita di dalam sana perihal kesehatan Evan. Karena itu, demi untuk mendengar jelas pembicaraan di dalam, Ethan memilih tetap diam di tempatnya untuk beberapa saat ke depan.

"Selamanya. Mungkin?"

Ethan mengerutkan kening saat pada akhirnya mendengar suara Evan menyahuti.

"Evan," wanita itu kembali bersuara. "Berhentilah bersikap seperti ini. Kasihan dia. Bagaimana pun, dia itu saudara kamu satu-satunya di dunia ini. Dis juga berhak tau akan kondisi kamu yang sebenarnya—"

"Apa yang harus suadaraku tau?" potong Evan cepat. "Dan lagi, aku memang tidak berbohong, kan? Masalah kecelakaan itu yang membuat otakku bermasalah."

"Iya, aku tau. Tapi kenyataannya, ingatakan kamu sudah kembali dari sejak lama—"

Lies Over Lies✓ (REVISI)Where stories live. Discover now