18. Pelarian Revan

573 35 4
                                    

Typo bertebaran,
Enjoy :*

"Cinta, gila!"

-Budi.D.Revanza

RUANGAN itu tampak gelap, suram dan berantakan. Entah sudah berapa jam orang tuanya tak memeriksa.

Revan berbaring di tempat tidurnya. Tidak sedang berpikir atau melamun. Melainkan tengah menikmati rasanya terbang melayang. Senyuman hambar terukir di wajahnya yang memucat dan tirus. Sebuah suntikan baru saja lepas dari genggaman remaja itu. Iya. Suntikan itulah awal dari segala kenikmatan sesaat yang tengah ia rasakan sekarang.

Revan tertawa tanpa suara. Otaknya sedang tidak berjalan saat ini. Suntikan itu yang kedua dalam satu bulan terakhir ini ia pakai. Baru satu kali, Revan sudah bisa merasakan bagaimana segala masalahnya bisa terlupakan dengan obat terlarang itu sehingga kini ia memakai untuk yang kedua kalinya.

Semuanya berawal dari Alda yang sekarang sudah sangat jarang ia temui. Alda yang biasanya sudah seperti bayangannya itu, ada di mana pun ia berada, tertawa bersamanya, bercanda, semua ingatan Revan muncul saat ini, semua tentang Alda.

Revan lagi-lagi tertawa tanpa suara. Tubuhnya masih menikmati bagaimana obat itu bekerja. Entah dari mana Revan mendapatkan suntikan dan isinya itu. Keduanya sama-sama merusak.

●●●●●

"Assalamualaikum.." ujar Pandu sambil menekan bel rumah Alda. Pukul 06:45 pagi.

"Waalaikumsalam," seseorang dari dalam rumah menjawab. Suara mamanya Alda. "Eh, nak Pandu. Mari masuk dulu, Alda bentar lagi turun, lagi siap-siap dia.

"Iya tante," jawab Pandu dan melangkah masuk mengikuti Eva yang sudah lebih dulu.

"ALDA, CEPETAN. DITUNGGU PANDU!"

"IYA MA, BENTAR LAGI, BENTAAR.." Teriakan yang saling bersahutan memenuhi ruangan rumah itu.

Alda berlari dari kamarnya sambil menenteng tas hijau toska yang tampak belum ditutup. "Jam berapa?" Tanya gadis itu.

Pandu melirik jam hitam yang melingkar di tangannya. "Enam lima-lima," jawabnya singkat.

Alda melotot, "Masa sih?!"

"Iya, makanya kamu cepetan sarapannya.." Eva menimpali.

Alda mengangguk lalu berlari ke dapur. Melahap roti isi besar-besar sambil meminum susu coklatnya karena hampir tersedak. Kebiasaan Alda, terlambat.

"Pelan-pelan aja Al," ujar Pandu. Kasihan juga melihat Alda yang barusan hampir muntah karena roti yang dilahapnya nyangkut di tenggorokan.

"Hm m.." Guman Alda.

Lima menit kemudian, mobil itu melaju menuju sekolah dengan kecepatan diatas rata-rata.

Sesampainya di sekolah, ternyata pintu gerbang sudah ditutup oleh Satpam Sekolah.

"Pak, Pak.. Bukain pintunya dong, Pak..." Mohon Alda dengan wajah memelas.

"Kalian berdua, telat 15 menit. Dari mana aja kalian?" Balas sang Satpam.

"Bukain lah Pak, kita ada ulangan jam pertama nih," Pandu menimpali.

"Kalian dari mana?"

"Ya dari rumah lah Pak. Tadi Pandu mules-mules mulu. Jadinya telat gara-gara nungguin dia." Alda menjelaskan panjang lebar.

Pandu melotot.

"Enak aj—"

"Shhht!" Bisik Alda sambil menginjak sepatu Pandu kuat-kuat. Cowok itu harus meringis sambil tersenyum demi melancarkan alasan bohongan yang dibuat Alda.

Pak Satpam tampak meneliti wajah Alda yang cengengesan dan Pandu yang meringis aneh.

Emang ya anak-anak jaman sekarang..

"Ya sudah, kalian boleh masuk. Tapi ingat, kalian harus lapor sama guru piket dulu dan jangan lupa ambil surat izin masuk kalo mau ke kelas." Tegasnya.

Alda dan Pandu mengangguk patuh. Mereka akhirnya bisa masuk ke area sekolah meski harus pergi ke kantor dulu.

"Nanti lo yang minta izin ya Al,"

"Kenapa gue, ya bareng-bareng  dong!" Ketus Alda.

"Kan lo anaknya—"

"Diem!"

Pandu berhenti berjalan. Tepat di tengah lapangan yang sedang mendapat sinar mentari pagi. Alda ikut berhenti juga.

"Kenapa?" Tanya gadis itu.

Pandu hanya bungkam, sambil menatap Alda lekat-lekat.

"Kenapa sih?"

"......."

"Panu,"

"Eh, Pandu!" Alda mengguncang lengan cowok itu kuat-kuat.

"Eh, lo kesambet ya?"

"Panduuuuuuu,"

"Al?" Pandu buka suara. Suaranya yang tenang membuat jantung Alda berdetak seketika.

"Ke-kenapa, kamu kenapa?"

"Alda, sayang kamu."

"Aku juga,"

●●●●

See you next part.
Jangan lupa vote and comment..
-RafflesiaAT

THE REASON (COMPLETE✔)Where stories live. Discover now