4. Perampas

1.1K 60 1
                                    

Typo bertebaran..

"Rasa benci ini tidak nyata. Karena kamu terlalu berkesan, meski pun di masa lalu."

-Alda Faraday

●●●●●
BEL Istirahat.

"Alda ikut gak?" Tanya Revan, tepat saat ia berjalan keluar menuju pintu kelas.

Alda menatapnya. "Kemana?" Tanyanya setelah itu.

"Ke Kantin lah,"

"Ooh.. " Alda mengangguk. "...ayok!" Serunya bersemangat.

Revan tersenyum. Mereka kemudian keluar dari kelas bersama-sama menuju ke kantin.

●●●●●

Kedatangan empat cogan dari SMA sebelah jelas membuat berita hot.

Pandu, Samuel, Ito dan Tristan. Keempatnya adalah cogan yang seharian ini menjadi trending topic di SMA Satu Nusa. Banyak siswi baik itu adik kelas atau pun kakak kelas yang pura-pura salah masuk kelas hanya untuk melihat keempat orang tersebut.

"Laper!" Teriak Tristan.

Samuel dan Ito mengangguk.

Pandu, cowok itu sedang asik bermain game di pojok ruangan. Tanpa mendengar hal lain.

Tristan memberengut.

"Pandu?" Tanyanya.

"Woy, Pandu!" Kata nya lagi sambil berteriak ke telinga Pandu.

"Apaan sih ribut banget!" Balas Pandu kesal. Jelas saja, mati-matian ia mempertahankan game itu dan Tristan datang menghancurkannya.

"Lo aja yang budeg, Panda!"

"Udah ayok! Lama banget!" Ucap Ito melerai pertikaian yang akan berlanjut terus itu. Ia menarik keduanya diikuti Samuel dari belakang.

Benar jika langkah mereka menuju Kantin diiringi tatapan lapar dari siswi-siswi di sepanjang koridor.

"Kita ganteng, ya. Kasian mereka." Celetuk Tristan yang langsung mendapat jitakan bergantian dari ketiga temannya.

"Ganteng bangga lo! Punya pacar juga enggak," ejek Pandu seraya merapikan rambutnya ke belakang. Biar terlihat keren, batinnya.

Samuel memutar bola mata malas.

"Emang lo punya pacar?" Tanya  Tristan balik.

Pandu tersenyum bangga. "Ya punya lah." Jawabnya.

"Siapa?" Tanya Ito. Tampaknya ketiga temannya benar-benar tak peka. Kasihan sekali Pandu.

"Alda." Ketus cowok itu.

"Alda yang itu?" Tanya Samuel sambil menunjuk Alda dan Revan yang sedang menikmati masing-masing semangkuk Mie Ayam di Kantin.

Pandu melotot. "Iya." Jawabnya singkat.

Mereka berempat memasuki Kantin. Sedikit terdengar suara berisik saat mereka mulai duduk di pojok ruangan. Begitulah nasib cogan, pikir mereka.

"Lo pada mau makan apa?" Tanya Tristan.

"Bakso aja." Jawab Ito "... sama Teh Es" Lanjutnya.

Tristan mengangguk. Kemudian beralih menatap Samuel.

"Lo apa, Irit? Kaga mau makan lo?"

"Samain kek Ito." Jawab Sam.

"Lo, Panda?" Tanya Tristan pada Pandu yang sedang menatap Alda dan Revan yang tertawa bersama. Tristan menghampiri Pandu, "Lo pasti inget alasan kita pindah bareng ke sini." Bisik Tristan. Pandu mengangguk.

"Jangan sampe pengorbanan kita sia-sia," Lanjut Tristan.

"Perjuangin bro.." Timpal Ito.

"Oke." Jawab Pandu singkat. "... gue pesen Mie Ayam, dua."

"Lha, kok dua, laper banget lo?" Celetuk Tristan.

"Ya buat Alda, Tristan!" Geram Pandu. Dalam hati Pandu kadang menyesali kelemotan Tristan.

"Oo.. Okeh gue pesenin dulu."

●●●●●

"Adu-duh! Apaan sih, sakit Purba!" Teriak Alda saat Pandu menarik lengannya.

"Ikut gue". Jawab Pandu.

"Ya biasa aja. Gak usah narik-narik gue bisa jalan sendiri." Ketus Alda.

Pandu melepas cekalannya. "Sorry," ucapnya setelah itu.

"Gue gak mau ikut lo." Balas Alda sambil menatap Pandu dengan tajam lalu ia kembali ke mejanya.

Pandu mendengus sebal.

Dasar Batu! Pikirnya. Kembali ia mendekati meja itu.

"Gue bilang apa Pandu?!" Semprot Alda.

"Please Alda.." Jawab Pandu sambil menampilkan wajah sedihnya yang menurut Alda tampak menggelikan.

"Gak mau."

"Gue gak peduli, lo haru—"

"Kalo Alda gak mau jangan dipaksa, dong!" Potong Revan sambil menatap Pandu tajam.

Sejenak mereka beradu tatapan.

"Apa hak lo ikut campur.." Tanya Pandu berusaha meredam emosi. Ketiga temannya sudah menatap Pandu dari kejauhan dengan cemas.

"Gue sahabat dia!" Tegas Revan.

Alda jadi bingung sekarang.

"Gue, pacar dia.." Desis Pandu.

Revan tertawa mengejek. Bertepatan dengan ketiga teman Pandu berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Cih! Pacar lo bilang?" Kembali Revan tertawa. "... setelah lo jadiin dia taruhan, lo masih gak malu ngaku pacarnya Alda? Iya?" Jawab Revan lantang.

Jelas suasana Kantin mulai riuh.

"Udah, Rev. Malu diliatin. Mending kita balik ke kelas, yuk!" Ucap Alda sambil menarik lengan Revan. Tapi Revan tak bergerak.

"Bentar, Da. Biar Revan selesaiin. Biar ni orang berenti gangguin Alda.." Jawab Revan dingin. Jarang sekali ia berkata dengan intonasi penuh penekanan begitu.

Alda terdiam.

Pandu menelan salivanya. "Gue mau baikin hubungan gue sama Alda. Jadi lo gak usah ikut campur." Balasnya tak kalah dingin.

"Lo tuh gak ngerti bahasa, ya. ALDA ITU GAK MAU IKUT SAMA LO!" Teriak Revan.

Bugghh!

Tinju Pandu mendarat sempurna di pipi Revan. Revan menatap Pandu sengit sambil memegang pipinya.

"GAK USAH IKUT CAMPUR!!" Balas Pandu.

Bugghhh!  

Sekarang pukulan Revan yang mengenai pipi kirinya.

Pengunjung Kantin mulai krasak-krusuk melihat kejadian itu.

Tristan, Ito dan Samuel hanya menonton saja dari belakang Pandu. Biarkan Pandu memperjuangkan perasaannya.

"Dasar gak tau malu, lo!" Umpat Revan sambil berancang-ancang mendaratkan satu pukulan lagi.

Saatnya Jam Keempat dimulai 

Suara bel menghentikan segalanya.

"Jangan ganggu Alda lagi!" Bentak Revan sambil menggandeng Alda. Keluar dari kantin dan kembali ke kelas.

"Gue gak bakal nyerah, Al,"
●●●●●

Next part, readers. Vote and commentnya ditunggu ya.
RafflesiaAT.❤


THE REASON (COMPLETE✔)Where stories live. Discover now