20. For The Last

297 40 5
                                    

Pada akhirnya tidak ada kata baik-baik saja tentang perpisahan. Yoonbi tahu itu. Ia rela mengorbankan segalanya. Mengorbankan bagaimana impiannya untuk membangun keluarga bahagia bersama Jeon Jungkook. Keputusannya malam itu sudah ia pikirkan matang-matang. Kalian bisa menyebutnya sebagai ibu yang buruk. Tapi Yoonbi tidak mengerti. Satu hal yang selalu berkutat di pikirannya adalah rasa bersalah atas kematian ibu dan pamannya. Kejadian mengerikan yang terjadi di depan matanya sendiri.

Ia selalu merasa dirinya adalah seorang pembunuh meski ibu dan pamannya tidak mati di tangannya.

Ia hanya memikirkan Jeon Sian. Ia tidak ingin Sian memiliki ibu seperti dia. Terlebih lagi ia ingin Sian diakui oleh Tuan Jeon sebagai cucunya. Setidaknya agar anaknya bisa bahagia jika hidup bersama sang ayah. Sama sekali Yoonbi tak pernah mengingkan sepersen pun uang dari Jeon Jungkook. Baginya dicintai Jungkook saja itu sudah cukup.

Dalam perpisahan, ada tawa dan air mata yang detik itu juga menjadi cerita yang berisi kenangan. Dan Kim Yoonbi siap membungkus semuanya dan menyimpannya rapat-rapat dalam ingatan.

***

Pagi itu, keadaan rumah seorang Jeon Jungkook sangat kacau. Semua pelayan dikumpulkan Jungkook di ruang tengah. Bertanya apa ada yang tahu dimana keberadaan sang isteri berada. Tapi semua pelayan memang tidak tahu apa-apa. Tidak ada yang melihat Yoonbi keluar.

Suara tangis Sian membuat Jungkook semakin frustasi. Ia menggendong anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya barangkali ia bisa tenang. Tapi yang ada Sian tiada henti menangis. Jungkook sudah berusaha memberinya susu formula tapi Sian menolak dan terus menangis.

Jungkook membawa Sian ke dalam kamar utama. Ia menyemprotkan parfum yang biasa Yoonbi pakai. Mungkin saja Sian bisa tenang setelah mencium aroma yang biasa ibunya pakai. Dan benar saja Sian tidak menangis sekeras tadi.

"noona kenapa kau begitu tega"

Jungkook masih mengayun-ayunkan tubuh Sian berusaha menenangkan anaknya. Ia kemudian melihat satu botol susu yang ada di meja nakas. Asi yang sengaja Yoonbi tinggalkan disana.

Pun Jungkook memberikannya pada Sian dan Sian mau meminumnya. Jungkook bernafas lega setelah Sian yang mulai tenang dan sudah tidak menangis lagi.

Jungkook menidurkan Sian di ranjang super besar di kamar utama. Jungkook menangis selagi menatap anaknya. Heran sekali mengapa Yoonbi tiba-tiba pergi begitu saja, bahkan ia pergi tanpa membawa ponsel dan dompetnya.

Jungkook mengambil foto Yoonbi yang berada di meja nakas.

"noona kenapa kau tiba-tiba pergi seperti ini?" gumam Jungkook sambil terisak

Ia mengusap air matanya saat bola matanya menangkap sebuah amplop berwarna putih di samping lampu tidur. Jungkook mengambilnya, membuka perlahan.

Jungkook, Sian

Maafkan aku. Aku harus pergi. Aku tidak pantas untuk berada disana. Bersanding denganmu Jungkook itu terlalu tinggi bagiku. Istana itu tak pantas untuk seseorang seperti diriku.

Jungkook sungguh maafkan aku. Aku mencintaimu. Aku juga mencintai Sian. Tapi aku tidak ingin Sian mempunyai ibu yang buruk sepertiku. Wanita jalang, seorang pembunuh. Apa yang akan dikatakan temannya nanti jika teman-temannya tahu jika ia memiliki ibu seperti itu.

Waktu itu aku mendengar percakapanmu dengan ayahmu. Untuk itu, aku tidak ingin karena diriku, engkau dan ayahmu terus saja bertengkar. Maafkan aku.

Jungkook berjanjilah, kau akan tetap melindungi Sian. Jaga dia. Berjanjilah untukku. Kau juga, jaga dirimu baik-baik sayang. Maafkan aku.

Aku ingin merindukan ibuku. Maafkan aku.

SERENDIPITY ✔Where stories live. Discover now