16. Confusion

265 36 4
                                    

Suasana ruang kantor Jungkook begitu panas. Meskipun pengatur suhu ruangan sudah disetel tapi tetap saja rasanya seperti alat itu tidak berfungsi sama sekali.

Dua pasang manik mata saling menatap lekat. Kim Seokjin benar-benar merasa terkutuk karena berada dalam satu ruangan bersama ayah dan anak yang hubungannya bisa dibilang sedang tidak baik.

"Aku akan menjadikannya pewaris ku setelah dia lahir"

Ucapan dari seorang Jeon Jungkook membuat binar mata sang ayah dan Seokjin mendelik tajam.

"Kau jangan bercanda"

Tuan Jeon menatap Jungkook dengan begitu mengintimidasi. Perasaan marah bahkan terlihat di matanya.

"Bodoh. Kau benar-benar bodoh. Kenapa kau bisa tergila-gila dengan penipu seperti dia?" Tuan Jeon berbicara dengan nada suara yang sedikit naik.

Mendengar ucapan sang ayah Jeon Jungkook tersenyum menyeringai.

"Ayah ini semua karena kau. Kau yang sudah membuatku tergila-gila padanya. Ah dan satu lagi berhenti mengatakan dia penipu karena dia sama sekali tak ada hubungannya dengan pamannya"

Jungkook beranjak dari sana. Membanting pintu sangat keras. Beruntung pintu mahalnya tidak rusak.

Seokjin merendahkan tubuhnya pada Tuan Jeon berniat mengejar Jungkook.

Seokjin menaiki lift menuju lantai paling atas. Ia tahu jika mood Jungkook sedang tidak baik ia pasti akan menenangkan dirinya di balkon atas kantornya. Dan dugaan Seokjin benar. Ia menemukan Jungkook yang berada di ujung pagar pembatas.

"Kau tidak berniat loncat bukan?"

Jungkook menoleh ke sumber suara. Ia memutar bola matanya setelah tahu Seokjin berada disana sambil menyerahkan cup berisi milk tea pada Jungkook.

"Apa ini? Kopi? Aku tidak suka" ucap Jungkook dingin.

"Aku tahu. Ini bukan kopi"

Pun Jungkook mengambil satu cup yang Seokjin berikan padanya. Ia menyeruputnya lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Kau yakin akan menjadikannya pewaris?" Ujar Seokjin

"Dia anakku hyung"

"Ya aku tahu Jeon. Tapi..." Seokjin sengaja menggantungkan kalimatnya takut jika Jungkook akan terpancing emosi.

"Jadi sekarang kau berada di pihakku atau ayah?"

Seperti dugaan Seokjin sebelumnya, Jungkook terpancing emosi. Ia berbicara dengan nada suara yang naik beberapa oktaf.

"Ya ya terserah kau saja. Tapi ku harap kau segera membawa isterimu ke Seoul. Kau tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu begitu saja"

Seokjin ingin menyadarkan Jungkook karena semenjak kejadian paman Yoonbi meninggal dan Jungkook membawa Yoonbi kabur, pria itu menjadi sering melupakan pekerjaannya sampai perusahaannya sedikit kacau. Dan membuat Seokjin harus bekerja ekstra.

"Hyung aku tidak bisa membawanya ke Seoul. Aku tidak ingin ia bertemu dengan ayah. Aku ingin dia menenangkan pikirannya" cercas Jungkook.

"Tapi kau direktur Jungkook. Kau memiliki tanggung jawab disini. Lagipula ayahmu sudah tahu dimana kau menyembunyikan isterimu"

Jungkook melotot kaget pada Seokjin. Alisnya mengkerut, tanda kebingungan.

"Ayahmu bukan orang bodoh" lanjut Seokjin.

"Kau pasti yang memberi tahu ayah" curiga Jungkook.

Seokjin tahu dimana Yoonbi berada karena Jungkook sudah bercerita padanya.

Seokjin tersenyum remeh pada Jungkook. Jelas-jelas ayahnya bukan orang bodoh. Tentu saja dengan berbagai koneksi dan uang yang dimiliki ayahnya pasti ia dapat dengan mudah menemukan dimana isteri Jungkook berada. Seokjin sendiri tak percaya jika Jungkook akan menuduhnya. Dikira Seokjin akan menghianatinya? Tidak akan. Karena Seokjin sudah menganggap Jungkook sebagai adiknya sendiri.

"Aku tak akan menghianatimu. Ayahmu jelas memanfaatkan koneksinya Jeon. Biar bagaimanapun aku hanya berharap kau tidak meninggalkan tanggung jawab di perusahaan"

Seokjin berlalu meninggalkan Jungkook setelah ia menepuk bahu Jungkook sebentar.

Dan disinilah Jungkook semakin frustasi dibuatnya. Seokjin benar, ia memiliki tanggung jawab di perusahaan. Tapi ia juga memiliki tanggung jawab untuk Yoonbi dan juga calon anaknya. Ia tidak bisa meninggalkan Yoonbi terus-menerus di Busan dan selalu bergantung pada Jimin.

Mungkin membawa Yoonbi kembali ke Seoul adalah keputusan yang tepat.

***

setelah memikirkan semuanya, Jeon Jungkook membawa Yoonbi untuk kembali ke Seoul.

Seokjin dan juga Jimin memberinya alasan kuat agar ia membawa Yoonbi untuk kembali ke Seoul. Yoonbi pada awalnya sedih karena jika ia kembali ke Seoul ia harus berpisah dengan Hyera. Jelas ia sedih mengingat bagaimana ia berteman dengan Hyera dan juga Soo Ah.

Tapi ia sadar diri. Ia tidak boleh egois. Jungkook tidak boleh meninggalkan pekerjaannya hanya demi dirinya. Jika begitu maka ia akan merasa sangat bersalah. Ia mengalah dan meyakinkan Jungkook jika ia baik-baik saja kembali ke Seoul.

Yoonbi memeluk bibi Han-kepala pelayan di rumahnya- memeluknya erat. Ia menemukan sosok ibu-nya dari diri bibi Han.

"Maafkan aku bi" kata Yoonbi dengan nada sedih.

"Nyonya aku bersyukur sekali kau baik-baik saja. Perutmu sudah bertambah besar saja" ujar bibi Han seraya mengelus lembut punggung sang majikan.

Yoonbi melepas pelukannya dan tersenyum ke arah bibi Han. Jungkook tahu Yoonbi pasti lelah. Untuk itu ia membawa Yoonbi ke kamar. Tidak di kamar di lantai dua. Ia membawa gadis itu ke kamar tamu yang berada dibawah. Ia terlalu khawatir jika Yoonbi harus bolak-balik naik turun anak tinggi. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

***

"Noona beristirahatlah. Ku pastikan kau akan aman disini" kata Jungkook meyakinkan.

Yoonbi memeluk Jungkook. Seakan-akan ia berkata

Aku akan baik-baik saja demi anak kita. Kau tidak perlu khawatir.

Gadis itu menghirup aroma tubuh Jungkook. Mungkin sekarang ia akan kecanduan aroma tubuh Jungkook. Ia memejamkan mata seraya menyenderkan kepalanya di bahu Jungkook.

"Aku belajar banyak hal tentang berkeluarga dari Hyera" kata Yoonbi yang masih memejamkan matanya.

Jungkook tersenyum mendengarnya. Membawa Yoonbi pada Jimin bukanlah kesalahan. Bersyukur sekali jika Yoonbi perlahan-lahan dapat melupakan traumanya.

Jungkook mencium kening isterinya. Lalu mencium lagi pada hidung bangirnya. Berganti pada kedua pipi yang semakin hari bertambah volumenya dan berakhir dengan mendaratkan bibirnya pada bibir merah basah favoritenya.

***

Sebenarnya aku udah nyelesaiin endingnya loh hihihihi. Tapi aku dibuat bingung sendiri di part ini dan di part sebelumnya.

Maafkanlah aku karena update terlalu lama :(

SERENDIPITY ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora