40. Merindukan

1.1K 39 2
                                    

Rysma POV

Kata bunda keluarga aku hampir semunya ingin mencari tau keberadaan ku,  namun bunda tetap masih merahasiakannya, berita ini belum sampai di tangan Nisya gue rasa kalau dia tau pasti dia akan mencari gue juga.

Seminggu sudah berlalu,  dimana kejadian gue hampir di tabrak dan di hari itu juga gue kehilangan sosok Aldo,  kalung pemberiannya juga masih gue pakai nih.  Gue sangat suka.

Jujur gue kehilangan sosoknya yang selalu usil,  selalu nyamperin gue dengan segala pesonanya,  kepedeannya dan hal yang buat gue sangat merindukannya tidak ada lagi orang yang mengikutinya gue kemana mana,  gue hanya sendiri di sini. 
Lagian niat gue di sini bukan mencari teman.  Gue ingin menuntut ilmu sebanyak banyaknya.

Sekarang gue sedang berada di salah satu kafe kecil di sini namun sangat nyaman.  Gue mengerjakan beberapa tugas yang di berikan dosen.

"Rys_ma bukan sih?" Sosok wanita berdiri di samping meja gue, sepertinya juga gue kenal siapa ini orang. Dan yap gue inget.  Dia yang sempat berkenalan dengan gue di pesawat saat mau pergi ke London.

"Vika!" kami saling pelukan
"Hey.  Lo dimana sih kuliahnya" Tanya gue sambil mempersilakan dia duduk.

"Hahaha iya nih.  Kita tuh beda univ punya lo universitasnya mahal banget ortu gue ga sanggup"

"Yaampun kita kan bisa ketemuan seperti ini sering sering"

"Boleh aja.  Ehehe lo lagi ngapain nih?  Sendirian aja?"

"Biasa lah tugas" Vika mengangguk anggukan kepalanya.

"Gimana kalau nanti gue ajak ke apart gue" Ucap Vika.

"Boleh nih?"

"Boleh lah.  Kita sekarang sahabat kan"

Gue tertawa kecil.  "Sejak kapan kita sahabatan" Selidik gue dengan nada bercanda,  lagian Vika menurut gue baik kok apa salahnya bersahabat dengannya.

"Ihh..  Rysma.  Kita kan sahabatan mulai hari ini"

"Hahaha..  Iya deh iya.  Tugas gue bentar lagi siap,  tunggu ya"

"Okeh deh" Vika langsung memanggil pelayan untuk memesan minumannya sendiri.

Gue balik fokus tanpa memperdulikan sedang apa Vika,  gue mau tugas ini segera kelar.

Drrrrrt Drrrrrt Drrrrrt gadget gue bergetar

Nomor yang tidak gue ketahui ini siapa? Ah bodo ah..  Siapa peduli.  Paling salah sambung.

Gue merenggangkan otot jari jari gue lalu membereskan beberapa buku yang berantakan, 
"Vik yok.  Gue udah siap nih.  Lo bawak mobil atau gimana?"

"Engga kok.  Gue lebih suka jalan di sini.  Yuk buruan" Gue dan Vika berjalan berdampingan,  sumpah dingin banget,  tubuh gue masih belum terbiasa dengan dinginny salju.

"Vik lo berapa bersaudara?" tanya gue agar tidak hening.

"Dulu gue memiliki sosok kembaran dan dia  gue panggil bang Viko tapi sayang dia sudah tiada akibat ia sering bermain balap motor liar,  dia sosok yang bingar dan tampangnya juga seperti preman,  namun dia sangat menyayangi gue dan dia sangat takut pada ancaman mama di bandingkan dengan ancaman papa gue"

"Maafin gue Vik,  gue ga bermaksut buat lo sedih"

"Ga papa kok.  Gue senang udah bisa berkata jujur ke elo Rys"

"Boleh ga gue cerita" Ucap gue tanpa menatap bola matanya

"Gue siap kok dengerin cerita apa pun dari lo dan gue orangnya ga ember"

SyaRys (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang